Kota Kupang (ANTARA) - Gema Citra Nusantara (GCN) bersama Papatong Artspace menggelar teater musikal berjudul "Keumalahayati - Laskar Inong Balee", pada 19 Maret 2022.
Acara dipentaskan dalam dua sesi pertunjukan yakni pada pukul 15.00 WIB - 17.00 WIB dan 19.00 WIB - 21.00 WIB.
Keumalahayati adalah wanita Aceh pertama berpangkat Laksamana (Admiral) di Kesultanan Aceh Darussalam. Setelah suaminya Laksamana Zainal Abidin, wafat dalam sebuah perang di perairan Teluk Haru antara Portugis dengan Kesultanan Aceh Darussalam.
"Kami mengangkat kisah hidup Keumalahayati bersama Laskar Inong Balee dengan berbasis seni tari dan musik tradisi Aceh dalam kemasan modern," ungkap Mira Marina Arismunandar, Pemimpin GCN sekaligus Produser Eksekutif acara ini dalam press conference dan gladi bersih di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jumat, (17/03).
"Keumalahayati - Laskar Inong Balee", kami sajikan dalam kemasan teater musikal yang dikemas secara modern," ungkapnya.
Penggarapan pentas melibatkan seniman tradisi Aceh, juga sejumlah nama tenar dari dunia seni Indonesia. "Penyutradaraan panggung kami percayakan kepada Teuku Rifnu Wikana dan Krisna Aditya, dan merekalah yang memilih para pemain.” ujarnya.
Sebagai pemain utama, Haikal AFI, Teuku Rifnu Wikana, dan Karissa Soerjanatamihardja anggota sanggar GCN yang terpilih melalui proses casting oleh tim Sutradara dan pelatih vokal.
Di tengah itu, ada pula nama berkualitas yang mendukung acara tersebut, antara lain Marzuki Hasan, Nina Marthavia, Poppy Parisa (koreografi), Jufrizal, Asep Supriatna, Christ Eleazar, Loedet Tambunan (Penata Musik ), Helen Nanlohy (Pelatih Vokal), Irlanto (asisten Pelatih Vokal) Gema Sadatana (Penulis Skenario), Deray Setyadi (Penata Cahaya).
Gerakan Fighting Manis
Teuku Rifnu mengatakan, meskipun drama musikal ini mengangkat kisah patriotisme Keumalayahati yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam melawan Portugis, namun mereka menyajikannya dalam kemasan yang manis.
"Adegan fighting seperti, diramu dalam gerakan tari yang memikat. Kami tampil dalam format drama musical. Jadi adegan fighting tetap ada, namun disajikan dalam kemasan berbeda,” katanya yang juga berperan sebagai Sultan.
Pentas berbasis seni tari dan musik tradisi Aceh ini memperlihatkan peran Inong Bale yang dimainkan para Penari dari GCN yang memuculkan tiga tarian khas Aceh dalam koreografi baru yakni Tari Rapai Kipah, Ranup Lampuan, dan Rencong.
"Ketiganya merupakan tarian penting di Aceh, dan masing-masing punya makna berbeda. Tari Rencong misalnya, bercerita tentang semangat perempuan Aceh dalam memperjuangkan nilai hakiki kehidupan serta martabat dan keagungan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa," jelas Mira.
Di atas panggung, kekuatan GCN sebagai sebuah kelompok tari, memang terlihat sangat menonjol, terutama pada bagian di mana dimunculkan perang kolosal yang dimainkan dalam koreografi tari apik di tengah kostum Aceh yang kemilau memukau.
Pentas yang digelar dalam rangka memperingati ulang tahun CGN yang ke 17 ini, didukung penuh oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta juga TNI Angkatan Laut.
"Drama musikal Keumalahayati Laskar Inong Balee ”kami jadikan sarana sosialisasi dan edukasi untuk memperkenalkan kisah perjuangan Keumaahayati pada kaum muda, karena ternyata banyak yang tidak mengenalnya,” ungkap Yeni Fatmawati, dari Papatong Artspace.
Diedarkan Daring
Dalam upaya untuk menjangkau penonton yang lebih luas, Teater Musikal Keumalahayati selain digelar secara tatap muka di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki juga akan menayangkannya secara daring.
Penayangan daring merupakan upaya GCN mengikuti transformasi digital dalam bidang seni pertunjukan.
"Pertunjukan secara daring akan dikemas dalam sebuah film yang akan ditayangkan di berbagai platform digital, dan kami akan melakukan pengambilan gambar pada 20 Maret 2022," tutur Mira.
