Jakarta (ANTARA) - Butiran peluh muncul di wajah lelaki bertubuh kekar yang tengah mengangkat palang beban (barbel) di sebuah ruangan tanpa sekat di bilangan Senen, Jakarta Pusat.
Kedua sisi pipinya seketika mengembung saat kedua tangannya menyanggah palang beban yang sudah terangkat hingga di atas kepalanya.
Otot-otot yang mengencang dari kaki, perut, dada, hingga tangan yang sedang menyanggah palang beban membuat tubuh lelaki itu nampak begitu kokoh dalam balutan baju kaos dan celana pendek yang super ketat.
Pemilik tubuh perkasa itu adalah Eko Yuli Irawan (34), atlet angkat besi (lifter) putra andalan Indonesia yang sedang menjalani latihan untuk mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade Paris 2024.
Di sisi lain ruangan, beberapa atlet termasuk lifter putra Rizki Juniansyah (20) dan lifter putri Nurul Akmal (31) juga tengah sibuk menempa fisik mereka menggunakan peralatan angkat besi.
Eko, Rizky, dan Nurul adalah tiga atlet dari cabang olahraga angkat besi yang telah mengantongi tiket berkompetisi pada ajang olahraga tertinggi dunia, Olimpiade Paris. Mereka tengah menjalani pemusatan latihan yang intensif dalam pembinaan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) yang dinahkodai Rosan Roeslani sebagai ketua umum.
Di antara ketiga lifter itu, Eko adalah yang paling senior baik dari sisi usia maupun pengalaman berkompetisi dalam Olimpiade. Lifter kelahiran 24 Juli 1989 asal Lampung, Pulau Sumatera, itu sudah empat kali atau quintrick mengikuti Olimpiade.
Bahkan, hingga saat ini, Eko yang akan menjalani debut kelima kalinya pada Olimpiade Paris 2024 merupakan satu-satunya atlet Indonesia yang paling banyak mengikuti Olimpiade, menurut catatan Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Eko sendiri telah mengungkapkan bahwa Olimpiade Paris kemungkinan besar akan menjadi Olimpiade terakhir yang ia ikuti, mengingat usianya yang tak lagi muda serta persaingan yang semakin kompetitif menuju pesta olahraga dunia empat tahunan itu.
Olimpiade Paris akan menjadi gelanggang pertarungan yang akan menentukan apakah Eko mampu menggapai puncak tertinggi karir dengan menyabet medali emas atau itu hanya sebuah asa tak tergapai sebelum menyudahi karir sebagai atlet profesional, seperti makna peribahasa "hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai".
Mengejar medali emas
Selama empat sesi Olimpiade yang diikuti, Eko mampu menyuguhkan penampilan gemilang dan selalu menjadi langganan penyumbang medali perunggu maupun medali perak untuk Merah Putih.
Ketika mengawali debut di Olimpiade Beijing 2028, ia berhasil mengoleksi medali perunggu pada kelas 56 kilogram (kg), selanjutnya pada Olimpiade 2012 di London juga meraih perunggu pada kelas 62 kg. Sementara, medali perak ia raih pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro pada kelas 62 kg dan Olimpiade 2020 di Tokyo pada kelas 61 kg.
Dari semua ajang itu, ia belum pernah mengoleksi medali emas sehingga membuat tekadnya semakin kuat untuk menggapai puncak prestasi pada Olimpiade Paris 2024 pada Juli mendatang.
"Saya masih penasaran (karena belum meraih medali emas Olimpiade) sehingga masih terus berusaha keras," ujarnya.
Kekuatan tekad untuk menggapai tujuan besar itu menggerakkan Eko untuk terus bekerja keras memantapkan persiapan selama masa pemusatan latihan. Ia tak ingin ada cacat sekecil apa pun dalam penampilannya.
Selain terus mengasah kemampuan, Eko juga memanfaatkan waktu tiga bulan tersisa menuju Olimpiade Paris untuk memulihkan cedera lutut kaki.
Eko memang selalu mengalami cedera dalam masa persiapan ke Olimpiade, seperti cedera hamstring saat Olimpiade Beijing, keretakan to ulang kering saat Olimpiade London.
Selain itu, cedera lutut saat persiapan Olimpiade Rio de Janeiro, rintangan lain saat Olimpiade Tokyo yang berlangsung di tengah pandemi COVID-19, serta cedera lutut saat persiapan menuju Olimpiade Paris.
Badai cedera yang kerap melanda membuatnya selalu merasakan keanehan karena setiap Olimpiade selalu saja ada rintangan yang tak mudah.
"Tapi ya harus kita lewati dan alhamdulillah selama ini masih bisa terlewati dan mudah-mudahan kali ini bisa lebih dari itu," tuturnya.
Eko mengaku semakin percaya diri bakal tampil dalam Olimpiade dengan kondisi yang prima karena masa pemulihan kondisi cedera lututnya berjalan lancar atau secara presentasi sudah sekitar 70 persen.
Selain menuntaskan pemulihan dan mematangkan teknik, ia juga terus membangun mentalnya agar untuk mengejar asa meraih emas yang belum tercapai sejak Olimpiade Beijing 2008 silam.
