Labuan Bajo (ANTARA) - Flores Writers Festival tahun 2022 akan diselenggarakan di Ende, Nusa Tenggara Timur untuk membicarakan Ende sebagai kampung halaman.

"Flores Writers Festival diproyeksikan untuk membicarakan Ende sebagai kampung halaman, tempat penting dalam sejarah yang mendorong kemajuan peradaban dan kebudayaan modern di Flores," kata Manager Program Flores Writers Festival Maria Pankratia dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Jumat, (2/9/2022).

Flores Writers Festival kali ini akan dilaksanakan pada 28 September hingga 1 Oktober 2022 dengan mengangkat tema Mai Kea Bego Gha Wewa Sa’o: Mari Bermain di Halaman. Kata kunci "halaman" menjadi titik pijak pembahasan Flores Writers Festival untuk melihat Ende lebih dalam pada sejarah Flores.

Maria mengatakan Flores Writers Festival 2022 mendorong adanya pembahasan kembali soal Ende sebagai tempat lahirnya percetakan dan pers di Flores, bahkan NTT. Selain itu Flores Writers Festival 2022 juga mendorong aktivasi ruang-ruang seni, budaya, dan literasi, seperti percetakan Arnoldus, penerbit Nusa Indah, Serambi Soekarno, Gedung Imakulata, dan tempat lain yang menjadi pilar penting bagi lahir dan tumbuhnya kesenian serta kebudayaan modern di Flores.

Nantinya Flores Writers Festival 2022 akan menampilkan seminar budaya mengenai Ende dan Imajinasi tentang Halaman yang rencananya menghadirkan beberapa pembicara kunci dari Direktorat Kebudayaan Republik Indonesia, Universitas Flores, Serikat Sabda Allah (SVD), para penulis, dan jurnalis.

Selain seminar budaya, akan terdapat rangkaian diskusi mengenai pers di Flores, kiprah Gorys Keraf dalam khazanah linguistik dan pendidikan, bincang karya sastra, forum pembaca, komunitas, serta presentasi gagasan karya sedang tumbuh dari beberapa komunitas rekanan.

Dia menjelaskan Flores Writers Festival berusaha mempresentasikan inisiatif-inisiatif komunitas dan kolektif di berbagai daerah di Flores yang sedang berjalan sebagai bukti bahwa kesenian dan kebudayaan sudah sepantasnya dikembalikan kepada warga, dan institusi seperti negara berkewajiban untuk menunjangnya. 
 
Aktivasi situs-situs penting juga sejalan dengan upaya aktivasi komunitas-komunitas kreatif di Ende dan Flores secara umum. Menurutnya hal itu didasarkan pada amatan mengenai kurang nampaknya kegiatan literasi serta seni dan budaya di kota Ende.

"Keyakinan bahwa kerja-kerja kesenian dan kebudayaan tidak cukup efektif dijalankan hanya oleh institusi formal seperti negara atau gereja menjadi dasar gagasan ini," ungkapnya.

Untuk mengisi forum-forum ini, Flores Writers Festival berencana mengundang berbagai tokoh penting Eka Kurniawan, Dhianita Kusuma Pertiwi, Hermin Kleden, Steph Tupeng Witin, Dicky Senda, dan komunitas-komunitas kreatif seperti Lakoat.Kujawas, Videoge, dan Simpa Sio yang sedang menjalankan proyek seni budaya Kampung Ketong, juga Forum Giat Literasi, Teater Siapa Kita?, Teater Saja, dan Komunitas KAHE. Selain itu, ada program kolaborasi dengan Forum Giat Literasi yang menampilkan ruang mendongeng dan Komunitas Aksara Lota yang menggelar pameran aksara lota.

Selanjutnya untuk menunjang akses terhadap buku sastra dan humaniora, Flores Writers Festival mengakomodasi program Pasar Buku yang diinisiasi oleh Klub Buku Petra, bekerja sama dengan Patjar Merah didukung oleh Goethe Institute Indonesia.Ada pula obrolan seputar resep dan workshop masak-memasak dari inisiatif Kampung Ketong, serta pemutaran film bisu Ria Rago (1938) yang merupakan kerja sama Flores Writers Festival dengan Provinsi SVD Ende.

Baca juga: Kemenparekraf buat wisata sejarah Pancasila ke Ende

"Sebagai sebuah festival nirlaba yang diinisiasi oleh gerakan komunitas warga dalam hal ini Klub Buku Petra Ruteng serta jejaring komunitas di sekitar Flores, Flores Writers Festival tentu membutuhkan dukungan dan apresiasi dari masyarakat yang sudah selayaknya jadi pemilik dan penggerak kebudayaan," kata Maria menandaskan.

Flores Writers Festival pertama kali digelar di Ruteng pada tahun 2021 dengan tema Ludung Wa Mai Tanan: Bertunas dan Berakar dari Dalam Tanahnya. Festival itu berpijak pada kata kunci "tanah" untuk merefleksikan kembali gagasan dan pengetahuan lokal tentang tanah serta pertumbuhan ekosistem literasi dan sastra di Flores. 

Baca juga: BPOLBF target kunjungan wisatawan ke Ende 200 ribu orang per tahun

Festival pertama itu pun membicarakan berbagai subtema antara lain soal filosofi tentang tanah menurut orang Manggarai dan irisannya dengan konflik tanah yang dipercepat oleh pembangunan berbasis pariwisata, tanah dan ekologi, tanah dan sejarah, dongeng-dongeng tentang tanah, serta kisah-kisah personal penulis mengenai rumah serta keluarga.

Pewarta : Fransiska Mariana Nuka
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024