Atambua (Antara NTT) - Komandan Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Dansatgas Pamtas) RI-Timor Leste Mayor Inf FX Hengky Yudha Setiawan mengatakan peralatan utama sistem pertahanan (Alutsista) bagi prajurit TNI yang bertugas di perbatasan RI-Timor Leste sudah cukup memadai.
"Alutsista bagi para prajurit di tapal batas Negara RI-Timor Leste sudah cukup memadai dalam mengemban tugas negara untuk menjaga kedaulatan NKRI dari gangguan negara lain," kata Yudha Setiawan yang juga Komandan Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, Kamis.
Menurut dia, peralatan utama sistem pertahanan yang dimiliki saat ini sudah menggunakan sistem peralatan modern yang mampu mendeteksi dan melumpuhkan gangguan keamanan yang datang dari negara tetangga.
Dari sejumlah peralatan utama sistem pertahanan yang ada itu, dikategorikan ke dalam sistem persenjataan perorangan maupun satuan, dengan menggunakan sistem moderen yang layak pakai dan disalurkan di setiap pos-pos penjagaan yang dimiliki di setiap jalur batas negara RI-Timor Leste.
Dia mengatakan, dengan kekuatan dan modernisasi peralatan utama sistem pertahanan yang layak pakai tersebut, Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-Timor Leste dari Yonif 312/Kala Hitam, didukung oleh 650 personel, mampu menjaga keutuhan NKRI dari kemungkinan adanya upaya pencaplokan dan okupasi negara tetangga di wilayah batas negara.
Dari 650 personel prajurit Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi yang ada tersebut, disebar ke 38 pos batas negara yang berada di empat kabupaten, yakni Belu, Kabupaten Timor tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS) serta Kabupaten Kupang.
"Khusus di Kabupaten Belu tersebar 25 pos perbatasan, sedangkan untuk daerah batas di Kabupaten TTU, TTS dan Kabupaten Kupang tersebar 13 pos penjagaan perbatasan," kata Setiawan.
Neon ida laran ida
Hengky Setiawan menambahkan prajurit TNI-AD dari Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi selalu membangun kerja sama dengan rakyat di tapal batas untuk meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam semboyan "neon ida laran ida" atau sehati sejiwa bersama rakyat.
Ia menegaskan upaya untuk tetap mempertahankan keutuhan wilayah NKRI tidak hanya menjadi tugasnya TNI semata, tetapi juga oleh rakyat yang berada di wilayah tapal batas.
"Karena itu, manunggal TNI-Rakyat adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Tanpa rakyat, TNI tidak akan bisa berbuat apa-apa," ujarnya.
Ia menegaskan rasa nasionalisme masyarakat di daerah perbatasan, harus tetap terjaga dan terpelihara agar bisa bersama-sama TNI melakukan tugas negara dalam menjaga keutuhan wilayah NKRI dari gangguan musuh.
"Karena itulah, kami (TNI) terus melakukan kegatan sosial kemasyarakatan agar kemanunggalan parujurit dengan masyarakat tetap terjaga dan terus dipupuk demi tetap tegaknya NKRI," kata Setiawan.
Dengan demikian, kata Setiawan menambahkan, upaya negara untuk tetap menjaga keutuhan negara di batas negara tetap berjalan baik dan terus terpelihara.
"Alutsista bagi para prajurit di tapal batas Negara RI-Timor Leste sudah cukup memadai dalam mengemban tugas negara untuk menjaga kedaulatan NKRI dari gangguan negara lain," kata Yudha Setiawan yang juga Komandan Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, Kamis.
Menurut dia, peralatan utama sistem pertahanan yang dimiliki saat ini sudah menggunakan sistem peralatan modern yang mampu mendeteksi dan melumpuhkan gangguan keamanan yang datang dari negara tetangga.
Dari sejumlah peralatan utama sistem pertahanan yang ada itu, dikategorikan ke dalam sistem persenjataan perorangan maupun satuan, dengan menggunakan sistem moderen yang layak pakai dan disalurkan di setiap pos-pos penjagaan yang dimiliki di setiap jalur batas negara RI-Timor Leste.
Dia mengatakan, dengan kekuatan dan modernisasi peralatan utama sistem pertahanan yang layak pakai tersebut, Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-Timor Leste dari Yonif 312/Kala Hitam, didukung oleh 650 personel, mampu menjaga keutuhan NKRI dari kemungkinan adanya upaya pencaplokan dan okupasi negara tetangga di wilayah batas negara.
Dari 650 personel prajurit Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi yang ada tersebut, disebar ke 38 pos batas negara yang berada di empat kabupaten, yakni Belu, Kabupaten Timor tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS) serta Kabupaten Kupang.
"Khusus di Kabupaten Belu tersebar 25 pos perbatasan, sedangkan untuk daerah batas di Kabupaten TTU, TTS dan Kabupaten Kupang tersebar 13 pos penjagaan perbatasan," kata Setiawan.
Neon ida laran ida
Hengky Setiawan menambahkan prajurit TNI-AD dari Yonif 312/Kala Hitam Siliwangi selalu membangun kerja sama dengan rakyat di tapal batas untuk meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam semboyan "neon ida laran ida" atau sehati sejiwa bersama rakyat.
Ia menegaskan upaya untuk tetap mempertahankan keutuhan wilayah NKRI tidak hanya menjadi tugasnya TNI semata, tetapi juga oleh rakyat yang berada di wilayah tapal batas.
"Karena itu, manunggal TNI-Rakyat adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Tanpa rakyat, TNI tidak akan bisa berbuat apa-apa," ujarnya.
Ia menegaskan rasa nasionalisme masyarakat di daerah perbatasan, harus tetap terjaga dan terpelihara agar bisa bersama-sama TNI melakukan tugas negara dalam menjaga keutuhan wilayah NKRI dari gangguan musuh.
"Karena itulah, kami (TNI) terus melakukan kegatan sosial kemasyarakatan agar kemanunggalan parujurit dengan masyarakat tetap terjaga dan terus dipupuk demi tetap tegaknya NKRI," kata Setiawan.
Dengan demikian, kata Setiawan menambahkan, upaya negara untuk tetap menjaga keutuhan negara di batas negara tetap berjalan baik dan terus terpelihara.