Kupang (Antara NTT) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya dalam banyak kesempatan selalu mengajak berbagai pihak untuk datang berinvestasi mengembangkan sektor pariwisata di daerah ini.
Ajakan itu menunjukkan bahwa pemerintah setempat membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pelaku usaha, baik di dalam maupun luar negeri untuk ikut membangun provinsi selaksa pulau itu lewat sektor pariwisata.
Gubernur NTT dua periode itu meyakini bahwa investasi bidang pariwisata bakal tidak mengecewakan karena daerah setempat menyimpan kekayaan alam, baik di darat hingga bawah laut serta keanekaragaman budaya masyarakatnya.
Semua keindahan alam dan budaya sudah terbukti lewat berbagai penghargaan yang berhasil disabet dalam ajang-ajang nominasi pariwisata secara nasional.
Dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2016, misalnya, NTT meraih juara umum mengalahkan semua provinsi lainnya dari hasil voting melalui website ayojalanjalan.com/vote sejak 23 Mei 2016 hingga 23 Agustus 2016 di Jakarta.
Alhasil, NTT meraih juara satu untuk tiga kategori, meliputi tempat berselancar terpopuler (Most Popular Surfing Spot) di Pantai Nemberala Pulau Rote Ndao, kategori tujuan wisata dengan kebersihan terpopuler (Most Popular Cleanliness) di Pantai Nihiwatu, Sumba Barat, dan situs sejarah terpopuler (Most Popular Historical Site), Situs Bung Karno di Ende dan kategori tempat menyelam terpopuler (Most Popular Diving Spot) di Selat Pantar, Pulau Alor.
Sedangkan, untuk kategori atraksi budaya terpopuler (Most Popular Cultural Atraction) dengan atraksi berkuda Pasola di Sumba Barat Daya meraih juara dua. Juara tiga kategori dataran tinggi terpopuler (Most Popular Highland) adalah Danau Kelimutu di Kabupaten Ende.
Sementara itu, wisata Labuan Bajo mendapat tempat yang istimewa di mata pemerintah pusat karena sudah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan di Indonesia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui bahwa Labuan Bajo menyimpan potensi yang luar biasa, namun infrastruktur di wilayah tersebut harus lebih dikembangkan lagi.
Labuan Bajo sendiri merupakan pintu masuk pariwisata di Pulau Flores bagian barat bagi pengunjung yang hendak menyaksikan Komodo di Taman Nasional Komodo (TNK) yang merupakan salah satu keajaiban dunia (New7 Wonders) maupun ke berbagai destinasi yang menyebar di pulau-pulau sekitarnya.
Infrastruktur Marina
Kepala Dinas Pariwsata dan Ekonomi NTT Marius Ardu Jelamu mengakui pengembangan sektor pariwisata di daerah setempat tidak terlepas dari dukungan infrastruktur penunjang, baik di darat maupun laut secara memadai.
Hingga saat ini Nusa Tenggara Timur belum memiliki pelabuhan marina yang representatif sebagai tempat persinggahan kapal pesiar internasional maupun `yacht` (kapal layar kecil).
Keterbatasan infrastruktur ini membuat rencana kunjungan kapal pesiar internasional masih belum terwujud. Para `yachters` masih kesulitan menambatkan kapalnya dan harus melepas jangkar di perairan. Kunjungan kapal pesiar ke lokasi wisata terutama di pulau-pulau selama ini masih memanfaatkan pelabuhan umum sehingga tidak efektif.
Meskipun demikian, sudah ada langkah yang diambil pemerintah setempat untuk membangun kerja sama dengan pihak operator kapal pesiar internasional.
Pemerintah provinsi bersama operator kapal pesiar internasional dari Inggris `Inchcape Shipping Services`, melakukan pertemuan guna membahas sejumlah agenda pembangunan infrastruktur pariwisata di provinsi kepulauan itu.
Salah satunya, rencana pembangunan pelabuhan marina berbasis di Labuan Bajo untuk persinggahan kapal pesiar internasional `Carnival Cruise Liner` yang direncanakan mengunjungi daerah setempat dengan kapasitas lebih dari 3.000 wisatawan dari berbagai negara. Kerja sama tersebut meliputi pula pembangunan jalan, listrik, air, hingga perhotelan dan restoran di daerah wisata.
Pembangunan pelabuhan marina di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, sudah direncanakan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III jauh sebelumnya, namun masih terkendala lahan.
Menurut Direktur Utama PT Pelindo III Orias Petrus Moedak, lokasinya sudah disiapkan dan dibeli sudah sejak lama, namun saat hendak membangunya justru ada pihak lain yang datang kemudian mengaku lahan tersebut sebagai miliknya.
