Jakarta (ANTARA) -
Baca juga: IHSG berpotensi "rebound" seiring The Fed pangkas SBA
Baca juga: IHSG Rabu sore ditutup melemah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin diperkirakan bergerak volatile seiring adanya berbagai sentimen dari Amerika Serikat (AS).
IHSG dibuka melemah 22,35 poin atau 0,31 persen ke posisi 7.264,83. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 5,64 poin atau 0,64 persen ke posisi 878,49.
"Secara keseluruhan, pekan ini akan menjadi periode yang penuh kehati-hatian bagi IHSG. Dengan berbagai faktor eksternal yang sangat dinamis, termasuk kemungkinan kebijakan proteksionis dari AS, IHSG diperkirakan akan mengalami volatilitas yang tinggi," kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin, (11/11).
Dari mancanegara, kemenangan Donald Trump membawa harapan baru bagi pasar, di mana kebijakan pertumbuhan domestik yang dijanjikan diyakini akan memberikan angin segar bagi sektor-sektor tertentu, seperti usaha kecil dan teknologi.
Kemudian, pada pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu, bank sentral AS The Federal Reserve (Teh Fed) memutuskan memangkas Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,50- 4,75 persen.
Pada pekan ini, fokus pelaku pasar akan tertuju pada data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu (13/11), yang konsensus harapkan mencapai 3,3 persen year on year (yoy), sementara inflasi umum diperkirakan sebesar 2,4 persen (yoy).
Apabila data inflasi ternyata melebihi ekspektasi, hal tersebut bisa memicu sentimen hawkish dari The Fed, di mana tekanan untuk menaikkan suku bunga akan semakin kuat.
Pada Kamis (14/11), data Producer Price Index (PPI) tahunan AS akan diumumkan dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 1,8 persen.
IHSG dibuka melemah 22,35 poin atau 0,31 persen ke posisi 7.264,83. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 5,64 poin atau 0,64 persen ke posisi 878,49.
"Secara keseluruhan, pekan ini akan menjadi periode yang penuh kehati-hatian bagi IHSG. Dengan berbagai faktor eksternal yang sangat dinamis, termasuk kemungkinan kebijakan proteksionis dari AS, IHSG diperkirakan akan mengalami volatilitas yang tinggi," kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin, (11/11).
Dari mancanegara, kemenangan Donald Trump membawa harapan baru bagi pasar, di mana kebijakan pertumbuhan domestik yang dijanjikan diyakini akan memberikan angin segar bagi sektor-sektor tertentu, seperti usaha kecil dan teknologi.
Kemudian, pada pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu, bank sentral AS The Federal Reserve (Teh Fed) memutuskan memangkas Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,50- 4,75 persen.
Pada pekan ini, fokus pelaku pasar akan tertuju pada data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu (13/11), yang konsensus harapkan mencapai 3,3 persen year on year (yoy), sementara inflasi umum diperkirakan sebesar 2,4 persen (yoy).
Apabila data inflasi ternyata melebihi ekspektasi, hal tersebut bisa memicu sentimen hawkish dari The Fed, di mana tekanan untuk menaikkan suku bunga akan semakin kuat.
Pada Kamis (14/11), data Producer Price Index (PPI) tahunan AS akan diumumkan dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 1,8 persen.
Baca juga: IHSG berpotensi "rebound" seiring The Fed pangkas SBA
Baca juga: IHSG Rabu sore ditutup melemah