Kupang (Antara NTT) - Aksi tawuran yang dilakukan masyarakat di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), selalu dilakukan secara sprotif dengan memberi tahu lawan sebelum menyerang.
Paulus Suban Doni dan Frans Ola, dua tokoh adat Desa Lewobunga dalam perbincangan dengan ANTARA di Adonara, Selasa mengakui perang tanding yang dilakukan selama sepekan terakhir ini antara warga Desa Lewonara dan Lewobunga dilakukan secara sportif.
Sebelum menyerang misalnya warga Desa Lewonara mengirim kurir untuk menyampaikan pesan kepada warga Desa Lewobunga bahwa pada hari ini, jam sekian mereka turun dan bertemu di sebuah lokasi untuk berperang.
Pada jam dan lokasi yang sudah ditentukan, kedua belah pihak sudah siap dengan perlengkapan perang dan mereka saling berhadap-hadapan.
Selama lima hari sejak meletus perang tanding antarwarga dua desa itu pada Senin (1/10), warga Desa Lewonara melakukan penyerangan sebanyak tujuh kali. Perang dilakukan pada pagi dan sore hari, kata Paulus Suban Doni.
"Biasanya kami diundang untuk bertemu di lapangan bola kaki di kawasan Dusun Rian Bunga dan Rian Rindu. Dalam perang anak-anak dan ibu-ibu tidak boleh diapa-apakan," katanya.
Adonara sejak zaman dahulu terkenal sebagai perang tanding antarwarga dan biasanya melibatkan desa-desa tetangga yang memiliki hubungan kekerabatan.
Dalam setiap peperangan, masyarakat selalu berpegang teguh bahwa siapa yang bersalah, dialah yang akan menjadi korban di medan perang.
Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya yang adalah putra Adonara mengatakan, sejak dulu pulau itu terkenal karena perang tanding.
Tetapi dalam perkembangan, para orang tua sudah mulai mengarahkan anak-anak mereka untuk bersekolah.
"Pesan para leluhur dan orang, kalau dulu mereka memegang parang, tombak dan anak panah, sekarang ini anak-anak sudah mengganti peralatan perang itu dengan buku dan bolpoin," katanya.
Karena itu, masyarakat Adonara harus merasa bangga bahwa Adonara yang dulu dikenal karena perang tanding, tetapi saat ini dikenal karena salah satu putra terbaiknya menjadi Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dan menjadi pemimpin untuk lebih dari empat juta jiwa, kata Masan Bali, seorang anggota tim lima yang diutus gubernur untuk menyelesaikan masalah di Adonara.