Kupang (AntaraNews NTT) - Ratusan warga Oebelo Kecil dari Desa Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur mengungsi akibat konflik yang terjadi dengan warga eks Timor Timur sejak Kamis (23/8).
"Warga lokal dari Desa Oebelo, terutama anak-anak dan kaum perempuan terpaksa mengungsi ke bangunan gereja untuk menyelamatkan diri dari konflik antara warga Desa Oebelo dengan Tanah Merah," kata Ketua Majelis Jemaat GMIT Emaus Oebelo Pendeta Regina Bule Logo Duri kepada pers di Kupang, Minggu (26/8).
Dalam insiden tersebut, dua orang warga dilaporkan tewas terbunuh, sehingga membuat warga lokal Oebelo selalu berada dalam ketakutan dan trauma untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Pendeta Regina mengatakan, lebih dari 200 orang yang didominasi kaum perempuan dan anak-anak mengungsi di gereja Oebelo sejak konflik meletus pada Jumat (24/8) malam.
Dalam bentrok susulan pada Jumat (24/8) malam antara kedua desa bertetangga di wilayah Kupang Tengah itu, mengakibatkan salah seorang warga tewas terbunuh.
Menurut Pendeta Regina, warga yang mengungsi masih mengalami trauma untuk kembali ke rumahnya sehingga masih bertahan di tempat pengungsian.
Baca juga: Bentrokan di Kupang sebabkan dua orang tewas
"Ada warga yang memilih pulang ke rumah untuk makan, mandi serta berganti pakaian, sesudah itu kembali berkumpul bersama warga lainnya di gereja tersebut," ujarnya.
"Kami dari pihak gereja mengizinkan warga lokal Oebelo untuk menjadikan gereja sebagai tempat perlindungan, namun terkait dengan kebutuhan pangan, masih menjadi tanggungan masing-masing," katanya.
Pendeta Regina mengaku telah menghubungi pihak Majelis Klasis Kupang Tengah, dan Sinode GMIT, serta pemerintahan setempat untuk merespon dan memfokuskan perhatian bagi warga Desa Tanah Merah dan Oebelo yang menjadi korban secara mental dan trauma akibat konflik.
Ia juga meminta aparat keamanan TNI-Polri terus berjaga dan selalu meningkatkan kewaspadaan di sekitar lokasi bentrok serta mengantisipasi terjadinya bentrok susulan.
"Kami harap pemerintah daerah juga menyiapkan kebutuhan dapur umum untuk ketersediaan pangan yang cukup dan fasilitas obat-obatan, serta MCK bagi para warga yang berada di lokasi pengungsian," katanya.
Seorang warga Oebelo Kecil, Desa Tanah Merah, Mirace, melalui sambungan telpon kepada Antara di Kupang, mengatakan ia bersama kelurganya terpaksa mengungsi ke gereja untuk menghindari konflik susulan.
Baca juga: Pemerintah sebaiknya merelokasi warga eks Timor Timur
"Ada informasi yang beredar bahwa akan ada penyerangan, rumah-rumah dibakar sehingga untuk keamanan dan keselamatan kami masih mengungsi di gereja," kata Mirace.
Ia mengaku telah mengungsi ke gereja setempat sejak Jumat (24/8) malam dan masih bertahan bersama ratusan warga lainnya di lokasi pengungsian.
Mirace berharap aparat keamanan segera mengendalikan situasi yang saat ini masih mencekam agar konflik antarwarga segera redah sehingga bisa kembali ke rumah masing-masing.
"Ada banyak perempuan dan anak-anak yang masih ketakutan, kami berharap tidak ada bentrok susulan lagi sehingga kondisi segera tenang kembali," katanya.
Konflik antarwarga Desa Oebelo dan Tanah Merah terjadi sejak Kamis (23/8). Konflik tersebut mengakibatkan dua warga tewas, masing-masing satu orang dari kedua desa tersebut.
