Jakarta (ANTARA) - Akhir pekan ini, pencinta tinju dunia akan kembali disuguhkan dengan duel menarik antara dua petinju yang memiliki rekor tak terkalahkan di kelas ringan yakni George Kambosos Jr dan Devin Haney.

Mereka bakal naik ring berebut status juara dunia tak terbantahkan era empat sabuk (WBA Super, IBF, WBO, dan WBC) divisi 61,2kg di Marvel Stadium, Docklands, Melbourne, Australia, Minggu (5/6).

Segala macam promosi telah dilakukan, termasuk konferensi pers terakhir jelang laga pada Jumat (3/6). Sebelum itu, kedua petinju juga tampil dalam latihan terbuka, memamerkan tubuh dan ketangkasan mereka di jalanan Melbourne.

Momen ini dimanfaatkan penggemar untuk foto bersama di tengah atmosfer persaingan antara Kambosos Jr dan Devin Haney kian memanas.

Meski demikian, tak ada perang urat saraf di antara mereka pada konferensi terakhir. Kondisi ini berbeda dari sebelumnya, kala kalimat saling menyudutkan terlontar dari mereka.

Yang jelas, pertandingan nanti diprediksi sengit. Sebab, petinju dengan status juara dunia tak terbantahkan kelas ringan akan lahir kembali setelah terakhir Pernell Whitaker pada era 90-an.

Selain itu, ajang ini juga dapat dikatakan menjadi yang terbesar di Australia setelah laga Jeff Horn mengalahkan Manny Pacquiao pada 2017.

Sebelum berbicara mengenai prediksi pada laga nanti, mari kita simak profil dari kedua petinju.

Kambosos

George Kambosos Jr adalah petinju asal Australia yang memiliki rekor tak terkalahkan dalam 20 pertandingan dan 10 di antaranya diraih dengan hasil KO.

Dia lahir di Sydney pada 14 Juni 1993 dan seorang keturunan Yunani. Ya, kakek dan nenek Kambosos dari sang ayah pindah dari Sparta ke Australia.

Tampak jelas pada tubuh Kambosos terdapat tato perang Spartan yang terkenal "jangan pernah mundur, jangan pernah menyerah" sebaai bentuk penghormatan kepada leluhurnya.

Sebelum beralih ke dunia profesional, dia lebih dulu naik ring di level amatir dan mencatatkan rekor 85 kemenangan dalam 100 pertandingan.

Kemudian dia menjejaki karier tinju profesional pada 18 Mei 2013 atau tepatnya saat berusia 19 tahun. Dalam debutnya, dia mengalahkan petinju asal Filipina Jayson Mac Gura dengan hasil TKO ronde kedua di Croatian Club, Punchbowl, Australia.

Kariernya terbilang moncer. Satu per satu, petinju 28 tahun itu mengalahkan lawannya. Dengan postur 176cm dan jangkauan 173cm, Kambosos menjelma menjadi idola tinju di Negeri Kanguru.

Dia juga pernah menjadi mitra tanding utama dari Manny Pacquiao saat akan melakoni duel melawan Jeff Horn.

Kemudian puncak karier terjadi saat dia secara mengejutkan dengan mengalahkan Teofimo Lopez di Madison Square Garden Theater, New York, 27 November 2021. Laga terakhirnya ini sekaligus menobatkan Kambosos sebagai pemegang gelar WBA Super, IBF, dan WBO divisi ringan.

Tak perlu waktu lama, Kambosos pun dengan berani langsung menantang pemegang gelar juara dunia lainnya di kelas ringan yakni Haney untuk membuktikan dirinya layak menjadi yang terbaik di divisi tersebut.

Berbicara mengenai laga kali ini, Kambosos mengatakan bahwa untuk bisa berada di titik ini butuh perjuangan keras.

"Ini adalah perjalanan panjang dan perjuangan berat. Semua orang tahu saya siap untuk duel nanti. Semua momen berat membuat saya siap untuk laga ini. Saya akan kembali mengejutkan dunia," ujar Kambosos.

Haney

Devin Haney adalah petinju asal Amerika Serikat yang tak terkalahkan dalam 27 pertandingan profesional dan 15 di antaranya berakhir dengan kemenangan KO. Secara rekor pertandingan, dia lebih baik dari Kambosos, meski usia lebih muda lima tahun.

Secara postur, Haney 3 cm lebih pendek dari Kambosos. Namun jangkauan pukulannya lebih jauh yakni 180 cm.

Haney juga kenyang akan pengalaman bertanding. Bahkan saat masih di amatir. Tercatat dia pernah meraih tujuh gelar nasional di Amerika Serikat (AS). Pada Januari 2015 saat masih berusia 17 tahun, dia menjadi petinju termuda yang memenangi Youth World Championships di Reno, Nevada.

