Kupang (ANTARA) - HaloPuan menggandeng Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) untuk melakukan sosialisasi melawan kekerdilan (stunting) bagi warga di Desa Mandalasari, Kabupaten Bandung Barat.

“Ini kali pertama HaloPuan bekerja sama dengan komunitas nahdliyin melalui LKNU,” kata Koordinator HaloPuan Poppy Astari dalam acara sosialisasi bertema "Kaum Ibu Melawan Stunting" dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin (8/8).

Sosialisasi dipusatkan Yayasan Pendidikan Riyadul Huda Kampung Cilengis, Desa Mandalasari yang dihuni sekitar 11.890 jiwa.

Poppy menjelaskan alasan Puan Maharani begitu memperhatikan persoalan stunting melalui lembaga sosialnya HaloPuan. 

Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak karena kondisi kurang gizi kronis akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. 

Kekerdilan tak hanya mempengaruhi kondisi fisik tapi juga kecerdasan anak. Angka kekerdilan anak di Indonesia juga mencapai 24,4 persen atau lebih tinggi daripada rata-rata di dunia sekitar 20 persen. Di Jawa Barat sendiri, angka kekerdilan mencapai 24,5 persen sementara di Kabupaten Bandung Barat 14 persen.

Dalam sosialisasi itu, HaloPuan membawa gagasan memanfaatkan daun kelor sebagai salah satu pilihan makanan tambahan, baik bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun balita. 

Daun kelor sudah terbukti kaya akan kandungan gizi yang tinggi. Badan Kesehatan Dunia WHO bahkan menyebutnya dengan istilah “superfood” dan telah menggunakannya untuk mengatasi kasus malnutrisi di banyak negara.

Selain itu, kelor merupakan tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropis, seperti Indonesia. Alhasil, kelor mudah dijumpai di mana-mana, tapi sayangnya kita belum memanfaatkan kekayaan nutrisinya. Apalagi kelor di sini lebih dikenal dengan hal-hal magis.

“Itulah yang kami lakukan selama setahun terakhir ini. Kami telah menjelajahi 27 titik di 19 kabupaten dan kota di Jawa Barat," katanya.

Ia berharap ke depan kerja sama dengan LKNU akan berlanjut di banyak tempat di Jawa Barat karena NU merupakan komunitas muslim terbesar, baik di Jawa Barat maupun di Indonesia.
  Warga bersama pihak HaloPuan dan LKNU Jawa Barat berposes bersama dalam kegiatan sosliasi bertema "Kaum Ibu Melawan Stunting" di Desa Mandalasari, Kabupaten Bandung Barat, Senin (8/8/2022). (ANTARA/HO-ANTARA/HO-Koordinator HaloPuan Poppy Astari)

Sementara itu Sekretaris LKNU Jawa Barat, Dimas Pratama, mengatakan kerja sama dengan HalPuan sangat tepat mengingat LKNU juga memiliki program penanggulangan stunting di Jawab Barat.

"Jadi ibarat pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kami bertemu kawan yang cocok, sehingga bisa melaksanakan agenda ini bersama," katanya.

Wakil Ketua LKNU Jawa Barat, Baharudin Ismet, mengatakan orang-orang yang peduli dengan kekerdkilan adalah mereka yang peduli dengan masa depan bangsa. 

"Program ini sangat mulia, dan saya senang warga di sini sangat antusias," katanya.

Baharudin yang juga menyampaikan penyuluhan menjelaskan angka kekerdilan di Indonesia dijanjikan pemerintah turun hingga 14 persen pada 2024. 

Namun, kata dia janji tersebut sulit terwujud jika tidak ada dukungan kepada pemerintah seperti melalui gerakan seperti yang dilakukan HaloPuan.

"Apalagi kalau Mbak Puan pegang kendali di Republik ini, pasti (angka stunting) akan lebih rendah lagi,” ujarnya.

Kepala Kampung Cilengis, Ujang Saepudin, menyampaikan terima kasih kepada HaloPuan dan LKNU atas adanya kegiatan ini. 

“Semoga ibu-ibu semua bisa melaksanakan apa yang disampaikan oleh HaloPuan dan LKNU,” katanya.

Dalam kesempatan itu HaloPuan dan LKNU membagikan paket makanan tambahan, termasuk di antaranya 400 gram bubuk daun kelor. HaloPuan juga menyerahkan lima bibit kelor kepada perwakilan RW di Kampung Cilengis untuk ditanam agar bubuk daun kelor tetap tersedia untuk dikonsumsi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

“Terima kasih atas kepercayaan kepada kampung kami untuk menyelenggarakan kegiatan ini,” kata Rohati, selaku tuan rumah sekaligus Ketua Yayasan Riyadul Huda.

Pihaknya merasa bangga atas kedatangan HaloPuan dan berharap sosialisasi kekerdilan ini bermanfaat bagi warga setempat.
 

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024