Kepulauan Letti (AntaraNews NTT) - Bank Indonesia (BI) kembali menggelar penukaran uang lusuh yang tidak layak edar di Kecamatan Pulau Letti, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, yang merupakan salah satu pulau terdepan nusantara yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Wartawan Antara Biro Nusa Tenggara Timur yang ikut serta dalam kegiatan tersebut, Selasa (6/11), melaporkan ratusan warga masyarakat di pulau terdepan itu memadati lokasi proses penukaran uang lusuh tersebut yang dijaga langsung oleh sejumlah personel TNI AL bersenjata lengkap.
Ketua Tim Ekspedisi Kas Keliling Pulau-Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) Bonaryadi mengatakan bahwa sampai dengan hari keempat Ekspedisi Kas Keliling itu, semuanya berjalan dengan baik.
"Kami bersyukur karena sampai dengan hari kelima ekspedisi semuanya berjalan dengan baik, dan sampai hari ini kami kembali lakukan penukaran uang, sosialisasi, dan pengobatan gratis lagi," tuturnya.
Ia mengatakan bahwa pihaknya bersyukur karena antusias masyarakat di Pulau Letti sangat tinggi, dibandingkan dengan di Kota Saumlaki di Pulau Jamdena yang dilakukan pada Minggu (4/11).
"Masyarakat lebih banyak berada di rumah, karena hari ibadah, sehingga kami lakukan penukaran uang dengan cara langsung ke pasar-pasar," tuturnya.
Baca juga: BI siapkan Rp7,3 miliar untuk ekspedisi Pulau 3T
Ia bersyukur karena kurang lebih Rp100 jutaan berhasil ditukarkan, ditambah lagi dengan adanya permintaan dari sejumlah bank daerah di Pulau Saumlaki sehingga totalnya bisa mencapai Rp500 jutaan.
Sementara jika ditotalkan semenjak dilaksanakannya penukaran dari Pulau Kesui, Pulau Tual, serta Jamdena, kurang lebih mencapai Rp900 jutaan dari total modal yang siapkan mencapai Rp7,3 miliaran.
Anton warga di Desa Tutukei mengaku sangat terbantu dengan proses penukaran yang dilakukan di pulau itu mengingat dirinya sangat memerlukan uang pecahan rupiah baru di daerah itu.
"Kami selama ini jika tidak ada penukaran uang seperti ini, kami harus berlayar dulu ke Ambon atau ke Kupang untuk penukaran uang pecahan rupiah. Ini membutuhkan waktu lama dan harus ada biaya yang dikeluarkan," tuturnya.
Ia mengaku sebagai pengusaha sembako, ia membutuhkan uang yang pecahan rupiah yang sangat banyak dan baru. Oleh karena itu pada kesempatan itu ia membawa uang lusuh sebanyak Rp50 juta untuk ditukarkan.
Ia pun berharap agar kegiatan penukaran itu tetap dilakukan setidaknya dua atau tiga bulan sekali, sehingga uang baru dan layak pakai terus beredar di sini.
Baca juga: BI perbanyak Kas Titipan di Pulau 3T
Seorang staf Bank Indonesia (BI) menghitung uang lusuh saat dilaksanakannya proses penukaran saat digelarnya Ekspedisi Kas Keliling Pulau terluar, terdepan dan tertinggal (3T) di desa Tamher Timur, Pulau Kesui, Maluku, Jumat (2/11/2018). (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)
Wartawan Antara Biro Nusa Tenggara Timur yang ikut serta dalam kegiatan tersebut, Selasa (6/11), melaporkan ratusan warga masyarakat di pulau terdepan itu memadati lokasi proses penukaran uang lusuh tersebut yang dijaga langsung oleh sejumlah personel TNI AL bersenjata lengkap.
Ketua Tim Ekspedisi Kas Keliling Pulau-Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) Bonaryadi mengatakan bahwa sampai dengan hari keempat Ekspedisi Kas Keliling itu, semuanya berjalan dengan baik.
"Kami bersyukur karena sampai dengan hari kelima ekspedisi semuanya berjalan dengan baik, dan sampai hari ini kami kembali lakukan penukaran uang, sosialisasi, dan pengobatan gratis lagi," tuturnya.
Ia mengatakan bahwa pihaknya bersyukur karena antusias masyarakat di Pulau Letti sangat tinggi, dibandingkan dengan di Kota Saumlaki di Pulau Jamdena yang dilakukan pada Minggu (4/11).
"Masyarakat lebih banyak berada di rumah, karena hari ibadah, sehingga kami lakukan penukaran uang dengan cara langsung ke pasar-pasar," tuturnya.
Baca juga: BI siapkan Rp7,3 miliar untuk ekspedisi Pulau 3T
Ia bersyukur karena kurang lebih Rp100 jutaan berhasil ditukarkan, ditambah lagi dengan adanya permintaan dari sejumlah bank daerah di Pulau Saumlaki sehingga totalnya bisa mencapai Rp500 jutaan.
Sementara jika ditotalkan semenjak dilaksanakannya penukaran dari Pulau Kesui, Pulau Tual, serta Jamdena, kurang lebih mencapai Rp900 jutaan dari total modal yang siapkan mencapai Rp7,3 miliaran.
Anton warga di Desa Tutukei mengaku sangat terbantu dengan proses penukaran yang dilakukan di pulau itu mengingat dirinya sangat memerlukan uang pecahan rupiah baru di daerah itu.
"Kami selama ini jika tidak ada penukaran uang seperti ini, kami harus berlayar dulu ke Ambon atau ke Kupang untuk penukaran uang pecahan rupiah. Ini membutuhkan waktu lama dan harus ada biaya yang dikeluarkan," tuturnya.
Ia mengaku sebagai pengusaha sembako, ia membutuhkan uang yang pecahan rupiah yang sangat banyak dan baru. Oleh karena itu pada kesempatan itu ia membawa uang lusuh sebanyak Rp50 juta untuk ditukarkan.
Ia pun berharap agar kegiatan penukaran itu tetap dilakukan setidaknya dua atau tiga bulan sekali, sehingga uang baru dan layak pakai terus beredar di sini.
Baca juga: BI perbanyak Kas Titipan di Pulau 3T