Labuan Bajo (ANTARA) - Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Manggarai Barat di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengajak pemeluk Hindu untuk menyucikan diri pada Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945.
"Kita fokus membaca ajaran buku agama Hindu untuk mendalami, supaya bisa menyucikan diri dari dalam hati. Di situ ada makna bahwa api hawa nafsu, keinginan, harus dihentikan semuanya," kata Ketua PHDI Manggarai Barat Nyoman Budiarta usai upacara Pengerupukan di Pura Agung Giri Segara Labuan Bajo, Selasa, (21/3/2023) malam.
Pada Hari Nyepi, pemeluk Hindu selama 24 jam melaksanakan Catur Brata Penyepian, meliputi amati geni (tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak menikmati hiburan).
Nyoman mengatakan bahwa Nyepi adalah momentum untuk menyucikan diri agar bisa menyambut Tahun Baru Saka dengan kondisi baru.
"Pada Tahun Baru Saka itu kita memberikan persembahan dengan alam ini baru lagi karena segala aktivitas manusia, polusi, limbah itu terhenti," katanya.
Sebagai warga pendatang di Labuan Bajo, Nyoman mengajak 69 keluarga yang terdiri atas 263 orang penganut Hindu di Labuan Bajo untuk menyesuaikan pelaksanaan perayaan Nyepi dengan kondisi lingkungan sosial setempat tanpa menghilangkan makna Nyepi.
"Kami tidak merasa terganggu juga dengan aktivitas yang lain, karena kami harus menghargai bagaimana aktivitas orang lain yang mungkin ada kebutuhan yang harus dilaksanakan segera," katanya.
Nyoman bersyukur karena meskipun minoritas, pemeluk Hindu diterima dengan baik oleh masyarakat di Labuan Bajo.
"Kami rasa toleransi di sini luar biasa. Jadi, semua harus saling mendukung segala upaya pembangunan di Manggarai Barat," katanya.
Sebelum melakukan upacara pengerupukan, pemeluk Hindu di Labuan Bajo melaksanakan upacara Melasti di area pantai belakang Hotel Puri Sari Labuan Bajo.
Baca juga: Presiden Jokowi: Selaraskan niat, pikiran, dan langkah menuju Indonesia Maju
Baca juga: Umat Hindu di Kupang gelar pawai Ogoh-Ogoh
"Kita fokus membaca ajaran buku agama Hindu untuk mendalami, supaya bisa menyucikan diri dari dalam hati. Di situ ada makna bahwa api hawa nafsu, keinginan, harus dihentikan semuanya," kata Ketua PHDI Manggarai Barat Nyoman Budiarta usai upacara Pengerupukan di Pura Agung Giri Segara Labuan Bajo, Selasa, (21/3/2023) malam.
Pada Hari Nyepi, pemeluk Hindu selama 24 jam melaksanakan Catur Brata Penyepian, meliputi amati geni (tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak menikmati hiburan).
Nyoman mengatakan bahwa Nyepi adalah momentum untuk menyucikan diri agar bisa menyambut Tahun Baru Saka dengan kondisi baru.
"Pada Tahun Baru Saka itu kita memberikan persembahan dengan alam ini baru lagi karena segala aktivitas manusia, polusi, limbah itu terhenti," katanya.
Sebagai warga pendatang di Labuan Bajo, Nyoman mengajak 69 keluarga yang terdiri atas 263 orang penganut Hindu di Labuan Bajo untuk menyesuaikan pelaksanaan perayaan Nyepi dengan kondisi lingkungan sosial setempat tanpa menghilangkan makna Nyepi.
"Kami tidak merasa terganggu juga dengan aktivitas yang lain, karena kami harus menghargai bagaimana aktivitas orang lain yang mungkin ada kebutuhan yang harus dilaksanakan segera," katanya.
Nyoman bersyukur karena meskipun minoritas, pemeluk Hindu diterima dengan baik oleh masyarakat di Labuan Bajo.
"Kami rasa toleransi di sini luar biasa. Jadi, semua harus saling mendukung segala upaya pembangunan di Manggarai Barat," katanya.
Sebelum melakukan upacara pengerupukan, pemeluk Hindu di Labuan Bajo melaksanakan upacara Melasti di area pantai belakang Hotel Puri Sari Labuan Bajo.
Baca juga: Presiden Jokowi: Selaraskan niat, pikiran, dan langkah menuju Indonesia Maju
Baca juga: Umat Hindu di Kupang gelar pawai Ogoh-Ogoh