Kupang (ANTARA) - Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Sikka Martina Pali menyebut bidan memperjuangkan keselamatan pasien saat melakukan pelayanan kesehatan meski tidak ada sinyal atau akses jalan ketika bertugas di wilayah Sikka, Nusa Tenggara Timur.
"Demi menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, bidan berjuang cari sinyal. Jika tidak ada kendaraan, pakai pikul dengan kain atau tandu. Jika di wilayah kepulauan, tidak mengenal gelombang arus, karena yang mereka pikirkan hanyalah keselamatan pasien," kata dia ketika dihubungi dari Kupang, Rabu, (8/6/2022).
Fokus para bidan yang terpusat pada keselamatan ibu dan anak, kata dia, bukan tanpa sebab. Mereka memahami dengan baik peran bidan yang penting dalam memelihara kesehatan pasien.
Ia mengatakan bidan memiliki peran mengupayakan kesehatan ibu dan anak. Mereka melakukan penjaringan ibu hamil baru dengan melibatkan para kader agar ibu hamil diperiksa secara dini. Dengan demikian, kelainan-kelainan dalam proses kehamilan dapat cepat ditemukan dan ditangani secara cepat dan tepat.
Terhadap ibu hamil, ucap dia, bidan selalu melakukan asuhan secara rutin setiap bulan di puskesmas, polindes, poskesdes, dan melakukan kunjungan rumah bagi ibu hamil yang mengalami risiko tinggi.
Ia menjelaskan mereka melakukan edukasi, konseling, dan penyuluhan secara berkelanjutan kepada ibu hamil, suami, keluarga, dan masyarakat umum.
"Bidan melakukan rujukan jika ada kasus emergency," ungkap Martina.
Dalam penanganan masalah kekerdilan (stunting), sebanyak 465 bidan di Sikka melakukan kerja ekstra. Mereka harus mempersiapkan calon pengantin yang dimulai dari pendataan sasaran calon pengantin, melakukan edukasi, sosialisasi, serta pemaparan materi saat kursus perkawinan di gereja.
Tujuannya, kata dia, mempersiapkan calon pengantin untuk menjadi ibu sehat dalam merencanakan kehamilan.
Selanjutnya, bidan berperan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir secara komprehensif dan memberikan imunisasi bayi, deteksi tumbuh kembang bayi, dan asuhan lain sesuai dengan kondisi saat itu.
Selain itu, bidan harus memberikan perawatan bagi ibu nifas sesuai standar.
Dalam rangka Peringatan Hari Bidan Nasional yang jatuh pada tanggal 24 Juni 2022, IBI Sikka bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas P2KBP3A untuk menyelenggarakan kegiatan edukasi massa tentang kesehatan ibu dan anak.
Selain itu, melakukan kegiatan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk mendeteksi kanker leher rahim bagi perempuan yang sudah menikah. Pemeriksaan ini diprioritaskan bagi seluruh bidan yang sudah menikah.
"Bidan harus sehat baru melayani masyarakat umum," ucap dia.
Secara umum, penguatan kapasitas bidan telah dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan bimbingan teknis.
Baca juga: IBI dorong peran bidan atasi masalah kekerdilan
Peningkatan sumber daya manusia pun, kata dia, ditempuh melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Martina menyebut jumlah bidan yang berjenjang pendidikan S1 dan profesi baru satu orang. Oleh karena itu IBI berjuang sehingga ada 10 bidan yang sudah melanjutkan pendidikan S1 bidan dan profesi pada tahun 2021. Selanjutnya ada 18 bidan D1 ke D3 melalui program rekognisi pembelajaran lampau (RPL) pada tahun ini.
Baca juga: BNI Berbagi salurkan bantuan bagi perawat dan bidan
Saat ini, katanya, para bidan di Sikka tengah berjuang untuk pengadaan klinik bersalin IBI.
