Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi global Nokia menghadirkan “Nokia Technology Strategy 2030” sebagai langkah untuk mengidentifikasi tren dan teknologi baru yang akan membentuk teknologi, jaringan, dan dunia dalam tujuh tahun ke depan atau di tahun 2030 mendatang.
“Nokia Technology Strategy 2030 merupakan respons langsung terhadap perkembangan teknologi mutakhir selama dekade terakhir. Satu hal yang pasti: perubahan radikal diperlukan sekarang untuk mengembangkan jaringan guna menjawab tantangan di masa depan dan seterusnya,” kata Chief Strategy and Technology Officer Nokia Nishant Batra melalui keterangan persnya, Selasa, (14/11/2023).
Ia menambahkan, “Perusahaan-perusahaan di seluruh industri menghadapi tiga tren yang akan menghadang mereka (yakni) AI, cloud, dan evolusi konektivitas secara terus-menerus. Nokia Technology Strategy 2030 kami menjabarkan arsitektur jaringan masa depan untuk pelanggan dan industri. Strategi ini menghidupkan peluang untuk inovasi, keberlanjutan, produktivitas, dan kolaborasi, yang hanya dapat diaktifkan oleh kekuatan jaringan yang eksponensial,” katanya.
Menurut laporan Global Network Traffic 2030, lalu lintas jaringan bertumbuh dan akan meningkat secara dramatis dalam dekade ini. Pendorong pertumbuhan ini adalah tren terbaru seperti kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin (ML), extended reality (XR), digital twin, otomatisasi, dan tersedianya miliaran perangkat.
Untuk memaksimalkan potensi eksponensial dari teknologi-teknologi ini guna memecahkan tantangan terbesar di masa depan, jaringan perlu beradaptasi dan bertransformasi. Teknologi tersebut harus menghadirkan inovasi yang tahan lama, mudah diakses, dan berkelanjutan dengan bergantung pada jaringan kognitif yang andal dan aman.
Oleh karena itu, Nokia Technology Strategy 2030 mengidentifikasi tren dan teknologi baru yang akan berdampak pada jaringan penyedia layanan, perusahaan dan industri di dekade ini, serta peran Nokia dalam membantu jaringan berkembang.
Tren utama yang memengaruhi Nokia Technology Strategy 2030 adalah AI, cloud continuum, metaverse, API economy, Industri 5.0, Internet of value, keberlanjutan, dan keamanan yang bergantung pada jaringan sangat responsif serta aman.
Dalam laporan Global Network Traffic 2030, Nokia memproyeksikan bahwa permintaan data oleh pelanggan akan meningkat dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 22 persen hingga 25 persen dari tahun 2022 - 2030. Permintaan data di jaringan lalu lintas global diperkirakan akan mencapai antara 2.443 hingga 3.109 exabyte (EB) per bulan pada tahun 2030.
Jika ada tingkat adopsi yang lebih tinggi dari cloud gaming dan XR pada paruh kedua dekade ini, Nokia memproyeksikan CAGR akan mencapai 32 persen. Agar jaringan dapat mendukung permintaan yang semakin meningkat di masa depan, jaringan harus lebih kognitif dan terotomatisasi dengan menggunakan AI dan ML, serta memenuhi kebutuhan transformatif dan model operasi organisasi serta konsumen.
Terobosan teknologi seperti XR dan digital twins, dikombinasikan dengan Web3 dan inovasi-inovasi baru lainnya yang banyak digemari, akan mengubah bisnis, masyarakat, dan dunia.
“Pada tahun 2030, laju perkembangan teknologi yang kita lihat saat ini akan meningkatkan lalu lintas jaringan secara signifikan. Nokia Technology Strategy 2030, dengan penekanannya pada penggunaan AI, cloud, konektivitas, dan API economy secara efektif, adalah jenis kerangka kerja yang perlu diterapkan oleh para penyedia layanan dan perusahaan,” kata Global Head of Research & Analysis GlobalData Technology Jerry Caron.
Industri penyedia layanan perlu bertransformasi dengan menawarkan layanan yang lebih fleksibel. Nokia dan industri secara keseluruhan harus menunjukkan bahwa mereka memahami masalah dan potensi yang ada, dengan pendekatan yang direvitalisasi seperti yang ditunjukkan oleh Nokia Technology Strategy 2030 untuk jangka panjang.
