Jakarta (ANTARA) - Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan pernyataan Kepala The Fed (Federal Reserve) Jerome Powell mengenai Bitcoin (BTC) dan aset kripto lainnya telah memperburuk situasi pasar kripto.
“Powell menyatakan bahwa bank sentral AS (Amerika Serikat) tidak mendukung kepemilikan Bitcoin dalam jumlah besar dan menekankan bahwa perubahan hukum terkait aset kripto merupakan keputusan Kongres, bukan Federal Reserve,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Kamis, (19/12).
Menurut dia, pernyataan Powell ini menegaskan bank sentral AS takkan terlibat dalam pembentukan cadangan BTC strategis seperti halnya cadangan emas. Langkah ini dinilai semakin memperlemah narasi bahwa Bitcoin dapat menjadi aset cadangan strategis di masa depan.
Setelah keterangan tersebut disampaikan oleh Kepala The Fed, harga Bitcoin turun lebih dari 6,5 persen hingga jatuh di bawah 100 ribu dolar AS dari sebelumnya berada di level 108 ribu dolar AS.
Beberapa kripto utama seperti BTC, Solana (SOL), Ethereum (ETH), dan XRP juga mencatatkan penurunan tajam dalam 24 jam terakhir.
“Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kebijakan Fed dan potensi penjualan Bitcoin oleh pemerintah AS di tengah rendahnya permintaan untuk ETF (Exchange-Traded Fund) BTC-spot,” ucap dia.
Penyebab lain pelemahan kripto adalah hasil pertemuan The Fed dalam Federal Open Market Committee (FOMC) yang membawa dampak besar pada sentimen pasar. Bank sentral AS itu mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis points (bps), menurunkan suku bunga acuan ke kisaran 4,25-4,50 persen, sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya.
Saat ini, pasar kripto disebut berada dalam fase volatilitas tinggi, dimana keputusan kebijakan moneter memiliki dampak langsung terhadap sentimen investor.
Fyqieh menilai, ada faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin dalam jangka pendek, yakni aksi ambil untung investor, arus keluar ETF BTC-spot, dan efek relasional Natal.
"Jika arus keluar ETF BTC-spot meningkat, hal ini dapat menciptakan kekhawatiran di kalangan investor retail, sehingga sulit memulihkan harga BTC ke level 110 ribu dolar AS. Di samping itu, positifnya ada tren historis menunjukkan adanya potensi ‘reli Sinterklas’ pada minggu menjelang dan sesudah Natal. Namun, reli ini bersifat tidak konsisten dan tergantung pada kondisi pasar secara keseluruhan," ungkapnya.
Secara historis, BTC telah mengalami reli Sinterklas sebanyak tujuh kali dalam sepuluh tahun terakhir dengan keuntungan rata-rata 1,32 persen sebelum Natal dan 1,29 persen setelah Natal.
Selama 10 tahun terakhir, data CoinGecko mencatat Bitcoin telah mengalami efek reli Sinterklas sebanyak tujuh kali dalam seminggu menjelang Natal dan lima kali dalam periode hari libur tahunan tersebut. Meskipun potensi reli Sinterklas ada, lanjutnya, investor perlu berhati-hati karena reli ini bukanlah pola yang konsisten.
"Investor sebaiknya memperhatikan data on-chain, sentimen pasar, dan kebijakan makroekonomi sebelum membuat keputusan. Bagi investor, ini adalah momen untuk kembali ke pasar dengan potensi masuk ke harga yang lebih rendah, sebelum melonjak lebih tinggi. Namun, tetap waspada dan mempertimbangkan strategi investasi yang matang. Analisis yang cermat terhadap tren makroekonomi dan data pasar akan menjadi kunci untuk memanfaatkan peluang di tengah volatilitas pasar kripto,” kata Fyqieh.
Baca juga: Bitcoin berpeluang capai level baru
Baca juga: Indodax: bitcoin tembus Rp1 miliar menjelang halving day