"Saya ingin saat di panggung Olimpiade Paris bisa tampil tanpa beban, yang terpikir hanya menampilkan gerakan terbaik," ujarnya.
Optimisme
Tekad kuat serta kerja keras Eko dkk. selama masa pemusatan latihan menghadirkan optimisme bahwa cabang angkat besi mampu melangkah ke podium tertinggi pada Olimpiade Paris.
Ketua KOI Raja Sapta Oktohari meyakini performa cabang angkat besi yang selalu menyumbangkan atlet untuk Olimpiade mampu menyabet medali emas dalam kompetisi di Ibu Kota Perancis.
Oktohari memahami betul seperti apa kegigihan Eko karena ia mendampingi lifter andalan Indonesia dalam proses mulai dari Olimpiade di Rio de Janeiro, di Tokyo, dan sekarang menuju ke Paris.
"Saya tahu dia (Eko) sangat ngotot untuk bisa berjuang untuk Merah Putih," ujarnya.
Tak hanya Eko, dua lifter lainnya Rizki dan Nurul juga membawa harapan dan optimisme untuk menambah koleksi medali pada Olimpiade mendatang.
Oktohari mengatakan, KOI bersama federasi selalu siap membantu berbagai kebutuhan bagi atlet selama persiapan menuju Olimpiade, sehingga selanjutnya tergantung dari kesiapan para atlet sendiri.
Dengan dukungan dan doa dari seluruh elemen masyarakat Indonesia, kata dia, maka bukan hal yang mustahil untuk mendulang prestasi tertinggi pada Olimpiade Paris.
Baca juga: Artikel - Garuda merajut mimpi ke putaran final Piala Dunia
Optimisme senada juga datang dari Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo yang menempatkan angkat besi sebagai cabang olahraga prioritas yang didukung untuk meraih emas Olimpiade.
Baca juga: Profil - Ratna dan peran sejati caddydi dunia golf
Menteri berusia 33 tahun itu meyakini Olimpiade Paris akan menjadi sejarah untuk kontingen Indonesia mengukir prestasi sekaligus menjadi hadiah terakhir untuk pemerintahan periode 2019-2024 yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Artikel - Menakar peluang Indonesia lolos ke 16 besar Piala Dunia U-17
Saat ini, Indonesia telah mengamankan 17 tiket ke Olimpiade Paris, di antaranya termasuk Eko dkk. Pada saatnya, mereka akan terbang ke Paris, kota yang kerap disebut sebagai "Kota Cinta" atau "City of Love" untuk berjuang memetik prestasi tertinggi yang menjadi bukti cinta mereka terhadap Merah Putih.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengejar emas dari Beijing hingga Paris
Kedua sisi pipinya seketika mengembung saat kedua tangannya menyanggah palang beban yang sudah terangkat hingga di atas kepalanya.
Otot-otot yang mengencang dari kaki, perut, dada, hingga tangan yang sedang menyanggah palang beban membuat tubuh lelaki itu nampak begitu kokoh dalam balutan baju kaos dan celana pendek yang super ketat.
Pemilik tubuh perkasa itu adalah Eko Yuli Irawan (34), atlet angkat besi (lifter) putra andalan Indonesia yang sedang menjalani latihan untuk mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade Paris 2024.
Di sisi lain ruangan, beberapa atlet termasuk lifter putra Rizki Juniansyah (20) dan lifter putri Nurul Akmal (31) juga tengah sibuk menempa fisik mereka menggunakan peralatan angkat besi.
Eko, Rizky, dan Nurul adalah tiga atlet dari cabang olahraga angkat besi yang telah mengantongi tiket berkompetisi pada ajang olahraga tertinggi dunia, Olimpiade Paris. Mereka tengah menjalani pemusatan latihan yang intensif dalam pembinaan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) yang dinahkodai Rosan Roeslani sebagai ketua umum.
Di antara ketiga lifter itu, Eko adalah yang paling senior baik dari sisi usia maupun pengalaman berkompetisi dalam Olimpiade. Lifter kelahiran 24 Juli 1989 asal Lampung, Pulau Sumatera, itu sudah empat kali atau quintrick mengikuti Olimpiade.
Bahkan, hingga saat ini, Eko yang akan menjalani debut kelima kalinya pada Olimpiade Paris 2024 merupakan satu-satunya atlet Indonesia yang paling banyak mengikuti Olimpiade, menurut catatan Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Eko sendiri telah mengungkapkan bahwa Olimpiade Paris kemungkinan besar akan menjadi Olimpiade terakhir yang ia ikuti, mengingat usianya yang tak lagi muda serta persaingan yang semakin kompetitif menuju pesta olahraga dunia empat tahunan itu.
Olimpiade Paris akan menjadi gelanggang pertarungan yang akan menentukan apakah Eko mampu menggapai puncak tertinggi karir dengan menyabet medali emas atau itu hanya sebuah asa tak tergapai sebelum menyudahi karir sebagai atlet profesional, seperti makna peribahasa "hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai".
