Kupang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat indeks harga konsumen (IHK) di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini mengalami inflasi sebesar 0,51 persen pada April 2019.
"Kelompok pengeluaran bahan makanan menjadi penyumbang terbesar dengan inflasinya cukup tinggi 1,5 persen dengan andil sebesar 0,36 persen," kata Kepala BPS Provinsi NTT, Maritje Pattiwaellapea di Kupang, Kamis (2/5).
Ia mengemukakan, beberapa kelompok pengeluaran lain juga menjadi menyumbang inflasi yakni transportasi yang mengalami inflasi 0,73 persen dengan andil 0,13 persen dan inflasi kelompok kesehatan sebesar 0,44 persen dengan andil 0,02 persen.
Menurutnya, inflasi bahan makanan dipicu kenaikan harga pada sejumlah komoditi seperti bawang merah dan bawang putih yang berandil terhadap inflasi di NTT sebesar 0,05 persen.
"Harga komoditi bawang ini pada April 2019 diketahui naik hingga dua kali lipat, yakni sebesar Rp80.000 per kilogram. Ini juga disebabkan kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi yang membuat produksinya kurang bagus," sebutnya.
Ia mengatakan, beberapa komoditi lain juga menyumbang inflasi untuk kelompok bahan makanan seperti tomat sayur, cabai rawit, beberapa sayuran seperti kangkung, sawi putih, daun singkong.
Baca juga: Inflasi triwulan II/2019 di NTT belum stabil
Selain itu, beberapa jenis ikan seperti ikan ekor kuning dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen, ikan merah dengan andil 0,02 persen.
Maritje menambahkan, kondisi inflasi pada April 2019 masih cukup terkendali, namun beberapa komoditi yang menjadi pemicu utama inflasi perlu diperhatikan secara serius.
"Apalagi ini mau memasuki bulan Ramadan sehingga diharapkan upaya pengendalian harga seperti dengan operasi pasar lebih gencar dilakukan agar tidak ada kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok," katanya.
Baca juga: Inflasi triwulan I diperkirakan 2,30-2,70 persen
Baca juga: TPID NTT perlu kerja ekstra tekan inflasi
"Kelompok pengeluaran bahan makanan menjadi penyumbang terbesar dengan inflasinya cukup tinggi 1,5 persen dengan andil sebesar 0,36 persen," kata Kepala BPS Provinsi NTT, Maritje Pattiwaellapea di Kupang, Kamis (2/5).
Ia mengemukakan, beberapa kelompok pengeluaran lain juga menjadi menyumbang inflasi yakni transportasi yang mengalami inflasi 0,73 persen dengan andil 0,13 persen dan inflasi kelompok kesehatan sebesar 0,44 persen dengan andil 0,02 persen.
Menurutnya, inflasi bahan makanan dipicu kenaikan harga pada sejumlah komoditi seperti bawang merah dan bawang putih yang berandil terhadap inflasi di NTT sebesar 0,05 persen.
"Harga komoditi bawang ini pada April 2019 diketahui naik hingga dua kali lipat, yakni sebesar Rp80.000 per kilogram. Ini juga disebabkan kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi yang membuat produksinya kurang bagus," sebutnya.
Ia mengatakan, beberapa komoditi lain juga menyumbang inflasi untuk kelompok bahan makanan seperti tomat sayur, cabai rawit, beberapa sayuran seperti kangkung, sawi putih, daun singkong.
Baca juga: Inflasi triwulan II/2019 di NTT belum stabil
Selain itu, beberapa jenis ikan seperti ikan ekor kuning dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen, ikan merah dengan andil 0,02 persen.
Maritje menambahkan, kondisi inflasi pada April 2019 masih cukup terkendali, namun beberapa komoditi yang menjadi pemicu utama inflasi perlu diperhatikan secara serius.
"Apalagi ini mau memasuki bulan Ramadan sehingga diharapkan upaya pengendalian harga seperti dengan operasi pasar lebih gencar dilakukan agar tidak ada kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok," katanya.
Baca juga: Inflasi triwulan I diperkirakan 2,30-2,70 persen
Baca juga: TPID NTT perlu kerja ekstra tekan inflasi