Berlin (ANTARA) - Para pemilih di Jerman akan menuju tempat pemungutan suara (TPS) pada Minggu (23/2) untuk memilih parlemen baru. Partai Demokrat Kristen (CDU/CSU) dari kubu tengah-kanan diprediksi akan kembali berkuasa setelah lebih dari tiga tahun menjadi oposisi.

CDU/CSU yang dipimpin Friedrich Merz saat ini unggul dalam jajak pendapat dengan 29 persen, hampir 14 poin persentase di depan Partai Sosial Demokrat (SPD) yang dipimpin Kanselir Olaf Scholz. Namun, Merz diperkirakan tidak akan meraih mayoritas mutlak di parlemen.

Menurut jajak pendapat terbaru dari Forsa Institute, partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) naik ke angka 21 persen, memperkuat posisinya sebagai kekuatan politik terbesar kedua di negara itu.

Meski demikian, partai anti-imigrasi ini tidak memiliki jalur menuju kekuasaan karena semua partai lain telah menolak membentuk koalisi dengan mereka.

Para analis melihat kemungkinan besar pemerintahan koalisi antara Demokrat Kristen dan Sosial Demokrat. Namun, dengan banyaknya pemilih yang belum menentukan pilihan serta sistem pemilu Jerman yang kompleks, distribusi kursi parlemen masih belum pasti.

Jajak pendapat yang dirilis pada Kamis menunjukkan bahwa hampir 27 persen pemilih masih ragu untuk menggunakan hak suara mereka atau menentukan partai yang akan mereka dukung.

Siapa yang berhak memilih?
Lebih dari 59 juta warga Jerman memiliki hak pilih, termasuk 2,3 juta pemilih pemula, menurut data resmi. Komposisi pemilih cenderung didominasi kelompok usia lanjut, dengan 42 persen berusia 60 tahun ke atas, sementara hanya 13 persen yang berusia di bawah 30 tahun.

Lebih dari 7 juta pemilih memiliki latar belakang imigran, termasuk lebih dari 1 juta warga Jerman keturunan Turki.

Selama bertahun-tahun, tingkat partisipasi pemilih lebih tinggi di kalangan kelompok usia lanjut, tetapi cenderung lebih rendah di kalangan anak muda dan pemilih berlatar belakang migran.

Pada pemilu parlemen 2021, tingkat partisipasi pemilih mencapai 76,6 persen, tetapi menurun menjadi 64,8 persen dalam pemilu Parlemen Eropa 2024.

Bagaimana pola sistem pemilu Jerman?
Kanselir Jerman dipilih secara tidak langsung. Pemilih memilih anggota parlemen baru, yang kemudian menentukan kanselir melalui pemungutan suara internal.

Jika partai pemenang mendapatkan mayoritas di parlemen atau berhasil membentuk koalisi dengan mayoritas mutlak, kandidat mereka akan menjadi kanselir berikutnya.

Jerman menerapkan sistem pemilu campuran, di mana setiap warga memberikan dua suara.

Suara pertama diberikan untuk memilih kandidat yang akan mewakili distrik lokal mereka. Sementara itu, suara kedua diberikan kepada partai politik, yang lebih menentukan jumlah kursi yang akan dimiliki masing-masing partai di parlemen.

Partai politik harus meraih minimal 5 persen dari total suara atau memenangkan tiga kursi distrik secara langsung agar bisa masuk parlemen. Ambang batas ini bertujuan mencegah fragmentasi parlemen oleh partai-partai kecil.

Siapa saja partai utama di Jerman?
Sebanyak 4.506 kandidat bersaing untuk mendapatkan 630 kursi parlemen dalam pemilu kali ini.

Representasi perempuan sedikit menurun, dengan jumlah kandidat perempuan sebanyak 1.422 orang (32 persen), turun dari 33 persen (2.024 dari 6.211) pada 2021.

Dari 29 partai politik yang ikut serta, hanya enam yang diperkirakan melampaui ambang batas 5 persen untuk masuk Bundestag.

Aliansi CDU/CSU, SPD, AfD, Partai Hijau, dan partai sosialis Die Linke diprediksi akan lolos ke parlemen.

Sementara itu, Partai Demokrat Bebas (FDP) dan partai populis kiri baru, BSW, masih berada di sekitar angka 5 persen, sehingga masa depan mereka di parlemen masih belum pasti.

