Kupang (ANTARA) - Bank Indonesia Provinsi NTT melaporkan rilis dari Badan pusat statistik, indeks harga konsumen (IHK) pada tiga kota di provinsi itu pada Desember 2023 mengalami inflasi sebesar 0,39 persen month to month (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,37 persen mtm.
"Sehingga secara keseluruhan inflasi tahun 2023 sebesar 2,42 persen year on year (yoy), atau terkendali dalam rentang sasaran 3±1 persen," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Agus Sistyo Widjajati di Kupang, Kamis, (4/1/2023).
Tiga kota yang tercatat mengalami inflasi tersebut yakni Kota Kupang, Maumere dan Kota Waingapu di Kabupaten Sikka, pulau Flores.
Ia menjelaskan berdasarkan komoditasnya, inflasi pada Desember 2023 bersumber dari kenaikan harga cabai rawit, tarif angkutan udara, sawi hijau, sawi putih, dan nasi dengan lauk.
Di samping itu juga penyebab inflasi lainnya yakni komoditas hortikultura terutama cabai rawit, sawi hijau, dan sawi putih menjadi penyumbang inflasi, sejalan dengan pola historis di mana produksi hortikultura cenderung menurun seiring dengan meningkatnya curah hujan di akhir tahun.
Kemudian, kelompok transportasi khususnya tarif angkutan udara turut menjadi penyumbang inflasi yang juga sejalan dengan pola historis jelang akhir tahun akibat meningkatnya permintaan.
Adapun nasi dengan lauk juga menjadi penyumbang inflasi sejalan dengan kenaikan harga bahan baku. Di sisi lain, beberapa komoditas penyumbang deflasi antara lain beras, ikan tembang, daun singkong, daging babi, dan daun kelor, sejalan dengan kondisi pasokan yang terjaga.
Dia menambahkan bahwa pada bulan Januari 2024, terdapat beberapa faktor risiko inflasi yang perlu menjadi perhatian, antara lain dampak kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) terhadap peningkatan harga rokok, serta kenaikan harga hortikultura khususnya cabai, bawang, dan sayuran seiring dengan curah hujan yang meningkat.
Sementara itu, normalisasi tarif angkutan udara setelah berakhirnya momen libur Natal dan Tahun Baru, serta penurunan harga BBM non subsidi per 1 Januari 2024 dapat menjadi penahan laju inflasi yang lebih tinggi.
"Akselerasi program pengendalian inflasi perlu terus didorong melalui penguatan sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah," ujar dia.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah Provinsi NTT menunjukkan komitmen tersebut melalui sinergi program pengendalian inflasi.
Bank Indonesia mengapresiasi peran aktif seluruh pihak yang terus melakukan sinergi dan kolaborasi koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di seluruh NTT.
Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan inflasi IHK dapat tetap terjaga dalam sasaran 2,5±1 persen di akhir tahun 2024.
"Kami mengajak seluruh pihak untuk terus memperkuat koordinasi, sinergi, dan kolaborasi guna memastikan terkendalinya inflasi tersebut," ujar dia.
Baca juga: Rupiah meningkat, pasar tunggu putusan RDG BI
Baca juga: BI sebut pengguna QRIS di NTT tambah 103 ribu orang
Baca juga: BI siapkan tunai Rp2,2 triliun di NTT untuk Natal dan Tahun Baru
"Sehingga secara keseluruhan inflasi tahun 2023 sebesar 2,42 persen year on year (yoy), atau terkendali dalam rentang sasaran 3±1 persen," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Agus Sistyo Widjajati di Kupang, Kamis, (4/1/2023).
Tiga kota yang tercatat mengalami inflasi tersebut yakni Kota Kupang, Maumere dan Kota Waingapu di Kabupaten Sikka, pulau Flores.
Ia menjelaskan berdasarkan komoditasnya, inflasi pada Desember 2023 bersumber dari kenaikan harga cabai rawit, tarif angkutan udara, sawi hijau, sawi putih, dan nasi dengan lauk.
Di samping itu juga penyebab inflasi lainnya yakni komoditas hortikultura terutama cabai rawit, sawi hijau, dan sawi putih menjadi penyumbang inflasi, sejalan dengan pola historis di mana produksi hortikultura cenderung menurun seiring dengan meningkatnya curah hujan di akhir tahun.
Kemudian, kelompok transportasi khususnya tarif angkutan udara turut menjadi penyumbang inflasi yang juga sejalan dengan pola historis jelang akhir tahun akibat meningkatnya permintaan.
Adapun nasi dengan lauk juga menjadi penyumbang inflasi sejalan dengan kenaikan harga bahan baku. Di sisi lain, beberapa komoditas penyumbang deflasi antara lain beras, ikan tembang, daun singkong, daging babi, dan daun kelor, sejalan dengan kondisi pasokan yang terjaga.
Dia menambahkan bahwa pada bulan Januari 2024, terdapat beberapa faktor risiko inflasi yang perlu menjadi perhatian, antara lain dampak kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) terhadap peningkatan harga rokok, serta kenaikan harga hortikultura khususnya cabai, bawang, dan sayuran seiring dengan curah hujan yang meningkat.
Sementara itu, normalisasi tarif angkutan udara setelah berakhirnya momen libur Natal dan Tahun Baru, serta penurunan harga BBM non subsidi per 1 Januari 2024 dapat menjadi penahan laju inflasi yang lebih tinggi.
"Akselerasi program pengendalian inflasi perlu terus didorong melalui penguatan sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah," ujar dia.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah Provinsi NTT menunjukkan komitmen tersebut melalui sinergi program pengendalian inflasi.
Bank Indonesia mengapresiasi peran aktif seluruh pihak yang terus melakukan sinergi dan kolaborasi koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di seluruh NTT.
Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan inflasi IHK dapat tetap terjaga dalam sasaran 2,5±1 persen di akhir tahun 2024.
"Kami mengajak seluruh pihak untuk terus memperkuat koordinasi, sinergi, dan kolaborasi guna memastikan terkendalinya inflasi tersebut," ujar dia.
Baca juga: Rupiah meningkat, pasar tunggu putusan RDG BI
Baca juga: BI sebut pengguna QRIS di NTT tambah 103 ribu orang
Baca juga: BI siapkan tunai Rp2,2 triliun di NTT untuk Natal dan Tahun Baru