Ramallah, Palestina (ANTARA) - Kementerian Kesehatan Palestina tengah bersiap menerima tahanan yang akan dibebaskan oleh Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Dr Moatasem Mohisen, seorang pejabat Kemenkes Palestina, pada Selasa (14/1) memerintahkan rumah-rumah sakit untuk mempersiapkan diri jika kesepakatan tercapai dan para tahanan dibebaskan.

Dia juga menyebut tentang penyiksaan brutal yang dialami warga Palestina yang ditahan di berbagai penjara Israel.

RS-RS di Palestina diminta untuk segera mempersiapkan klinik penyakit dalam dan bedah untuk memeriksa kesehatan tahanan dan merawat mereka.

Stasiun TV Israel, Channel 12, melaporkan bahwa pemimpin Israel Benjamin Netanyahu akan menggelar rapat mendadak soal keamanan pada Selasa malam untuk membahas kesepakatan tersebut.

Media Israel juga melaporkan adanya kemajuan signifikan dalam negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama beberapa pekan.

Sebelumnya, Hamas menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan sudah berada di "tahap akhir."

Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, pada Selasa mengatakan bahwa kesepakatan “akan segera diumumkan.”

Sebelumnya, sumber-sumber di Palestina juga menyebutkan bahwa kesepakatan soal Gaza "hampir selesai" dan bisa ditandatangani pada Jumat.

Menurut mereka, implementasi kesepakatan akan dilakukan dalam tiga tahap selama 40 hingga 42 hari. Rencana negosiasi tambahan akan dibuat untuk tahap berikutnya.

Pada tahap pertama, pasukan Israel akan tetap menguasai Koridor Netzarim di Gaza tengah dan Koridor Philadelphia di Gaza selatan.

Setelah satu pekan, Hamas diharapkan bisa menyerahkan daftar warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Setelah itu, Israel akan mengizinkan warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke Gaza utara.

Kemajuan tercapai setelah negosiasi mandek lebih dari setahun. Selama itu, Netanyahu kerap mengeklaim adanya kemajuan, tetapi Israel terus melancarkan operasi militernya di Gaza.

Terobosan dalam negosiasi gencatan senjata dikabarkan terjadi setelah Netanyahu mendapat tekanan dari Steve Witkoff, utusan Presiden AS terpilih Donald Trump, dalam sebuah "pertemuan yang tegang" pada Sabtu, menurut laporan Times of Israel.

Israel saat ini menahan lebih dari 10.300 warga Palestina. Di pihak lain, Hamas diperkirakan menyandera 98 warga Israel di Gaza. Kelompok itu mengatakan banyak sandera tewas akibat serangan udara Israel yang membabi buta.

Negosiasi Israel-Hamas yang ​dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS itu beberapa kali terhenti karena Netanyahu mengajukan syarat-syarat baru.

Kelompok oposisi Israel dan keluarga para sandera menuduh Netanyahu menghalangi upaya gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tawanan dengan Hamas.

Sejak Hamas melakukan serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023, Israel terus melancarkan perang di Jalur Gaza, meski Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera.

Perang Israel di wilayah kantong Palestina itu telah menewaskan lebih dari 46.600 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan di Mahkamah Internasional atas perang genosida di Gaza.

Sumber: Anadolu

 

Baca juga: Biden yakini gencatan senjata di Gaza segera terwujud
Baca juga: AS bantah terjadi genosida di Gaza, ada genosida di Sudan


Pewarta : Primayanti
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025