Dia memiliki rekor amatir 138–8 pertarungan sebelum memutuskan masuk ke dunia profesional pada 11 Desember 2015. Kala itu, dia debut dengan mengalahkan Gonzalo Lopez Rodriguez di Billar El Perro Salado, Tijuana, Meksiko.

Sejak itu, kariernya mulus dan pada 4 Maret 2017, Haney sukses menyandang gelar juara WBC Youth usai mengalahkan Maximino Toala di Tijuana.

Kemudian prestasinya meningkat dengan menyabet sejumlah gelar di tingkat regioal seperti WBC International, WBA International, dan WBO Inter-Continental kelas ringan.

Adapun secara resmi dia menyandang gelar juara dunia WBC adalah ketika sukses mengalahkan Alfredo Santiago di Staples Center, Los Angeles, 9 November 2019.

Kala itu, Haney juga menjadi juara dunia tinju termuda setelah juara kelas ringan WBC sebelumnya Vasiliy Lomachenko dipromosikan menjadi "Franchise Champion" oleh WBC.

Sejak itu pula dia sukses tiga kali memenangi duel pertahanan gelar. Petinju yang dia kalahkan adalah Yuriorkis Gamboa, mantan juara dunia tiga divisi Jorge Linares, dan terakhir Joseph Diaz pada 4 Desember 2021.

Berbicara mengenai pertandingan nanti, Haney mengatakan melawan Kambosos untuk empat titel mayor bak mimpi yang menjadi kenyataan.

"Saya tahu suatu saat saya akan berada di sini, tapi tak menduga datangnya begitu cepat, tapi saya bersyukur dan ini waktunya," kata Haney

"Saya petinju yang jauh lebih baik. Saya memiliki keterampilan jauh lebih daribaik darinya. Saya akan menunjukkan. Pasar taruhan benar-benar tidak masalah karena saya akan menunjukkan kepada Anda apa pun yang mereka katakan. Saya setingkat di atasnya," ujarnya menambahkan.

Prediksi

Berbagai pengamat tinju berbeda pendapat. Banyak yang menjagokan Kambosos, namun tak sedikit pula yang mengatakan Haney bakal memenangi pertandingan nanti.

Yang jelas, laga nanti akan menjadi penentu pemegang empat gelar mayor WBA Super, WBC, IBF, dan WBO kelas ringan. Sedangkan yang kalah jelas rekor tak terkalahkan langsung sirna.

Berkaca dari pengalaman bertanding, Haney jauh lebih unggul dibandingkan Kambosos yang diuntungkan karena bertanding di hadapan publik sendiri.

Pertandingan ini bagi Haney sekaligus ujian mental karena untuk kali pertama bertarung di luar Amerika Serikat dan Meksiko.

Selain itu, ayah Haney, Bill dan pelatih Ben Davison tidak dapat melakukan perjalanan ke Australia karena masalah visa.

Pun demikian dengan mantan juara kelas ringan IBF sekaligus mitra latih tanding dan mantan lawan Kambosos, Mickey Bey, yang tidak ke Australia karena sedang mempersiapkan pertarungan melawan Tevin Farmer.

Namun tampaknya semua itu tidak menjadi kendala bagi Haney yang tetap fokus memenangi duel kali ini.

Kambosos bakal mencoba membuat kejutan seperti saat berhadapan dengan Lopez. Namun Haney adalah petinju yang jauh lebih baik daripada Lopez dan merupakan petinju murni di divisi kelas ringan.

Haney memiliki kesabaran. Dia akan memainkan ritme dan mengambil kesempatan melancarkan pukulan. Hal tersebut dia lakukan dalam 15 laga yang berakhir dengan hasil KO.

Haney jago dalam bertahan dan akan berusaha mengendalikan kecepatan dan mengubahnya menjadi pertarungan teknis daripada slugfest.

Bila konsisten melancarkan serangan, Haney mungkin bisa menyelesaikan pertandingan sebelum ronde 12 dibunyikan.

Baca juga: Spence Jr siap "comeback" dan merebut gelar dunia milik Ugas

Haney harus melakukan segala daya untuk membuktikan bahwa dia yang terbaik. Bertarung hingga lonceng terakhir dibunyikan tampaknya bukan pilihan yang tepat bagi Haney yang bertarung di kandang Kambosos.

Akankah hakim berperan dalam hal ini? Tentu harapan besar laga ini tidak seperti hasil Jeff Horn versus Manny Pacquiao yang ditentukan oleh hakim yang bertugas dan menjadi kontroversial.

Baca juga: WBA beri tenggat Akhmadaliev untuk melakoni duel wajib lawan Rios

Adapun bila berkaca dari statistik kedua petinju, Haney diprediksi bisa meraih kemenangan. Dengan catatan, dia harus bisa memainkan ritme karena dalam dunia tinju, satu pukulan bisa mengubah segalanya.

Pewarta : Muhammad Ramdan
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024