Kupang (ANTARA) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT Ambrosius Kodo mengimbau petani di daerah itu untuk menanam palawija umur pendek serta ramah terhadap kekeringan di tengah krisis El Nino yang sedang melanda daerah itu.

"Dampak El Nino saat ini berdampak pada musim hujan yang mulai terlambat di NTT, karena itu para petani diharapkan untuk menanam palawija yang hemat air sehingga punya stok untuk cadangan pangan," kata Kepala BPBD NTT Ambrosius Kodo di Kupang, Kamis, (11/1/2024).

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan dampak El Nino yang terjadi di NTT, dimana gelombang panas sangat tinggi. Di Kota Kupang sendiri cuaca panas bisa mencapai 34 derajat celecius.

Dia mengatakan bahwa kondisi kekeringan saat ini sangat mengkhawatirkan terutama dalam sektor pertanian.

Pemerintah NTT ujar dia, telah menyediakan cadangan beras sebanyak 100 ton untuk setiap kabupaten sebagai langkah penanganan dampak kekeringan.

Dia mengatakan bahwa musim hujan di NTT setiap tahun mulai dari November dan Desember. Namun sampai saat ini berdasarkan laporan dari BMKG zona di NTT belum memasuki musim hujan.

"Tentu ini sangat berdampak kepada para petani di NTT," tambah dia.

Dia menambahkan sesuai dengan hasil rapat informasi dari Balai Wilayah Sungai (BWS) cadangan persediaan air bersih saat ini hanya mencapai 57 persen.

Karena itu Langkah selanjutnya menganalisis data dan kondisi ini bisa naik dari status siaga darurat menjadi tanggap darurat.

Baca juga: Bulog pastikan El Nino tak berdampak pada ketersediaan beras NTT

“Penanganan kekeringan tidak akan berhenti sampai mulainya musim hujan karena kekeringan berpengaruh pada cadangan pangan,” katanya.

Baca juga: BMKG imbau wilayah di NTT belum masuk musim hujan

Baca juga: Bantuan pompa air Kementan cegah dampak buruk El Nino

Baca juga: Banyuwangi terapkan RTTG antisipasi dampak El Nino

Ambros mengatakan BPBD butuh data dari Dinas Pertanian tentang gagal tanam dan gagal panen kemudian dibandingkan dengan luas lahan dan jumlah petani kemudian dipadankan dengan pola-pola jaminan sosial yang sudah ada.

Pewarta : Maria Petronela Jari/Emiliani Hoi Muda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024