Sumba Bahas Pengembangan Pariwisata

id Pariwisata

Sumba Bahas Pengembangan Pariwisata

Pasola, salah satu atraksi budaya berkuda di Sumba yang menjadi salah satu objek wisata menarik bagi wisatawan.

Para pemangku kepentingan di Pulau Sumba, menggelar sebuah pertemuan di Sumba Barat Daya untuk membahas pengembangan sektor pariwisata sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi di wilayah itu.
Kupang (Antara NTT) - Para pemangku kepentingan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur menggelar sebuah pertemuan di Sumba Barat Daya untuk membahas pengembangan sektor pariwisata sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi di wilayah itu.

"Pertemuan dua hari yang berakhir Minggu (1/10), membahas berbagai aspek, namun muara akhirnya pada sektor pariwisata sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumba," kata Ketua Yayasan Sumba Hospitality Dempta Bato dalam rilisnya kepada Antara di Kupang, Minggu.

Pertemuan tersebut digagas oleh Yayasan Sumba Hospitality bersinergi dengan Glion Hotel School itu, dihadiri sejumlah pemangku kepentingan dari perbagai bidang terkait untuk menyatukan persepsi dan menghindari ego sektoral dalam pengembangan pariwisata.

Pertemuan itu, katanya, selain menghadirkan sejumlah pembicara dan pelaku pariwisata yang profesional di bidangnya, juga melibatkan sejumlah aktivis LSM dan para pegiat media massa setempat.

"Kami menyadari bahwa ide pengembangan rencana berkelanjutan ini harus lahir dari sebuah kesadaran bersama dan menjadi ide dan harapan masyarakat Sumba," katanya. 

"Untuk itu diperlukan diskusi, belajar bersama serta belajar dari banyak orang yang telah mempraktikkan ide pariwisata berkelanjutan yang harus inklusif dan mendapatkan persetujuan banyak pihak termasuk masyarakat," tambahnya.

Menurut dia proses penyusunan rencana berkelanjutan itu, dilakukan dalam pertemuan untuk memetakan tentang kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan di Sumba saat ini.

Selain itu, katanya, rencana itu dapat diimplementasikan melalui Perencanaan Pembangunan Pariwisata Keberlanjutan untuk Pulau Sumba berdasarkan masukan-masukan dari para pihak berkepentingan yang mengikuti pertemuan.

"Hasil diskusi dari berbagai narasumber ini, nantinya akan disimpulkan yang akan dijadikan bahan menyusun rancangan strategi pemasaran khusus pariwisata di Sumba. Selain itu juga membuat proyeksi target pasar 2017 dan 2018 pada destinasi wisata bahari Sumba melalui pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif," katanya.

Ia menambahkan acara ini begitu sangat penting karena hasilnya bisa dijadikan referensi dalam menyusun target pasar pariwisata di Sumba pada tahun berikutnya.

"Nantinya akan dijadikan rekomendasi strategi yang tepat dalam melakukan pemasaran wisata budaya, bahari dan lainnya ke dunia internasional guna menarik wisatawan," katanya.

Sebab untuk mendatangkan wisatawan mancanegara ke daerah, seperti asal Australia, Malaysia, Singapura dan Jepang, pihaknya membutuhkan kerja keras guna memenuhi target 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019.

"Target itu tidak kecil, tetapi dapat diwujudkan dengan sinergitas yang telah dibangun pada tingkat akar rumput hingga lintas Kementerian di Jakarta," katanya.

Dia mencontohkan perlunya dukungan terkait aksesibilitas mulai dari dukungan dari Kemenhub, Kementerian BUMN dan seluruh kekuatan badan usahanya, Angkasa Pura I dan II, Air Navigation, Airlines, Pelindo, dan semua pihak yang terkait dalam regulasi akses.

Lalu Kementerian PUPR yang membuka akses ke destinasi pariwisata, memperbaiki fasilitas dasar, seperti jalan, air, listrik, telekomunikasi, dan lainnya. Kemenkumham, soal regulasi Bebas Visa Kunjungan, dan semoga juga ada perbaikan atas keluhan yang masih terdengar di Imigrasi.

Kementerian LHK juga terus mendukung destinasi wisata alam yang terkait dengan kawasan hutan, taman nasional baik darat maupun laut. Termasuk dalam membangun KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Pariwisata. BKPM, Badan Koordinasi Penananaman Modal juga memberi dukungan penuh dalam hal investasi sektor pariwisata.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, juga sudah bertekad untuk bersama-sama membangun Desa Wisata dan `Homestay`. Sinergi BUMN juga mendukung dan sudah ada gerakannya di lapangan. Bekraf juga membantu dasi sisi kreatifnya.