Kupang (AntaraNews NTT) - Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Bataona mengatakan Joko Widodo hanya akan melakukan tarung ulang (Rematch) bersama Prabowo Subianto pada Pemilu Presiden 2019.
Mikhael Bataona kepada Antara di Kupang, Senin (23/7), memperkirakan pada pertarungan ulang (rematch) itu calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo pada Pilpres mendatang bakal menentukan kemenangan pasangan ini.
"Kekuatan Prabowo akan sangat bergantung pada calon wakil presiden yang akan mendampinginya dalam Pilpres mendatang. Sedang, Jokowi dengan atau tanpa wakil presiden yang moncer sekalipun, tetap menjadi magnet untuk sebagian besar pemilih di kantong-kantong pasangan Jokowi dan JK dalam Pilpres 2014," katanya.
Kantong-kantong Jokowi-Jusuf Kalla itu mulai dari Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Sulawesi, dan Papua.
Sebaliknya, katanya lagi, Prabowo akan sangat diuntungkan oleh keterpecahan suara dalam Pilgub DKI sehingga bisa saja unggul di Jakarta, Banten, Jawa Barat, sebagian Sumatera, dan NTB.
Namun, tidak menutup kemungkinan di basis-basis Prabowo ini suara Jokowi bisa naik atau lebih banyak dari suara pada Pilpres 2014, bahkan unggul tipis karena persepsi publik soal kinerja.
"Jokowi masih bisa memenangi pertarungan ulang ini apabila tidak ada kejadian luar biasa hingga Pilpres 2019, seperti krisis ekonomi serta kasus yang dieksploitasi menjadi isu nasional yang mencekam, seperti Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017.
Baca juga: Pilpres 2019 hanya mengulangi drama 2014
Baca juga: DPS NTT untuk Pilpres 2019 sebanyak 3.276.362 pemilih
Mikhael Bataona kepada Antara di Kupang, Senin (23/7), memperkirakan pada pertarungan ulang (rematch) itu calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo pada Pilpres mendatang bakal menentukan kemenangan pasangan ini.
"Kekuatan Prabowo akan sangat bergantung pada calon wakil presiden yang akan mendampinginya dalam Pilpres mendatang. Sedang, Jokowi dengan atau tanpa wakil presiden yang moncer sekalipun, tetap menjadi magnet untuk sebagian besar pemilih di kantong-kantong pasangan Jokowi dan JK dalam Pilpres 2014," katanya.
Kantong-kantong Jokowi-Jusuf Kalla itu mulai dari Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Sulawesi, dan Papua.
Sebaliknya, katanya lagi, Prabowo akan sangat diuntungkan oleh keterpecahan suara dalam Pilgub DKI sehingga bisa saja unggul di Jakarta, Banten, Jawa Barat, sebagian Sumatera, dan NTB.
Namun, tidak menutup kemungkinan di basis-basis Prabowo ini suara Jokowi bisa naik atau lebih banyak dari suara pada Pilpres 2014, bahkan unggul tipis karena persepsi publik soal kinerja.
"Jokowi masih bisa memenangi pertarungan ulang ini apabila tidak ada kejadian luar biasa hingga Pilpres 2019, seperti krisis ekonomi serta kasus yang dieksploitasi menjadi isu nasional yang mencekam, seperti Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017.
Baca juga: Pilpres 2019 hanya mengulangi drama 2014
Baca juga: DPS NTT untuk Pilpres 2019 sebanyak 3.276.362 pemilih