Baca juga: Menanti ponsel lipat Xiaomi masuk Indonesia
Baca juga: Google beberkan alasan konsumen lebih suka ponsel lipat
“Nokia Technology Strategy 2030 merupakan respons langsung terhadap perkembangan teknologi mutakhir selama dekade terakhir. Satu hal yang pasti: perubahan radikal diperlukan sekarang untuk mengembangkan jaringan guna menjawab tantangan di masa depan dan seterusnya,” kata Chief Strategy and Technology Officer Nokia Nishant Batra melalui keterangan persnya, Selasa, (14/11/2023).
Ia menambahkan, “Perusahaan-perusahaan di seluruh industri menghadapi tiga tren yang akan menghadang mereka (yakni) AI, cloud, dan evolusi konektivitas secara terus-menerus. Nokia Technology Strategy 2030 kami menjabarkan arsitektur jaringan masa depan untuk pelanggan dan industri. Strategi ini menghidupkan peluang untuk inovasi, keberlanjutan, produktivitas, dan kolaborasi, yang hanya dapat diaktifkan oleh kekuatan jaringan yang eksponensial,” katanya.
Menurut laporan Global Network Traffic 2030, lalu lintas jaringan bertumbuh dan akan meningkat secara dramatis dalam dekade ini. Pendorong pertumbuhan ini adalah tren terbaru seperti kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin (ML), extended reality (XR), digital twin, otomatisasi, dan tersedianya miliaran perangkat.
Untuk memaksimalkan potensi eksponensial dari teknologi-teknologi ini guna memecahkan tantangan terbesar di masa depan, jaringan perlu beradaptasi dan bertransformasi. Teknologi tersebut harus menghadirkan inovasi yang tahan lama, mudah diakses, dan berkelanjutan dengan bergantung pada jaringan kognitif yang andal dan aman.
Oleh karena itu, Nokia Technology Strategy 2030 mengidentifikasi tren dan teknologi baru yang akan berdampak pada jaringan penyedia layanan, perusahaan dan industri di dekade ini, serta peran Nokia dalam membantu jaringan berkembang.
Tren utama yang memengaruhi Nokia Technology Strategy 2030 adalah AI, cloud continuum, metaverse, API economy, Industri 5.0, Internet of value, keberlanjutan, dan keamanan yang bergantung pada jaringan sangat responsif serta aman.
Dalam laporan Global Network Traffic 2030, Nokia memproyeksikan bahwa permintaan data oleh pelanggan akan meningkat dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 22 persen hingga 25 persen dari tahun 2022 - 2030. Permintaan data di jaringan lalu lintas global diperkirakan akan mencapai antara 2.443 hingga 3.109 exabyte (EB) per bulan pada tahun 2030.
Jika ada tingkat adopsi yang lebih tinggi dari cloud gaming dan XR pada paruh kedua dekade ini, Nokia memproyeksikan CAGR akan mencapai 32 persen. Agar jaringan dapat mendukung permintaan yang semakin meningkat di masa depan, jaringan harus lebih kognitif dan terotomatisasi dengan menggunakan AI dan ML, serta memenuhi kebutuhan transformatif dan model operasi organisasi serta konsumen.
Terobosan teknologi seperti XR dan digital twins, dikombinasikan dengan Web3 dan inovasi-inovasi baru lainnya yang banyak digemari, akan mengubah bisnis, masyarakat, dan dunia.
“Pada tahun 2030, laju perkembangan teknologi yang kita lihat saat ini akan meningkatkan lalu lintas jaringan secara signifikan. Nokia Technology Strategy 2030, dengan penekanannya pada penggunaan AI, cloud, konektivitas, dan API economy secara efektif, adalah jenis kerangka kerja yang perlu diterapkan oleh para penyedia layanan dan perusahaan,” kata Global Head of Research & Analysis GlobalData Technology Jerry Caron.
Industri penyedia layanan perlu bertransformasi dengan menawarkan layanan yang lebih fleksibel. Nokia dan industri secara keseluruhan harus menunjukkan bahwa mereka memahami masalah dan potensi yang ada, dengan pendekatan yang direvitalisasi seperti yang ditunjukkan oleh Nokia Technology Strategy 2030 untuk jangka panjang.
Baca juga: Menanti ponsel lipat Xiaomi masuk Indonesia
Baca juga: Google beberkan alasan konsumen lebih suka ponsel lipat