Jika FDP dan BSW berhasil masuk parlemen, Merz mungkin harus membentuk koalisi tiga partai, karena partai-partai utama seperti Demokrat Kristen dan Sosial Demokrat akan menguasai lebih sedikit kursi.

Siapa yang berpotensi menjadi Kanselir?
Jajak pendapat terbaru dari penyiar publik ZDF menunjukkan bahwa kandidat kanselir dari kubu konservatif, Friedrich Merz, memiliki tingkat dukungan yang lebih tinggi dibandingkan Kanselir petahana Olaf Scholz.

Saat ditanya mengenai kandidat pilihan mereka, 32 persen responden memilih Merz, sementara Scholz hanya mendapat 18 persen. Kandidat Partai Hijau, Robert Habeck, bahkan mengungguli Scholz dengan dukungan 21 persen.

Sementara itu, kandidat AfD, Alice Weidel, mendapat dukungan 14 persen, sedangkan 15 persen responden masih ragu atau menolak memilih.

Apa yang ditawarkan Partai Demokrat Kristen (CDU/CSU)?
Merz, 69 tahun, menjadikan ekonomi yang sedang lesu dan migrasi massal sebagai fokus utama kampanyenya.

Untuk menghidupkan kembali ekonomi terbesar di Eropa, ia mengusulkan kebijakan pro-bisnis, seperti menurunkan pajak perusahaan, memastikan energi terjangkau, dan mendirikan kementerian digital untuk memimpin reindustrialisasi melalui digitalisasi.

Ia juga berjanji menerapkan pengawasan perbatasan permanen dengan negara-negara tetangga guna mengurangi migrasi ilegal serta mempercepat deportasi bagi pencari suaka yang ditolak.

Merz menyatakan bahwa warga Suriah dan Afghanistan tanpa status hukum, serta migran yang melakukan kejahatan serius di Jerman, akan dideportasi ke negara asal mereka.

Dukungan Merz kuat di kalangan pemilih pria tetapi rendah di kalangan perempuan, yang menganggapnya arogan dan kurang peduli terhadap isu-isu perempuan. Tingkat dukungannya di kalangan pemilih muda bahkan hanya 13 persen.

Di negara bagian Jerman Timur, Merz juga menghadapi tantangan karena AfD memiliki basis dukungan yang kuat di sana.

Apa kebijakan Partai Sosialis Demokrat (SPD)?
Dalam kampanyenya, Scholz mengkritik retorika populis Merz yang dianggapnya mengincar pemilih AfD, sementara ia menekankan solusi praktis untuk ekonomi dan migrasi.

Scholz, 66 tahun, menawarkan program pertumbuhan dan keadilan sosial, termasuk menaikkan upah minimum menjadi €15 per jam pada 2026, memberikan keringanan pajak bagi jutaan pekerja, serta menurunkan PPN untuk kebutuhan pokok.

Dalam kebijakan luar negeri, Scholz tetap mendukung Ukraina tetapi menolak pengiriman rudal Taurus yang dapat mencapai jauh ke wilayah Rusia.

Apa tawaran Partai Hijau?
Robert Habeck, 55 tahun, mengusung transisi energi terbarukan dengan target netral karbon pada 2035 dan penghentian penggunaan batu bara pada 2030.

Ia berjanji berinvestasi besar dalam teknologi hijau untuk modernisasi industri dan penciptaan lapangan kerja berkelanjutan.

Apa kebijakan Partai Alternatif untuk Jerman (AfD)?
Alice Weidel, kandidat AfD, memperoleh momentum berkat dukungan pemerintahan Trump dan Elon Musk.

AfD mengusung kebijakan deportasi massal bagi imigran, membatasi tunjangan sosial bagi pengungsi, dan menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara serta nuklir.

Dalam kebijakan luar negeri, AfD ingin mengubah Uni Eropa menjadi federasi longgar dan mempertimbangkan Jerman keluar dari zona euro.

Dengan kebijakan kontroversialnya, AfD diperkirakan mencetak rekor tertinggi dengan 21 persen suara dalam pemilu kali ini.

Sumber: Anadolu

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Warga Jerman menuju TPS, bersiap memilih parlemen baru


Pewarta : Primayanti
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2025