Untuk itu, dibutuhkan peran pemerintah daerah setempat secara aktif menyelesaikan persoalan lahan agar pembangunan infrastrukur pariwisata bisa berjalan dengan aman dan lancar.
Bagi Marius Ardu Jelamu, peluang investasi bidang jasa pariwisata di daerah ini sangat terbuka karena hampir setiap daerah memiliki potensi wisata alam dan budaya yang menarik untuk dikunjungi.
Jika investasi bisa bertumbuh dengan baik maka akan berdampak pada jumlah kunjungan wisaawan ke daerah wisata sehingga bisa menggerakan sektor ekonomi masyarakat setempat.
Sumber pendapatan
Di tengah pertumbuhan sektor pariwisata NTT yang terus menggeliat itu, pemerintah setempat optimistis dan menargetkan pariwisata bakal menjadi sektor pendapatan terbesar pada tahun 2019. Hal ini dikaji berdasarkan pada pertumbuhan investasi di bidang perhotelan dan akomodasi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Iklim investasi di NTT terus membaik, banyak investor yang tidak ragu-ragu menanamkan modal di daerah ini dengan nilai mencapai triliunan rupiah.
Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi NTT, hingga triwulan I-2016, sektor jasa pariwisata terutama perhotelan dan akomodasi dengan total nilai investasi mencapai Rp1,5 triliun.
Jumlah investasi itu diperkirakan akan meningkat hingga akhir tahun 2016 dibandingkan total investasi tahun 2015 yang hanya mencapai Rp3 triliun.
Kepala BKPMD NTT Semuel Rebo mengatakan total investasi yang sudah ada paling banyak di sektor pariwisata, khususnya di bidang perhotelan. Itu paling banyak di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat, Ba`a di Kabupaten Rote Ndao dan Kota Kupang.
Capaian tersebut diperkirakan terus meningkat seiring dengan jumlah kunjungan wisatawan asing pada triwulan II-2016 tercatat sebanyak 14.000 orang pada semester pertama 2016 atau naik 15 persen dibadingkan tahun 2015.
Untuk mewujudkan pariwisata sebagai tulang punggung pendapatan daerah, kata Gubernur Lebu raya, maka perlu adanya koordinasi lintas kementerian, pemerintah pusat dan daerah agar berdampak positif bagi perekonomian masyarakat di daerah wisata.
Jika pembenahan infrastruktur terus dilakukan dan kerja promosi pariwisata NTT sebagai `New Tourisme Territory` bisa dioptimalkan maka taget sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan utama bukanlah sesuatu yang muluk-muluk dan basa-basi.
Ajakan itu menunjukkan bahwa pemerintah setempat membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pelaku usaha, baik di dalam maupun luar negeri untuk ikut membangun provinsi selaksa pulau itu lewat sektor pariwisata.
Gubernur NTT dua periode itu meyakini bahwa investasi bidang pariwisata bakal tidak mengecewakan karena daerah setempat menyimpan kekayaan alam, baik di darat hingga bawah laut serta keanekaragaman budaya masyarakatnya.
Semua keindahan alam dan budaya sudah terbukti lewat berbagai penghargaan yang berhasil disabet dalam ajang-ajang nominasi pariwisata secara nasional.
Dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2016, misalnya, NTT meraih juara umum mengalahkan semua provinsi lainnya dari hasil voting melalui website ayojalanjalan.com/vote sejak 23 Mei 2016 hingga 23 Agustus 2016 di Jakarta.
Alhasil, NTT meraih juara satu untuk tiga kategori, meliputi tempat berselancar terpopuler (Most Popular Surfing Spot) di Pantai Nemberala Pulau Rote Ndao, kategori tujuan wisata dengan kebersihan terpopuler (Most Popular Cleanliness) di Pantai Nihiwatu, Sumba Barat, dan situs sejarah terpopuler (Most Popular Historical Site), Situs Bung Karno di Ende dan kategori tempat menyelam terpopuler (Most Popular Diving Spot) di Selat Pantar, Pulau Alor.
Sedangkan, untuk kategori atraksi budaya terpopuler (Most Popular Cultural Atraction) dengan atraksi berkuda Pasola di Sumba Barat Daya meraih juara dua. Juara tiga kategori dataran tinggi terpopuler (Most Popular Highland) adalah Danau Kelimutu di Kabupaten Ende.
Sementara itu, wisata Labuan Bajo mendapat tempat yang istimewa di mata pemerintah pusat karena sudah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan di Indonesia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui bahwa Labuan Bajo menyimpan potensi yang luar biasa, namun infrastruktur di wilayah tersebut harus lebih dikembangkan lagi.
Labuan Bajo sendiri merupakan pintu masuk pariwisata di Pulau Flores bagian barat bagi pengunjung yang hendak menyaksikan Komodo di Taman Nasional Komodo (TNK) yang merupakan salah satu keajaiban dunia (New7 Wonders) maupun ke berbagai destinasi yang menyebar di pulau-pulau sekitarnya.
Infrastruktur Marina
Kepala Dinas Pariwsata dan Ekonomi NTT Marius Ardu Jelamu mengakui pengembangan sektor pariwisata di daerah setempat tidak terlepas dari dukungan infrastruktur penunjang, baik di darat maupun laut secara memadai.
Hingga saat ini Nusa Tenggara Timur belum memiliki pelabuhan marina yang representatif sebagai tempat persinggahan kapal pesiar internasional maupun `yacht` (kapal layar kecil).
Keterbatasan infrastruktur ini membuat rencana kunjungan kapal pesiar internasional masih belum terwujud. Para `yachters` masih kesulitan menambatkan kapalnya dan harus melepas jangkar di perairan. Kunjungan kapal pesiar ke lokasi wisata terutama di pulau-pulau selama ini masih memanfaatkan pelabuhan umum sehingga tidak efektif.
Meskipun demikian, sudah ada langkah yang diambil pemerintah setempat untuk membangun kerja sama dengan pihak operator kapal pesiar internasional.
Pemerintah provinsi bersama operator kapal pesiar internasional dari Inggris `Inchcape Shipping Services`, melakukan pertemuan guna membahas sejumlah agenda pembangunan infrastruktur pariwisata di provinsi kepulauan itu.
Salah satunya, rencana pembangunan pelabuhan marina berbasis di Labuan Bajo untuk persinggahan kapal pesiar internasional `Carnival Cruise Liner` yang direncanakan mengunjungi daerah setempat dengan kapasitas lebih dari 3.000 wisatawan dari berbagai negara. Kerja sama tersebut meliputi pula pembangunan jalan, listrik, air, hingga perhotelan dan restoran di daerah wisata.
Pembangunan pelabuhan marina di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, sudah direncanakan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III jauh sebelumnya, namun masih terkendala lahan.
Menurut Direktur Utama PT Pelindo III Orias Petrus Moedak, lokasinya sudah disiapkan dan dibeli sudah sejak lama, namun saat hendak membangunya justru ada pihak lain yang datang kemudian mengaku lahan tersebut sebagai miliknya.
Untuk itu, dibutuhkan peran pemerintah daerah setempat secara aktif menyelesaikan persoalan lahan agar pembangunan infrastrukur pariwisata bisa berjalan dengan aman dan lancar.
Bagi Marius Ardu Jelamu, peluang investasi bidang jasa pariwisata di daerah ini sangat terbuka karena hampir setiap daerah memiliki potensi wisata alam dan budaya yang menarik untuk dikunjungi.
Jika investasi bisa bertumbuh dengan baik maka akan berdampak pada jumlah kunjungan wisaawan ke daerah wisata sehingga bisa menggerakan sektor ekonomi masyarakat setempat.
Sumber pendapatan
Di tengah pertumbuhan sektor pariwisata NTT yang terus menggeliat itu, pemerintah setempat optimistis dan menargetkan pariwisata bakal menjadi sektor pendapatan terbesar pada tahun 2019. Hal ini dikaji berdasarkan pada pertumbuhan investasi di bidang perhotelan dan akomodasi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Iklim investasi di NTT terus membaik, banyak investor yang tidak ragu-ragu menanamkan modal di daerah ini dengan nilai mencapai triliunan rupiah.
Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi NTT, hingga triwulan I-2016, sektor jasa pariwisata terutama perhotelan dan akomodasi dengan total nilai investasi mencapai Rp1,5 triliun.
Jumlah investasi itu diperkirakan akan meningkat hingga akhir tahun 2016 dibandingkan total investasi tahun 2015 yang hanya mencapai Rp3 triliun.
Kepala BKPMD NTT Semuel Rebo mengatakan total investasi yang sudah ada paling banyak di sektor pariwisata, khususnya di bidang perhotelan. Itu paling banyak di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat, Ba`a di Kabupaten Rote Ndao dan Kota Kupang.
Capaian tersebut diperkirakan terus meningkat seiring dengan jumlah kunjungan wisatawan asing pada triwulan II-2016 tercatat sebanyak 14.000 orang pada semester pertama 2016 atau naik 15 persen dibadingkan tahun 2015.
Untuk mewujudkan pariwisata sebagai tulang punggung pendapatan daerah, kata Gubernur Lebu raya, maka perlu adanya koordinasi lintas kementerian, pemerintah pusat dan daerah agar berdampak positif bagi perekonomian masyarakat di daerah wisata.
Jika pembenahan infrastruktur terus dilakukan dan kerja promosi pariwisata NTT sebagai `New Tourisme Territory` bisa dioptimalkan maka taget sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan utama bukanlah sesuatu yang muluk-muluk dan basa-basi.