Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyalurkan bantuan darurat bagi 15 kepala keluarga (KK) korban gelombang pasang di Kelurahan Nangaroro, kabupaten setempat.
"Hari ini kami salurkan air bersih ke RT 004 yang terdampak. Kami juga sudah bangun tenda darurat," kata Kepala Bidang Darurat Bencana BPBD Nagekeo Nobertus Situ Co'o ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Senin, (31/10/2022).
Sebanyak 15 KK terdampak gelombang pasang yang menerjang rumah mereka pada Sabtu (29/10) dini hari. Para korban terdampak tinggal di RT 004, RT 019, dan RT 020. Dari identifikasi BPBD Nagekeo, terdapat dua rumah yang mengalami rusak berat di RT 004.
Selain menyalurkan air bersih, BPBD juga memberikan bantuan 150 kg beras. Setiap KK menerima 10 kg. BPBD juga memberikan sabun cair, hand sanitizer, dan tenda darurat. Bantuan tersebut untuk 75 jiwa di tiga RT tersebut.
Dia mengatakan BPBD Nagekeo masih melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk memberikan bantuan bagi para korban terdampak.
"Kami juga sedang koordinasi untuk menguras genangan air, karena warga mengeluh banyak nyamuk dari genangan itu," ujar Nobertus.
Lurah Nangaroro Yosef Mosa mengatakan gelombang pasang terjadi pada Sabtu dini hari, sekitar pukul 00.00 Wita hingga 03.00 Wita.
Dia menyebut kerusakan terjadi pada dapur, sarana mandi cuci kakus, kandang ternak, dan sebagian besar perabot rumah tangga terbawa air.
Yosef menambahkan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, karena warga melakukan evakuasi mandiri saat kejadian tersebut.
Menurutnya, rumah para korban berada pada sempadan pantai dan tidak memiliki tembok penahan gelombang. Pihak kelurahan telah melakukan sosialisasi sekaligus pendekatan agar para korban mau direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Seorang korban terdampak, Valentina Nago (67) menceriterakan bahwa gelombang pasang yang terjadi pada Sabtu dini hari itu telah menghancurkan dapur miliknya. Dia terpaksa tidur bersama tiga orang lainnya di tenda darurat yang dibangun BPBD.
Dia menyebut gelombang tinggi pernah terjadi pada tahun 2003, namun tidak sampai menerjang rumahnya. Kejadian bencana ini baru pertama kali terjadi menimpa rumah warga.
Baca juga: BPBD TTS perkuat koordinasi hadapi potensi bencana
Baca juga: BPBD Nagekeo mitigasi bencana melalui pengelolaan lingkungan
"Hari ini kami salurkan air bersih ke RT 004 yang terdampak. Kami juga sudah bangun tenda darurat," kata Kepala Bidang Darurat Bencana BPBD Nagekeo Nobertus Situ Co'o ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Senin, (31/10/2022).
Sebanyak 15 KK terdampak gelombang pasang yang menerjang rumah mereka pada Sabtu (29/10) dini hari. Para korban terdampak tinggal di RT 004, RT 019, dan RT 020. Dari identifikasi BPBD Nagekeo, terdapat dua rumah yang mengalami rusak berat di RT 004.
Selain menyalurkan air bersih, BPBD juga memberikan bantuan 150 kg beras. Setiap KK menerima 10 kg. BPBD juga memberikan sabun cair, hand sanitizer, dan tenda darurat. Bantuan tersebut untuk 75 jiwa di tiga RT tersebut.
Dia mengatakan BPBD Nagekeo masih melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk memberikan bantuan bagi para korban terdampak.
"Kami juga sedang koordinasi untuk menguras genangan air, karena warga mengeluh banyak nyamuk dari genangan itu," ujar Nobertus.
Lurah Nangaroro Yosef Mosa mengatakan gelombang pasang terjadi pada Sabtu dini hari, sekitar pukul 00.00 Wita hingga 03.00 Wita.
Dia menyebut kerusakan terjadi pada dapur, sarana mandi cuci kakus, kandang ternak, dan sebagian besar perabot rumah tangga terbawa air.
Yosef menambahkan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, karena warga melakukan evakuasi mandiri saat kejadian tersebut.
Menurutnya, rumah para korban berada pada sempadan pantai dan tidak memiliki tembok penahan gelombang. Pihak kelurahan telah melakukan sosialisasi sekaligus pendekatan agar para korban mau direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Seorang korban terdampak, Valentina Nago (67) menceriterakan bahwa gelombang pasang yang terjadi pada Sabtu dini hari itu telah menghancurkan dapur miliknya. Dia terpaksa tidur bersama tiga orang lainnya di tenda darurat yang dibangun BPBD.
Dia menyebut gelombang tinggi pernah terjadi pada tahun 2003, namun tidak sampai menerjang rumahnya. Kejadian bencana ini baru pertama kali terjadi menimpa rumah warga.
Baca juga: BPBD TTS perkuat koordinasi hadapi potensi bencana
Baca juga: BPBD Nagekeo mitigasi bencana melalui pengelolaan lingkungan