Kupang (Antara NTT) - Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Nusa Tenggara Timr Naek Tigor Sinaga mengatakan pertumbuhan kredit daerah setempat sepanjang 2016 (yoy) sebesar 13 persen atau lebih tinggi secara nasional yang hanya 7,4 persen.
"Penyaluran kredit 2016 tercatat sebesar Rp22,6 triliun atau meningkat 13 persen, sehingga pencapaian sektor perbankan di Provinsi NTT selama tahun 2016 menunjukkan kemajuan pesat," katanya di Kupang, Rabu.
Khusus untuk kredit UMKM tercatat sebesar Rp7,3 triliun atau meningkat secara tahunan sebesar 19,3 persen atau jauh lebih tinggi dibanding peningkatan kredit secara umum.
"Pangsa kredit UMKM di Provinsi NTT juga tercatat cukup besar, yakni mencapai 32,6 persen jauh lebih tinggi dibanding pangsa nasional yang hanya sebesar 20,3 persen," katanya.
Hal ini kata dia menunjukkan bahwa sektor UMKM sebagai salah satu penopang utama perekonomian di Provinsi NTT.
Sehingga, perlu tetap didorong untuk berkembang dan meningkat setiap tahun.
Pencapaian sektor perbankan juga diikuti dengan pertumbuhan ekonomi NTT yang selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
Bahkan katanya dari sisi spasial pertumbuhan ekonomi nasional didorong oleh tingginya pertumbuhan di beberapa daerah yang mencapai lebih dari 6 persen, seperti di wilayah Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara.
Kondisi tersebut dipengaruhi dampak positif transisi perekonomian dari sebelumnya tergantung melalui komoditas mentah kepada komoditi yang bernilai tambah melalui pembangunan smelter dan industrialisasi sektor pertanian.
Pertumbuhan kredit juga katanya didukung oleh minimnya kredit macet atau non-performing loan (NPL) di daerah ini.
Dia menyebut sampai dengan bulan Oktober 2016, NPL di NTT hanya sebesar 1,95 persen, jauh di bawah nasional yang sebesar 3,25 persen di bawah ambang batas maksimal sebesar 5 persen.
"Pertumbuhan kredit yang tinggi disertai dengan angka NPL yang rendah, menunjukkan bahwa stabilitas sistem keuangan di NTT masih terpelihara dengan baik, sebagai salah satu prasyarat utama dalam proses pembangunan ekonomi di daerah ini," katanya.
Meskipun demikian (kredit macet) sebesar 1,95 dia yakin tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank di NTT. Sebab jumlah tersebut masih jauh di bawah ambang batas maksimal NPL, yakni 5 persen.
"Jika NPL masih di bawah 3 persen atau 2 persen, masih dikategorikan kecil," katanya.
"Penyaluran kredit 2016 tercatat sebesar Rp22,6 triliun atau meningkat 13 persen, sehingga pencapaian sektor perbankan di Provinsi NTT selama tahun 2016 menunjukkan kemajuan pesat," katanya di Kupang, Rabu.
Khusus untuk kredit UMKM tercatat sebesar Rp7,3 triliun atau meningkat secara tahunan sebesar 19,3 persen atau jauh lebih tinggi dibanding peningkatan kredit secara umum.
"Pangsa kredit UMKM di Provinsi NTT juga tercatat cukup besar, yakni mencapai 32,6 persen jauh lebih tinggi dibanding pangsa nasional yang hanya sebesar 20,3 persen," katanya.
Hal ini kata dia menunjukkan bahwa sektor UMKM sebagai salah satu penopang utama perekonomian di Provinsi NTT.
Sehingga, perlu tetap didorong untuk berkembang dan meningkat setiap tahun.
Pencapaian sektor perbankan juga diikuti dengan pertumbuhan ekonomi NTT yang selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
Bahkan katanya dari sisi spasial pertumbuhan ekonomi nasional didorong oleh tingginya pertumbuhan di beberapa daerah yang mencapai lebih dari 6 persen, seperti di wilayah Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara.
Kondisi tersebut dipengaruhi dampak positif transisi perekonomian dari sebelumnya tergantung melalui komoditas mentah kepada komoditi yang bernilai tambah melalui pembangunan smelter dan industrialisasi sektor pertanian.
Pertumbuhan kredit juga katanya didukung oleh minimnya kredit macet atau non-performing loan (NPL) di daerah ini.
Dia menyebut sampai dengan bulan Oktober 2016, NPL di NTT hanya sebesar 1,95 persen, jauh di bawah nasional yang sebesar 3,25 persen di bawah ambang batas maksimal sebesar 5 persen.
"Pertumbuhan kredit yang tinggi disertai dengan angka NPL yang rendah, menunjukkan bahwa stabilitas sistem keuangan di NTT masih terpelihara dengan baik, sebagai salah satu prasyarat utama dalam proses pembangunan ekonomi di daerah ini," katanya.
Meskipun demikian (kredit macet) sebesar 1,95 dia yakin tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank di NTT. Sebab jumlah tersebut masih jauh di bawah ambang batas maksimal NPL, yakni 5 persen.
"Jika NPL masih di bawah 3 persen atau 2 persen, masih dikategorikan kecil," katanya.