Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus melakukan pemantauan kondisi pergerakan tanah yang terjadi di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
"Warga di lokasi pergerakan tanah sudah pindah ke rumah keluarga yang aman. Kejadian ini akan terus kami pantau," kata Kepala pelaksana BPBD Manggarai Barat Oktavianus Andi Bona di Labuan Bajo, Selasa, (22/3).
Fenomena pergerakan tanah telah terjadi pada 15 Maret 2022. Oktavianus menyebut kejadian serupa terjadi sejak tahun 2016. Namun, peristiwa kemarin merupakan yang terparah, karena berdampak pada kerusakan rumah.
Saat ini BPBD Kabupaten Manggarai Barat tengah melakukan pendataan jumlah kepala keluarga (KK), jiwa yang terdampak, serta kerusakan sebagai akibat fenomena pergerakan tanah tersebut. Pihaknya sedang membuat laporan kejadian tersebut kepada Bupati Manggarai Barat.
Oktavianus menyampaikan BPBD melakukan sosialisasi agar warga terdampak mau menerima relokasi rumah. Menurut dia, selama ini masyarakat menganggap fenomena tersebut merupakan hal biasa. Namun, hal tersebut tidak bisa dianggap sepele, karena ada bukti kerusakan rumah yang tidak bisa lagi ditinggali.
Perihal fenomena pergerakan tanah yang terjadi, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT Ambrosius Kodo telah mengeluarkan Peta Prakiraan Gerakan Tanah yang diteruskan kepada BPBD Kabupaten/Kota di NTT.
Dia mengatakan perlunya upaya mitigasi risiko gerakan tanah dan membangun kesiapsiagaan pemerintah kabupaten/kota serta masyarakat untuk menghadapi ancaman gerakan tanah/longsor berdasarkan peta terlampir.
Baca juga: Fenomena pergerakan tanah ancam 200 jiwa di Manggarai Barat
Baca juga: Tujuh rumah roboh karena tanah bergerak
Selain itu, BPBD Kabupaten/Kota diminta untuk melakukan diseminasi peringatan dini kepada masyarakat yang tinggal pada daerah rawan gerakan tanah/longsor guna mengantisipasi adanya potensi gerakan tanah/longsor pada saat curah hujan di atas normal.
"Warga di lokasi pergerakan tanah sudah pindah ke rumah keluarga yang aman. Kejadian ini akan terus kami pantau," kata Kepala pelaksana BPBD Manggarai Barat Oktavianus Andi Bona di Labuan Bajo, Selasa, (22/3).
Fenomena pergerakan tanah telah terjadi pada 15 Maret 2022. Oktavianus menyebut kejadian serupa terjadi sejak tahun 2016. Namun, peristiwa kemarin merupakan yang terparah, karena berdampak pada kerusakan rumah.
Saat ini BPBD Kabupaten Manggarai Barat tengah melakukan pendataan jumlah kepala keluarga (KK), jiwa yang terdampak, serta kerusakan sebagai akibat fenomena pergerakan tanah tersebut. Pihaknya sedang membuat laporan kejadian tersebut kepada Bupati Manggarai Barat.
Oktavianus menyampaikan BPBD melakukan sosialisasi agar warga terdampak mau menerima relokasi rumah. Menurut dia, selama ini masyarakat menganggap fenomena tersebut merupakan hal biasa. Namun, hal tersebut tidak bisa dianggap sepele, karena ada bukti kerusakan rumah yang tidak bisa lagi ditinggali.
Perihal fenomena pergerakan tanah yang terjadi, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT Ambrosius Kodo telah mengeluarkan Peta Prakiraan Gerakan Tanah yang diteruskan kepada BPBD Kabupaten/Kota di NTT.
Dia mengatakan perlunya upaya mitigasi risiko gerakan tanah dan membangun kesiapsiagaan pemerintah kabupaten/kota serta masyarakat untuk menghadapi ancaman gerakan tanah/longsor berdasarkan peta terlampir.
Baca juga: Fenomena pergerakan tanah ancam 200 jiwa di Manggarai Barat
Baca juga: Tujuh rumah roboh karena tanah bergerak
Selain itu, BPBD Kabupaten/Kota diminta untuk melakukan diseminasi peringatan dini kepada masyarakat yang tinggal pada daerah rawan gerakan tanah/longsor guna mengantisipasi adanya potensi gerakan tanah/longsor pada saat curah hujan di atas normal.