Mengejar medali emas
Selama empat sesi Olimpiade yang diikuti, Eko mampu menyuguhkan penampilan gemilang dan selalu menjadi langganan penyumbang medali perunggu maupun medali perak untuk Merah Putih.
Ketika mengawali debut di Olimpiade Beijing 2028, ia berhasil mengoleksi medali perunggu pada kelas 56 kilogram (kg), selanjutnya pada Olimpiade 2012 di London juga meraih perunggu pada kelas 62 kg. Sementara, medali perak ia raih pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro pada kelas 62 kg dan Olimpiade 2020 di Tokyo pada kelas 61 kg.
Dari semua ajang itu, ia belum pernah mengoleksi medali emas sehingga membuat tekadnya semakin kuat untuk menggapai puncak prestasi pada Olimpiade Paris 2024 pada Juli mendatang.
"Saya masih penasaran (karena belum meraih medali emas Olimpiade) sehingga masih terus berusaha keras," ujarnya.
Kekuatan tekad untuk menggapai tujuan besar itu menggerakkan Eko untuk terus bekerja keras memantapkan persiapan selama masa pemusatan latihan. Ia tak ingin ada cacat sekecil apa pun dalam penampilannya.
Selain terus mengasah kemampuan, Eko juga memanfaatkan waktu tiga bulan tersisa menuju Olimpiade Paris untuk memulihkan cedera lutut kaki.
Eko memang selalu mengalami cedera dalam masa persiapan ke Olimpiade, seperti cedera hamstring saat Olimpiade Beijing, keretakan to ulang kering saat Olimpiade London.
Selain itu, cedera lutut saat persiapan Olimpiade Rio de Janeiro, rintangan lain saat Olimpiade Tokyo yang berlangsung di tengah pandemi COVID-19, serta cedera lutut saat persiapan menuju Olimpiade Paris.
Badai cedera yang kerap melanda membuatnya selalu merasakan keanehan karena setiap Olimpiade selalu saja ada rintangan yang tak mudah.
"Tapi ya harus kita lewati dan alhamdulillah selama ini masih bisa terlewati dan mudah-mudahan kali ini bisa lebih dari itu," tuturnya.
Eko mengaku semakin percaya diri bakal tampil dalam Olimpiade dengan kondisi yang prima karena masa pemulihan kondisi cedera lututnya berjalan lancar atau secara presentasi sudah sekitar 70 persen.
Selain menuntaskan pemulihan dan mematangkan teknik, ia juga terus membangun mentalnya agar untuk mengejar asa meraih emas yang belum tercapai sejak Olimpiade Beijing 2008 silam.
"Saya ingin saat di panggung Olimpiade Paris bisa tampil tanpa beban, yang terpikir hanya menampilkan gerakan terbaik," ujarnya.
Optimisme
Tekad kuat serta kerja keras Eko dkk. selama masa pemusatan latihan menghadirkan optimisme bahwa cabang angkat besi mampu melangkah ke podium tertinggi pada Olimpiade Paris.
Ketua KOI Raja Sapta Oktohari meyakini performa cabang angkat besi yang selalu menyumbangkan atlet untuk Olimpiade mampu menyabet medali emas dalam kompetisi di Ibu Kota Perancis.
Oktohari memahami betul seperti apa kegigihan Eko karena ia mendampingi lifter andalan Indonesia dalam proses mulai dari Olimpiade di Rio de Janeiro, di Tokyo, dan sekarang menuju ke Paris.
"Saya tahu dia (Eko) sangat ngotot untuk bisa berjuang untuk Merah Putih," ujarnya.
Tak hanya Eko, dua lifter lainnya Rizki dan Nurul juga membawa harapan dan optimisme untuk menambah koleksi medali pada Olimpiade mendatang.
Oktohari mengatakan, KOI bersama federasi selalu siap membantu berbagai kebutuhan bagi atlet selama persiapan menuju Olimpiade, sehingga selanjutnya tergantung dari kesiapan para atlet sendiri.
Dengan dukungan dan doa dari seluruh elemen masyarakat Indonesia, kata dia, maka bukan hal yang mustahil untuk mendulang prestasi tertinggi pada Olimpiade Paris.
Baca juga: Artikel - Garuda merajut mimpi ke putaran final Piala Dunia
Optimisme senada juga datang dari Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo yang menempatkan angkat besi sebagai cabang olahraga prioritas yang didukung untuk meraih emas Olimpiade.
Baca juga: Profil - Ratna dan peran sejati caddydi dunia golf
Menteri berusia 33 tahun itu meyakini Olimpiade Paris akan menjadi sejarah untuk kontingen Indonesia mengukir prestasi sekaligus menjadi hadiah terakhir untuk pemerintahan periode 2019-2024 yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Artikel - Menakar peluang Indonesia lolos ke 16 besar Piala Dunia U-17
Saat ini, Indonesia telah mengamankan 17 tiket ke Olimpiade Paris, di antaranya termasuk Eko dkk. Pada saatnya, mereka akan terbang ke Paris, kota yang kerap disebut sebagai "Kota Cinta" atau "City of Love" untuk berjuang memetik prestasi tertinggi yang menjadi bukti cinta mereka terhadap Merah Putih.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengejar emas dari Beijing hingga Paris