Lewoleba (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengambil sejumlah langkah strategis untuk mengantisipasi dampak dari El Nino, seperti terjadinya kekeringan yang berimbas pada gagal panen lahan pertanian.
"Pemerintah Kabupaten Nagekeo menggerakkan masyarakat untuk lebih inovatif mengelola lahan pertanian dengan pilihan komoditi yang membutuhkan air relatif sedikit atau singkat, seperti jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian, juga tanaman sayuran dan buah semusim," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo Oliva Monika Mogi dari Mbay, Kabupaten Nagekeo, Sabtu, (22/7/2023).
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak El Nino akan terjadi pada bulan Agustus-September 2023 yang dikhawatirkan berdampak pada ketersediaan air, kekeringan, dan produktivitas pangan.
Untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang berimbas pada produktivitas pangan, Pemkab Nagekeo pun mengambil sejumlah langkah, di antaranya mengajak masyarakat untuk melakukan aktivitas budi daya non padi.
Oliva Monika mengimbau petani agar mengatur hasil panen dengan bijak dan membatasi sikap boros dalam penggunaan air. Ia juga meminta masyarakat untuk menjalani usaha ternak, seperti unggas untuk memenuhi kebutuhan pangan alternatif rumah tangga.
Ia menjelaskan pemerintah daerah telah menyiapkan sumur-sumur bor untuk kebutuhan air sementara selama masa usaha tani, baik yang disiapkan pemerintah melalui program kemitraan maupun menggerakkan swadaya masyarakat tani. Selain itu ada pinjam pakai pompa air selama masa usaha tani untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Selanjutnya pemerintah daerah menyiapkan TR4 dan dozer farming guna pelayanan olah lahan, lalu menyiapkan benih tanaman sesuai kebutuhan petani berdasarkan identifikasi lapangan calon petani calon lokasi oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL). Sejumlah PPL juga intens melakukan pendampingan teknis.
"Kami juga menyiapkan enam titik posko pelayanan untuk informasi pertanian atau pelayanan sarana produksi pertanian," katanya pula.
Baca juga: BMKG prediksi peluang El Nino terjadi pada Juni
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo, stok padi yang menjadi pangan utama dari hasil panen bulan April, Mei, Juni memiliki rata-rata produksi mencapai 5,3 ton per hektare dengan luas panen 6.869 hektare.
Baca juga: Kemenkes: Waspadai dampak El Nino picu kasus dengue
"Itu menghasilkan 36.405,7 ton gabah kering panen atau stok beras sebanyak 23.663 ton. Produksi ini sangat cukup atau surplus untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Nagekeo," kata Oliva Monika.
"Pemerintah Kabupaten Nagekeo menggerakkan masyarakat untuk lebih inovatif mengelola lahan pertanian dengan pilihan komoditi yang membutuhkan air relatif sedikit atau singkat, seperti jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian, juga tanaman sayuran dan buah semusim," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo Oliva Monika Mogi dari Mbay, Kabupaten Nagekeo, Sabtu, (22/7/2023).
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak El Nino akan terjadi pada bulan Agustus-September 2023 yang dikhawatirkan berdampak pada ketersediaan air, kekeringan, dan produktivitas pangan.
Untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang berimbas pada produktivitas pangan, Pemkab Nagekeo pun mengambil sejumlah langkah, di antaranya mengajak masyarakat untuk melakukan aktivitas budi daya non padi.
Oliva Monika mengimbau petani agar mengatur hasil panen dengan bijak dan membatasi sikap boros dalam penggunaan air. Ia juga meminta masyarakat untuk menjalani usaha ternak, seperti unggas untuk memenuhi kebutuhan pangan alternatif rumah tangga.
Ia menjelaskan pemerintah daerah telah menyiapkan sumur-sumur bor untuk kebutuhan air sementara selama masa usaha tani, baik yang disiapkan pemerintah melalui program kemitraan maupun menggerakkan swadaya masyarakat tani. Selain itu ada pinjam pakai pompa air selama masa usaha tani untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Selanjutnya pemerintah daerah menyiapkan TR4 dan dozer farming guna pelayanan olah lahan, lalu menyiapkan benih tanaman sesuai kebutuhan petani berdasarkan identifikasi lapangan calon petani calon lokasi oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL). Sejumlah PPL juga intens melakukan pendampingan teknis.
"Kami juga menyiapkan enam titik posko pelayanan untuk informasi pertanian atau pelayanan sarana produksi pertanian," katanya pula.
Baca juga: BMKG prediksi peluang El Nino terjadi pada Juni
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo, stok padi yang menjadi pangan utama dari hasil panen bulan April, Mei, Juni memiliki rata-rata produksi mencapai 5,3 ton per hektare dengan luas panen 6.869 hektare.
Baca juga: Kemenkes: Waspadai dampak El Nino picu kasus dengue
"Itu menghasilkan 36.405,7 ton gabah kering panen atau stok beras sebanyak 23.663 ton. Produksi ini sangat cukup atau surplus untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Nagekeo," kata Oliva Monika.