Jakarta (ANTARA) - Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menyatakan tidak ada urgensi khusus untuk segera menambal defisit anggaran pada bulan tertentu.
“Jadi, ini memang nggak betul-betul ada urgensi tertentu harus ditambal segera. Artinya, ini memang kalau dalam praktiknya akan dibiayai oleh penerbitan surat utang negara yang ini juga sudah masuk dalam perencanaan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara),” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami deflasi tahunan yang tercatat sebesar 0,09 persen year-on-year (yoy) pada Februari 2025. Kategori merupakan yang pertama kali terjadi sejak deflasi tahunan terakhir tercatat pada Maret 2000.
Deflasi pada Februari 2025 sebagian besar dipengaruhi oleh diskon tarif listrik sebesar 50 persen untuk pemakaian Januari dan Februari 2025 bagi pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan daya listrik 2.200 volt ampere (VA) atau lebih rendah yang termasuk dalam komponen harga diatur pemerintah.
Komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 9,02 persen yoy, sehingga memberikan andil atau kontribusi terhadap nilai deflasi tahunan sebesar 1,77 persen. Adapun dua komponen lainnya, yakni komponen inti dan komponen bergejolak (volatile), masih mengalami inflasi secara tahunan.
Mengingat komponen inti masih mengalami inflasi sebesar 2,48 persen yoy dengan andil kontribusi terhadap nilai inflasi tahunan 1,58 persen, maka walaupun secara keseluruhan ekonomi Indonesia mengalami deflasi, tapi daya beli masyarakat masih relatif terjaga.
“Defisit ini kan sebetulnya siklikal. Jadi, defisit anggaran kalau kita bicara secara bulanan kan pasti sudah disiapkan dari penerbitan surat utang,” kata Riefky.
Ia mengingatkan bahwa siklus belanja dan siklus penerimaan tak selalu selaras.
Biasanya, pada awal tahun terutama menjelang Ramadhan, siklus belanja cenderung mengalami peningkatan, sedangkan penerimaan belum menunjukkan perkembangan signifikan.
“Penerimaan itu biasanya meningkatnya mendekati akhir tahun, jadi tentu akan ada defisit. Yang perlu diperhatikan sebetulnya adalah defisit keseluruhan tahun, bukan defisit di bulanan, (sehingga tak ada urgensi untuk menutup defisit bulanan),” ungkap dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ekonom: Tidak ada urgensi untuk segera tambal defisit anggaran