Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Noersomadi memperkenalkan teknik pemantauan atmosfer dan analisis cuaca menggunakan teknik sinyal satelit navigasi GNSS-RO (Global Navigation Satellite System Radio Occultation).

GNSS-RO merupakan teknik penginderaan jarak jauh yang menggunakan sinyal satelit navigasi (GNSS) terhadap satelit yang mengorbit dengan ketinggian rendah di atas bumi.

"Jadi, ada tiga objek yaitu satelit GNSS yang memancarkan gelombang sinyal, kemudian melintasi atmosfer bumi, dan diterima satelit orbit rendah," kata Noersomadi dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Jumat, (13/12).

Noersomadi menjelaskan teknik ini memanfaatkan pancaran gelombang radio dari satelit navigasi menuju satelit orbit rendah. Apabila melintasi atmosfer bumi, gelombang radio tersebut akan melewati hambatan yang membuat sinyal tersebut terlambat diterima oleh satelit orbit rendah.

Kemudian, waktu keterlambatan penerimaan gelombang radio dari satelit navigasi menjadi indikator yang dihitung dalam teknik analisis cuaca ini.
 

Selain itu, teknik ini juga berpatokan pada sudut pembelokan gelombang yang terbentuk dari hambatan lapisan atmosfer yang kemudian digunakan untuk mengukur indikator penting analisis cuaca yaitu temperatur, tekanan udara, dan kelembapan.

"Sudut itu yang diukur, dari sudut yang diukur bisa mengukur indeks bias atmosfir dan kemudian bisa mengukur temperatur, tekanan udara, dan kelembapan," ujar Noersomadi.

Dengan keunggulan yang dimiliki GNSS-RO, BRIN mengembangkan sistem informasi bernama GNSS for Atmospheric Observation and Tracking the Climate Change atau disebut GATOTKACA.

Sistem ini memberikan informasi kandungan uap air di atas 2 km di wilayah Indonesia yang ditampilkan menjadi sebuah data dan profil parameter dasar atmosfer mencakup temperatur, kelembapan, dan tekanan udara yang diperoleh dari satelit Constellation Satellites for Meteorology, Ionosphere, and Climate mission #2 (COSMIC-2) GNSS-RO.

“Analisis dan interpretasi data menjadi mudah dilakukan karena GATOTKACA menampilkan teknik kontur yang di-overlay pada peta dasar Indonesia yang dilengkapi legenda, lintang dan bujur. Sehingga, pengguna cukup mengakses data kelembapan dalam bentuk list data atau viewer data yang telah divisualisasikan,” ucap Noersomadi.

 

Selain itu, visualisasi ini juga dapat di filter berdasarkan waktu baik dalam tahun, tanggal maupun jam. Seluruh data tersebut dapat diunduh secara gratis untuk kebutuhan analisis lebih lanjut pengguna.


Baca juga: BRIN kembangkan observatorium astronomi berteknologi canggih di Gunung Timau

Baca juga: BRIN kenalkan teknologi floater untuk optimalisasi pesawat di daerah terpencil


Pewarta : Farhan Arda Nugraha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025