Aparat Polres Kupang sedang menandu salah seorang korban yang tewas dalam bentrok antarwarga Tanah Merah di Kabupaten Kupang, NTT, Jumat (24/8). (ANTARA Foto/Benny Jahang)
"Warga lokal dari Desa Oebelo, terutama anak-anak dan kaum perempuan terpaksa mengungsi ke bangunan gereja untuk menyelamatkan diri dari konflik antara warga Desa Oebelo dengan Tanah Merah," kata Ketua Majelis Jemaat GMIT Emaus Oebelo Pendeta Regina Bule Logo Duri kepada pers di Kupang, Minggu (26/8).
Dalam insiden tersebut, dua orang warga dilaporkan tewas terbunuh, sehingga membuat warga lokal Oebelo selalu berada dalam ketakutan dan trauma untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Pendeta Regina mengatakan, lebih dari 200 orang yang didominasi kaum perempuan dan anak-anak mengungsi di gereja Oebelo sejak konflik meletus pada Jumat (24/8) malam.
Dalam bentrok susulan pada Jumat (24/8) malam antara kedua desa bertetangga di wilayah Kupang Tengah itu, mengakibatkan salah seorang warga tewas terbunuh.
Menurut Pendeta Regina, warga yang mengungsi masih mengalami trauma untuk kembali ke rumahnya sehingga masih bertahan di tempat pengungsian.
Baca juga: Bentrokan di Kupang sebabkan dua orang tewas
"Ada warga yang memilih pulang ke rumah untuk makan, mandi serta berganti pakaian, sesudah itu kembali berkumpul bersama warga lainnya di gereja tersebut," ujarnya.
"Kami dari pihak gereja mengizinkan warga lokal Oebelo untuk menjadikan gereja sebagai tempat perlindungan, namun terkait dengan kebutuhan pangan, masih menjadi tanggungan masing-masing," katanya.
Pendeta Regina mengaku telah menghubungi pihak Majelis Klasis Kupang Tengah, dan Sinode GMIT, serta pemerintahan setempat untuk merespon dan memfokuskan perhatian bagi warga Desa Tanah Merah dan Oebelo yang menjadi korban secara mental dan trauma akibat konflik.
Ia juga meminta aparat keamanan TNI-Polri terus berjaga dan selalu meningkatkan kewaspadaan di sekitar lokasi bentrok serta mengantisipasi terjadinya bentrok susulan.
"Kami harap pemerintah daerah juga menyiapkan kebutuhan dapur umum untuk ketersediaan pangan yang cukup dan fasilitas obat-obatan, serta MCK bagi para warga yang berada di lokasi pengungsian," katanya.
Seorang warga Oebelo Kecil, Desa Tanah Merah, Mirace, melalui sambungan telpon kepada Antara di Kupang, mengatakan ia bersama kelurganya terpaksa mengungsi ke gereja untuk menghindari konflik susulan.
Baca juga: Pemerintah sebaiknya merelokasi warga eks Timor Timur
"Ada informasi yang beredar bahwa akan ada penyerangan, rumah-rumah dibakar sehingga untuk keamanan dan keselamatan kami masih mengungsi di gereja," kata Mirace.
Ia mengaku telah mengungsi ke gereja setempat sejak Jumat (24/8) malam dan masih bertahan bersama ratusan warga lainnya di lokasi pengungsian.
Mirace berharap aparat keamanan segera mengendalikan situasi yang saat ini masih mencekam agar konflik antarwarga segera redah sehingga bisa kembali ke rumah masing-masing.
"Ada banyak perempuan dan anak-anak yang masih ketakutan, kami berharap tidak ada bentrok susulan lagi sehingga kondisi segera tenang kembali," katanya.
Konflik antarwarga Desa Oebelo dan Tanah Merah terjadi sejak Kamis (23/8). Konflik tersebut mengakibatkan dua warga tewas, masing-masing satu orang dari kedua desa tersebut.