Kupang (ANTARA News NTT) - Kepala BMKG Stasiun Waingapu Arief Tyastama mengatakan, gempa bumi berkekuatan 6,2 SR yang menguncang wilayah barat daya Sumba Barat pada Selasa (22/1), karena dibangkitkan oleh sesar Thrust Fault.

"Sesar patahan ini memang memiliki kemiringan bidang patahan yang lebih kecil, namun pergeserannya dapat mencapai hingga ratusan kilometer," katanya ketika dihubungi Antara dari Kupang, Selasa (22/1).
.
Ia mengatakan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia ke Eurasia.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi di wilayah Sumba Barat ini dibangkitkan oleh sesar Thrust Fault," katanya.

Pada Selasa, (22/1) pukul 06.59.25 WIB, wilayah Samudera Hindia Selatan Bali-Nusa Tenggara diguncang gempa bumi tektonik.

Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa informasi awal gempa bumi ini memiliki kekuatan M=6,2 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=6,0.

Baca juga: Gempa berkekuatan 6,2 SR guncang Sumba Barat

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 10,4 LS dan 119,06 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 92 km arah barat daya Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT pada kedalaman 47 km.

Berdasarkan laporan masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di daerah Tambolaka IV-V MMI, Waingapu, Sumbawa dan Bima III MMI.

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami, lanjutnya.

Hingga pukul 07.26 WIB, Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya dua kali aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan M=5,2 dan M=3,2. 

Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi.

Baca juga: NTT rentan terhadap gempa dan tsunami

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024