Baca juga: "Thirty Nine" kembali jadi drama nomor satu
Baca juga: Properti antik drama kerajaan Inggris "The Crown" hilang dicuri
Acara dipentaskan dalam dua sesi pertunjukan yakni pada pukul 15.00 WIB - 17.00 WIB dan 19.00 WIB - 21.00 WIB.
Keumalahayati adalah wanita Aceh pertama berpangkat Laksamana (Admiral) di Kesultanan Aceh Darussalam. Setelah suaminya Laksamana Zainal Abidin, wafat dalam sebuah perang di perairan Teluk Haru antara Portugis dengan Kesultanan Aceh Darussalam.
"Kami mengangkat kisah hidup Keumalahayati bersama Laskar Inong Balee dengan berbasis seni tari dan musik tradisi Aceh dalam kemasan modern," ungkap Mira Marina Arismunandar, Pemimpin GCN sekaligus Produser Eksekutif acara ini dalam press conference dan gladi bersih di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jumat, (17/03).
"Keumalahayati - Laskar Inong Balee", kami sajikan dalam kemasan teater musikal yang dikemas secara modern," ungkapnya.
Penggarapan pentas melibatkan seniman tradisi Aceh, juga sejumlah nama tenar dari dunia seni Indonesia. "Penyutradaraan panggung kami percayakan kepada Teuku Rifnu Wikana dan Krisna Aditya, dan merekalah yang memilih para pemain.” ujarnya.
Sebagai pemain utama, Haikal AFI, Teuku Rifnu Wikana, dan Karissa Soerjanatamihardja anggota sanggar GCN yang terpilih melalui proses casting oleh tim Sutradara dan pelatih vokal.
Di tengah itu, ada pula nama berkualitas yang mendukung acara tersebut, antara lain Marzuki Hasan, Nina Marthavia, Poppy Parisa (koreografi), Jufrizal, Asep Supriatna, Christ Eleazar, Loedet Tambunan (Penata Musik ), Helen Nanlohy (Pelatih Vokal), Irlanto (asisten Pelatih Vokal) Gema Sadatana (Penulis Skenario), Deray Setyadi (Penata Cahaya).
Gerakan Fighting Manis
Teuku Rifnu mengatakan, meskipun drama musikal ini mengangkat kisah patriotisme Keumalayahati yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam melawan Portugis, namun mereka menyajikannya dalam kemasan yang manis.
"Adegan fighting seperti, diramu dalam gerakan tari yang memikat. Kami tampil dalam format drama musical. Jadi adegan fighting tetap ada, namun disajikan dalam kemasan berbeda,” katanya yang juga berperan sebagai Sultan.
Pentas berbasis seni tari dan musik tradisi Aceh ini memperlihatkan peran Inong Bale yang dimainkan para Penari dari GCN yang memuculkan tiga tarian khas Aceh dalam koreografi baru yakni Tari Rapai Kipah, Ranup Lampuan, dan Rencong.
"Ketiganya merupakan tarian penting di Aceh, dan masing-masing punya makna berbeda. Tari Rencong misalnya, bercerita tentang semangat perempuan Aceh dalam memperjuangkan nilai hakiki kehidupan serta martabat dan keagungan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa," jelas Mira.
Di atas panggung, kekuatan GCN sebagai sebuah kelompok tari, memang terlihat sangat menonjol, terutama pada bagian di mana dimunculkan perang kolosal yang dimainkan dalam koreografi tari apik di tengah kostum Aceh yang kemilau memukau.
Pentas yang digelar dalam rangka memperingati ulang tahun CGN yang ke 17 ini, didukung penuh oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta juga TNI Angkatan Laut.
"Drama musikal Keumalahayati Laskar Inong Balee ”kami jadikan sarana sosialisasi dan edukasi untuk memperkenalkan kisah perjuangan Keumaahayati pada kaum muda, karena ternyata banyak yang tidak mengenalnya,” ungkap Yeni Fatmawati, dari Papatong Artspace.
Diedarkan Daring
Dalam upaya untuk menjangkau penonton yang lebih luas, Teater Musikal Keumalahayati selain digelar secara tatap muka di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki juga akan menayangkannya secara daring.
Penayangan daring merupakan upaya GCN mengikuti transformasi digital dalam bidang seni pertunjukan.
"Pertunjukan secara daring akan dikemas dalam sebuah film yang akan ditayangkan di berbagai platform digital, dan kami akan melakukan pengambilan gambar pada 20 Maret 2022," tutur Mira.
Baca juga: "Thirty Nine" kembali jadi drama nomor satu
Baca juga: Properti antik drama kerajaan Inggris "The Crown" hilang dicuri