Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) bersama Save The Children Indonesia serta Yayasan Sumba Cendekia Bestari serta Yayasan Wahana Komunikasi Wanita melakukan penandatanganan kesepakatan pencegahan pernikahan paksa yang marak terjadi di wilayah itu.
Bupati SBD Kornelius Kodi Mete dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa, (21/5/2024) mengatakan masyarakat di wilayahnya tersebut masih minim pemahaman dan kesadaran tentang betapa pentingnya upaya mencegah pernikahan paksa serta pernikahan anak usia dini.
"Karena hal itu merupakan permasalahan yang rumit dan hanya bisa diatasi dengan kolaborasi dan sinergi berbagai pihak, untuk memberikan edukasi persuasif yang terus menerus kepada masyarakat," katanya.
Hal itu dilakukan agar masyarakat sadar bahwa anak bukan aset yang menghasilkan material seperti belis tetapi merupakan aset masa depan keluarga serta bangsa dan negara yang harus terus diasah kemampuannya sehingga bisa kemajuan zaman dalam dunia digitalisasi.
Dia menilai dimulainya kerja sama dengan Save The Children Indonesia bersama mitra diharapkan bisa menekan angka kasus perkawinan paksa serta perkawinan usia dini yang sering terjadi di daerah itu.
Berdasarkan data dari Kementerian PPPA disebutkan selama tahun 2024 jumlah kasus kekerasan terhadap anak, berjumlah 354 kasus. Dan jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Sumba Barat Daya ada tujuh kasus.
Acting Senior Program Implementation Manager Save the Children Indonesia David Walla mengatakan bahwa komitmen bersama yang terjadi antara Pemda Sumba Barat Daya dan mitra merupakan komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Sumba Barat Daya.
Perjanjian antara Save The Children dan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya akan mencakup berbagai program yang berfokus pada perlindungan anak, pendidikan, dan kesehatan.
"Penandatanganan nota Kesepahaman dan perjanjian kerja sama sebagai simbol untuk memastikan keberlanjutan gerakan perubahan positif yang dipelopori anak-anak terkait upaya menangani isu pernikahan anak, pernikahan dini dan paksa yang terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya," ujar dia.
Baca juga: Bupati Kodi Mete perkuat sosialisasi cegah kasus kawin culik
Pihaknya berharap komitmen bersama yang sudah dibangun saat ini akan membuka pandangan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi di bidang kesehatan, harapan ke depan melalui penerapan pola hidup bersih dan sehat dapat mengurangi prevalensi penyakit yang ditularkan melalui air secara berkelanjutan pada 320 rumah tangga di 2 desa di Sumba Barat Daya khususnya di desa Raba Ege dan Desa Tena Teke.
Baca juga: Polisi periksa enam saksi terkait "kawin culik" di Sumba
"Kami juga akan serahkan jaringan air bersih dari Save The Children dan YWKW ke Pemda SBD," ujar dia.*
Bupati SBD Kornelius Kodi Mete dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa, (21/5/2024) mengatakan masyarakat di wilayahnya tersebut masih minim pemahaman dan kesadaran tentang betapa pentingnya upaya mencegah pernikahan paksa serta pernikahan anak usia dini.
"Karena hal itu merupakan permasalahan yang rumit dan hanya bisa diatasi dengan kolaborasi dan sinergi berbagai pihak, untuk memberikan edukasi persuasif yang terus menerus kepada masyarakat," katanya.
Hal itu dilakukan agar masyarakat sadar bahwa anak bukan aset yang menghasilkan material seperti belis tetapi merupakan aset masa depan keluarga serta bangsa dan negara yang harus terus diasah kemampuannya sehingga bisa kemajuan zaman dalam dunia digitalisasi.
Dia menilai dimulainya kerja sama dengan Save The Children Indonesia bersama mitra diharapkan bisa menekan angka kasus perkawinan paksa serta perkawinan usia dini yang sering terjadi di daerah itu.
Berdasarkan data dari Kementerian PPPA disebutkan selama tahun 2024 jumlah kasus kekerasan terhadap anak, berjumlah 354 kasus. Dan jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Sumba Barat Daya ada tujuh kasus.
Acting Senior Program Implementation Manager Save the Children Indonesia David Walla mengatakan bahwa komitmen bersama yang terjadi antara Pemda Sumba Barat Daya dan mitra merupakan komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Sumba Barat Daya.
Perjanjian antara Save The Children dan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya akan mencakup berbagai program yang berfokus pada perlindungan anak, pendidikan, dan kesehatan.
"Penandatanganan nota Kesepahaman dan perjanjian kerja sama sebagai simbol untuk memastikan keberlanjutan gerakan perubahan positif yang dipelopori anak-anak terkait upaya menangani isu pernikahan anak, pernikahan dini dan paksa yang terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya," ujar dia.
Baca juga: Bupati Kodi Mete perkuat sosialisasi cegah kasus kawin culik
Pihaknya berharap komitmen bersama yang sudah dibangun saat ini akan membuka pandangan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi di bidang kesehatan, harapan ke depan melalui penerapan pola hidup bersih dan sehat dapat mengurangi prevalensi penyakit yang ditularkan melalui air secara berkelanjutan pada 320 rumah tangga di 2 desa di Sumba Barat Daya khususnya di desa Raba Ege dan Desa Tena Teke.
Baca juga: Polisi periksa enam saksi terkait "kawin culik" di Sumba
"Kami juga akan serahkan jaringan air bersih dari Save The Children dan YWKW ke Pemda SBD," ujar dia.*