Kupang (ANTARA) - Kupang (ANTARA News NTT) - Ratusan umat Hindu di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (6/3), menggelar pawai ogoh-ogoh, untuk menyonsong Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941 pada 7 Maret 2019.
Dalam pawai yang dimulai dari Bundaran PU itu, umat Hindu membawa serta sembilan patung ogoh-ogoh, terdiri dari tiga berukuran besar, empat berukuran sedang dan sisanya berukuran kecil yang dipandu anak-anak.
Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung manusia dengan wajah yang menyeramkan.
Pada saat yang sama, umat Katolik di wilayah Keuskupan Agung Kupang mulai memasuki masa puasa yang ditandai dengan penerimaan Abu di setiap gereja Katolik yang ada.
Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra Paskah dalam liturgi tahunan gerejawi.
Pada hari Rabu itu umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini.
Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuno di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan.
Biasanya, imam Katolik serta suster dan bruder diberi otoritas oleh gereja untuk memberikan tanda tersebut disertai dengan ucapan, bertobatlah dan percayalah pada Injil.
Ogoh-ogoh adalah wajah patung yang menyeramkan itu, merupakan simbol dari sifat-sifat buruk manusia. Usai pawai, Ogoh-ogoh tersebut akan dibakar sebagai tanda penyucian diri.
Pawai ogoh-ogoh yang dimulai dari dari Bundaran PU itu, melalui Jalan Frans Seda menuju Patung Kirab, Taman Nostalgia lalu kembali ke Bundaran PU untuk melakukan upacara pencaruan. Pawai tersebut dilepas Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Koreh.
Baca juga: MUI NTT: Nyepi rekatkan hubungan antarumat beragama
Baca juga: Nyepi Momentum Bangun Toleransi
Umat Hindu di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (6/3) menggelar pawai Ogoh-Ogoh menyambut Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Kamis (7/3). (ANTARA Foto/Bernadus Tokan) (ANTARA Foto)
Dalam pawai yang dimulai dari Bundaran PU itu, umat Hindu membawa serta sembilan patung ogoh-ogoh, terdiri dari tiga berukuran besar, empat berukuran sedang dan sisanya berukuran kecil yang dipandu anak-anak.
Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung manusia dengan wajah yang menyeramkan.
Pada saat yang sama, umat Katolik di wilayah Keuskupan Agung Kupang mulai memasuki masa puasa yang ditandai dengan penerimaan Abu di setiap gereja Katolik yang ada.
Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra Paskah dalam liturgi tahunan gerejawi.
Pada hari Rabu itu umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini.
Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuno di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan.
Biasanya, imam Katolik serta suster dan bruder diberi otoritas oleh gereja untuk memberikan tanda tersebut disertai dengan ucapan, bertobatlah dan percayalah pada Injil.
Ogoh-ogoh adalah wajah patung yang menyeramkan itu, merupakan simbol dari sifat-sifat buruk manusia. Usai pawai, Ogoh-ogoh tersebut akan dibakar sebagai tanda penyucian diri.
Pawai ogoh-ogoh yang dimulai dari dari Bundaran PU itu, melalui Jalan Frans Seda menuju Patung Kirab, Taman Nostalgia lalu kembali ke Bundaran PU untuk melakukan upacara pencaruan. Pawai tersebut dilepas Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Koreh.
Baca juga: MUI NTT: Nyepi rekatkan hubungan antarumat beragama
Baca juga: Nyepi Momentum Bangun Toleransi