Mereka berharap Kementerian Kesehatan bisa mengakomodasi tenaga sukarela dalam program PPPK karena semua data bidan sudah masuk dalam aplikasi Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK).
"Demi menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, bidan berjuang cari sinyal. Jika tidak ada kendaraan, pakai pikul dengan kain atau tandu. Jika di wilayah kepulauan, tidak mengenal gelombang arus, karena yang mereka pikirkan hanyalah keselamatan pasien," kata dia ketika dihubungi dari Kupang, Rabu, (8/6/2022).
Fokus para bidan yang terpusat pada keselamatan ibu dan anak, kata dia, bukan tanpa sebab. Mereka memahami dengan baik peran bidan yang penting dalam memelihara kesehatan pasien.
Ia mengatakan bidan memiliki peran mengupayakan kesehatan ibu dan anak. Mereka melakukan penjaringan ibu hamil baru dengan melibatkan para kader agar ibu hamil diperiksa secara dini. Dengan demikian, kelainan-kelainan dalam proses kehamilan dapat cepat ditemukan dan ditangani secara cepat dan tepat.
Terhadap ibu hamil, ucap dia, bidan selalu melakukan asuhan secara rutin setiap bulan di puskesmas, polindes, poskesdes, dan melakukan kunjungan rumah bagi ibu hamil yang mengalami risiko tinggi.
Ia menjelaskan mereka melakukan edukasi, konseling, dan penyuluhan secara berkelanjutan kepada ibu hamil, suami, keluarga, dan masyarakat umum.
"Bidan melakukan rujukan jika ada kasus emergency," ungkap Martina.
Dalam penanganan masalah kekerdilan (stunting), sebanyak 465 bidan di Sikka melakukan kerja ekstra. Mereka harus mempersiapkan calon pengantin yang dimulai dari pendataan sasaran calon pengantin, melakukan edukasi, sosialisasi, serta pemaparan materi saat kursus perkawinan di gereja.
Tujuannya, kata dia, mempersiapkan calon pengantin untuk menjadi ibu sehat dalam merencanakan kehamilan.
Selanjutnya, bidan berperan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir secara komprehensif dan memberikan imunisasi bayi, deteksi tumbuh kembang bayi, dan asuhan lain sesuai dengan kondisi saat itu.
Selain itu, bidan harus memberikan perawatan bagi ibu nifas sesuai standar.
Dalam rangka Peringatan Hari Bidan Nasional yang jatuh pada tanggal 24 Juni 2022, IBI Sikka bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas P2KBP3A untuk menyelenggarakan kegiatan edukasi massa tentang kesehatan ibu dan anak.
Selain itu, melakukan kegiatan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk mendeteksi kanker leher rahim bagi perempuan yang sudah menikah. Pemeriksaan ini diprioritaskan bagi seluruh bidan yang sudah menikah.
"Bidan harus sehat baru melayani masyarakat umum," ucap dia.
Secara umum, penguatan kapasitas bidan telah dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan bimbingan teknis.
Baca juga: IBI dorong peran bidan atasi masalah kekerdilan
Peningkatan sumber daya manusia pun, kata dia, ditempuh melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Martina menyebut jumlah bidan yang berjenjang pendidikan S1 dan profesi baru satu orang. Oleh karena itu IBI berjuang sehingga ada 10 bidan yang sudah melanjutkan pendidikan S1 bidan dan profesi pada tahun 2021. Selanjutnya ada 18 bidan D1 ke D3 melalui program rekognisi pembelajaran lampau (RPL) pada tahun ini.
Baca juga: BNI Berbagi salurkan bantuan bagi perawat dan bidan
Saat ini, katanya, para bidan di Sikka tengah berjuang untuk pengadaan klinik bersalin IBI.
Mereka berharap Kementerian Kesehatan bisa mengakomodasi tenaga sukarela dalam program PPPK karena semua data bidan sudah masuk dalam aplikasi Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK).