Kupang (ANTARA) - Pada Jumat, 19 Mei 2023 di Surakarta, Jawa Tengah, berlangsung acara deklarasi dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada Pilpres 2024 dari sukarelawan pendukung Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2014 dan 2019, serta sukarelawan pendukung Gibran Rakabumung Raka di Pemilihan Wali Kota Surakarta pada 2020.

Acara tersebut kemudian menarik perhatian publik dan menimbulkan beragam persepsi mengenai arah dukungan Jokowi karena dihadiri Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo. Gibran kemudian dipanggil DPP PDI Perjuangan pada (22/5/2023) ke Kantor DPP PDIP di Jakarta untuk memberikan klarifikasi mengenai kehadirannya di acara deklarasi dukungan untuk Prabowo.

Jika dibaca dalam perspektif teori relasi kuasa Michel Foucault, apa yang dilakukan Gibran adalah tindakan strategis dengan tujuan kekuasaan, karena pertemuan tersebut ketika menjadi sebuah wacana, sudah menjadi pengetahuan yang mengarahkan persepsi tertentu tentang figur Prabowo Subianto dan arah dukungan keluarga Joko Widodo. 

"Inilah yang disebut effek kuasa dari sebuah wacana. Sehingga saya membaca bahwa pertemuan Gibran dan Prabowo adalah strategi Endorsement yang memang sengaja dilakukan Gibran untuk Prabowo karena dia tahu ketika wacana ini dikonstruksi media ke ruang publik, akan punya efek kuasa yang dasyat dalam mengkonstruksi opini dan persepsi terkait pencapresan Prabowo Subianto," kata pengamat politik dan pengajar ilmu komunikasi politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona.

Dengan kata lain,  ini adalah bagian dari teknik pemasaran politik. Sebab, dalam momentum tersebut, ada simbol dan makna-makna yang sengaja dikonstruksi dalam bentuk wacana untuk dilempar ke ruang publik dalam rangka mengkonstruksi persepsi positif tentang figur Prabowo dan bagaimana kedekatannya dengan keluarga Jokowi. 

Jadi pertemuan Gibran dan Prabowo adalah sebuah variasi lain dari pemasaran politik. Karena pertemuan itu sebuah simbolisme politik yang memproduksi wacana dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan tertentu tentang sosok Prabowo. 

Selain itu, Gibran sendiri adalah aktor politik sekaligus entitas politik yang punya efek kuasa ketika tindakannya diwacanakan. Di mana, sebagai seorang wali kota, sekaligus anak seorang Jokowi yang tingkat aprroval ratingnya begitu tinggi mencapai 75 persen,  jelas bahwa Gibran punya power yang sangat kuat untuk mengendorsement siapa saja. 

Dalam hal ini, jelas bahwa Gibran punya power yang sangat kuat untuk memediasi dan mengkonstruksi citra siapa saja yang datang kepadanya.

Dan kali ini Gibran memang sedang mengkonstruksi citra positip tentang Prabowo juga dukungan keluarga Jokowi. Karena sebagai seorang Wali Kota, tapi sekaligus juga anak Presiden Jokowi, Gibran adalah aktor sekaligus entitas politik yang punya power untuk mengkonstruksi citra siapa saja yang bertemu dengannya.

Dalam hal ini, pertemuannya dengan Prabowo, adalah jelas untuk menciptakan relasi kuasa dan menghegemoni cara pandang semua pengikut Jokowi bahwa keluarga Jokowi mendukung Prabowo Subianto. 

Dari perspektif normatif pertemuan Wali Kota dan seorang Menteri Pertahanan, tapi sekaligus juga sebuah momentum politis yang sengaja didesain Gibran dan kemudian digunakan sebagai wacana untuk mengkonstruksi persepsi publik tentang siapa figur Capres yang didukung Gibran dan  keluarga Jokowi. 

Jadi, ini sebuah "political game" atau permainan politik yang memang didesain untuk kepentingan relasi kuasa dan konstruksi citra figur Prabowo. Karena bagaimana pun juga Gibran itu punya banyak pengikut sekaligus juga punya magnet sebagai anak seorang Jokowi.

Di mana, secara nasional, berbasiskan data riset semua survei, aproval rating seorang Jokowi itu sangat tinggi. Rakyat banyak sangat mencintai Jokowi. Tapi Jokowi sulit bermanuver secara terbuka karena aturan, maka simbolisme politik yang bisa dimainkan ke ruang publik, salah satunya lewat anak-anaknya seperti Gibran dan Kaesang. 

Inilah alasan mengapa, hampir semua Capres berpikir agar mendapat endorse dan dukungan dari Jokowi. 

Nah, salah satu political game itu adalah lewat Gibran. Karena sebagai anak Jokowi, Gibran bisa mengarahkan persepsi publik tentang dukungan Jokowi yang tidak hanya ke Ganjar tapi juga ke Prabowo.

Arah dukungan Jokowi
Soal dukungan Jokowi kepada Prabowo, memang nyata. Karena Jokowi sudah tahu komitmen Prabowo Subianto, dedikasi, loyalitas dan kredibilitasnya selama menjadi Menteri Pertahanan. 

Tapi Jokowi juga terang-benderang mendukung Ganjar Pranowo. Karena dia kader PDIP. Artinya, Jokowi memang menjaga etika politik dengan tidak hanya mendukung salah satu dari Ganjar atau Prabowo karena dia dekat dengan keduanya. 

Sehingga yang akan dia lakukan adalah mendistribusikan power dukungannya kepada Prabowo  sekaligus juga Ganjar. 

Jokowi melakukan ini karena ia sudah mengantisipasi jika Pilpres ini dua putaran maka Ganjar dan Prabowo harus lolos ke putaran kedua. Tujuannya jelas agar semuanya adalah orang-orangnya dia. 

Semuanya adalah orang-orang Presiden yang bisa melanjutkan program-program kerja strategisnya. Soal dukungan itu lebih kencang ke mana, saya kira secara semiotika politik, bisa dimaknai lewat simbolisme-simbolisme politik yang dilempar Jokowi dan keluarganya ke ruang publik. 

Bahwa sejak kasus batalnya Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia U-20, Jokowi memang  merasa seperti tidak dihargai dan didukung partainya. Saya kira ini sangat manusiawi. Sebab, kerja keras Jokowi dan tim selama bertahun-tahun untuk bisa mnjadi tuan rumah, dibatalkan hanya karena politik. 

Jadi wajar sekali jika Jokowi sedikit kecewa dan kemudian dalam sangat banyak simbolisme politik yang dia tampilkan, dia lebih banyak mengkonstruksi persepsi banyak orang bahwa dia lebih mendukung Prabowo. 

Tapi, sebagai seorang politisi yang kenyang jam terbang, Jokowi paham bahwa ia tidak akan pernah meletakan telur hanya dalam satu keranjang. 

Artinya, dia akan bermain aman di dua figur ini, yaitu Prabowo dan Ganjar. Praktisnya adalah dia akan mendukung Ganjar dan sekaligus Prabowo. Dan Teknis politiknya  adalah Jokowi akan mendesain siapa saja Cawapres bagi Ganjar dan Cawapres untuk Prabowo. 

Begitu juga para sukarelawan yang masuk dalam kelompok Jokowi akan dia distribusikan sebagian ke Ganjar dan sebagian juga ke Prabowo. Itulah yangg sedang dilakukan Jokowi saat ini.

Membingungkan publik
Langkah politik Jokowi dan keluarga cenderung membingungkan publik. Jokowi dan anaknya Gibran melakukan manuver terstruktur untuk dua capres sekaligus, yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. 

"Kita belum tahu endingnya seperti apa, tapi keduanya merupakan kader PDIP, sehingga langkah politik mereka setidaknya tegak lurus dengan PDIP," kata Ahmad Atang, pengamat politik Universitas Muhammadiyah Kupang mengenai arah dukungan Jokowi di Pilpres 2024.

Sepertinya Jokowi belum yakin betul kalau Ganjar Pranowo akan menang dalam Pilpres 2024 mendatang sehingga ia meletakan kaki sebelahnya di pundak Prabowo Subianto. 

Untuk memuluskan langkah ini maka Gibran menjadi pion untuk bermanuver dengan mendukung Prabowo Subianto.  

Sikap politik keluarga Jokowi ini dapat ditafsirkan pertama, relasi Jokowi dan PDIP sesungguhnya tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. 

Kedua, Ganjar Pranowo setelah ditetapkan oleh PDI Perjuangan sebagai capres, respon publik tidak semeria hasil survey. Kenyataan ini membuat Jokowi skeptis untuk berharap banyak pada Ganjar Pranowo.

Ketiga, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang awalnya didesain untuk menjadi koalisi alternatif di Pilpres 2024 mendatang justru gagal menjalankan misinya dan menjadi stagnan tanpa arah.

Kondisi inilah yang membuat Jokowi dan keluarga turun gunung untuk menciptakan kartel politik baru, tambah Ahmad Atang.

Tak bisa dipungkiri. Efek Jokowi memberikan kontribusi pada elektabilitas calon presiden. Dukungan Jokowi dan Gibran yang merupakan putra Jokowi ataupun kelompok pendukung Jokowi bisa mendongkrak elektabilitas dari Prabowo maupun Ganjar.

Terlebih pada saat tingkat kepuasan publik pada pemerintahan Jokowi tinggi. Para pendukung setia Jokowi akan cenderung memilih figur bakal calon presiden yang didukung Jokowi atau dikenal dekat dengan Jokowi.

Kini, publik dan pendukung setia Jokowi tinggal menunggu kemana arah dukungan Jokowi. Kepada Prabowo atau Ganjar. Tunggu endingnya.
 

Pewarta : Mikhael Raja Muda Bataona
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024