Kupang (ANTARA) - PT PAL Indonesia akan membangun kapal rumah sakit terapung bagi Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai 2020, kata Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi di Kupang, Sabtu (25/5).
"Menurut apa yang sudah dipaparkan oleh pihak PT PAL Indonesia, rumah sakit terapung milik NTT akan mulai dibuat pada tahun 2020," kata Nae Soi menegaskan.
Hal itu disampaikan usai mendengar langsung proposal penawaran serta presentasi dari PT PAL Indonesia soal bentuk kapal dan teknis kapal yang akan dibangun.
Namun, sebelum dibangunkapal itu PT PAL Indonesia menggandeng Institut Teknologi Surabaya (ITS) untuk melakukam studi kelayakan terkait dengan pembangunan kapal tersebut.
Nae Soi yang juga mantan Anggota Komisi V DPR itu, menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTT sudah berkomitmen untuk membuat kapal rumah sakit terapung.
"Rumah sakit terapung akan melayani masyarakat NTT di daerah pesisir, terutama yang tidak terjangkau dengan pelayanan kesehatan yang memadai," ujarnya.
Ia menyatakan kemampuan PT PAL dalam merancang dan membuat berbagai jenis kapal sudah tidak diragukan lagi.
Rumah sakit terapung (UNSN-Mercy) dari Amerika Serikat berada di perairan Manado, Sulawesi Utara guna melakukan pengobatan kepad masyarakat (ANTARA FOTO/Dok)
"Kami hanya minta satu saja Pak, harganya bisa dinegosiasi kembali. Saya pasti akan mengunjungi PT PAL untuk bicarakan lagi hal ini. Saya minta kebijakan PT PAL khusus untuk Provinsi NTT terkait harga ini," kata dia.
Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan Kapal PT PAL Iman Sulaiman menyebut keinginan Pemerintah Provinsi NTT membuat rumah sakit terapung merupakan hal yang luar biasa.
Ia mengatakan biasanya klien PT PAL, yakni Angkatan Laut dalam dan luar negeri atau swasta. Akan tetapi, untuk pertama kali, klien PT PAL adalah pemerintah Provinsi NTT.
"Ini suatu kehormatan, kami bisa hadir di ruangan ini. Saya tadi melihat program ini, merinding. Kalau jadi, ini menarik sekali. Secara nalar, memang dengan topografi NTT yang terdiri dari 1.192 pulau dan 44 pulau berpenghuni, tentu akses pelayanan (kesehatan sangat dibutuhkan," katanya.
Dia mengemukakan kapal rumah sakit terapung dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan dan hasil survei keinginan pembeli. Kecepatan bisa dikurang (reduce) sehingga harga juga bisa dikurangi, bisa mencapai Rp600 miliar.
"Jenis kapal yang ideal untuk RS Terapung adalah Landing Platform Dock (LPD) seperti jenis kapal perang amfibi yang dilengkapi pula dengan Landing Craft Utility (LCU) atau sejenis kapal kecil amfibi untuk jemput pasien di pulau-pulau yang tidak bisa disandari. Dan juga ada helipadnya," kata Imam.
Ia mengatakan kapal itu merepresentasikan RS Tipe C dengan ukuran panjang 122 meter dan empat dek dengan kecepatan maksimum 16 knot.
Dalam rancangan PT PAL, rumah sakit terapung dilengkapi dengan poli rawat, ruang operasi, ruang rawat inap, dan unit gawat darurat, bisa menampung 32 kru, 70 staf medis, dan 204 relawan.
Selain itu, ruang rawat inap untuk 60 pasien ditambah delapan pasien isolasi, empat pasien ICU, tiga pasien HCU, 16 pasien UGD dan ditambah empat tenda, dengan kapasitas satu tenda untuk 10 pasien.
Ketua Team Nasdec A.A. Masroeri (kiri) didsmpingi Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi sedang menjelaskan studi kelayakan soal pembuatan kapal RS terapung bagi NTT. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
"Menurut apa yang sudah dipaparkan oleh pihak PT PAL Indonesia, rumah sakit terapung milik NTT akan mulai dibuat pada tahun 2020," kata Nae Soi menegaskan.
Hal itu disampaikan usai mendengar langsung proposal penawaran serta presentasi dari PT PAL Indonesia soal bentuk kapal dan teknis kapal yang akan dibangun.
Namun, sebelum dibangunkapal itu PT PAL Indonesia menggandeng Institut Teknologi Surabaya (ITS) untuk melakukam studi kelayakan terkait dengan pembangunan kapal tersebut.
Nae Soi yang juga mantan Anggota Komisi V DPR itu, menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTT sudah berkomitmen untuk membuat kapal rumah sakit terapung.
"Rumah sakit terapung akan melayani masyarakat NTT di daerah pesisir, terutama yang tidak terjangkau dengan pelayanan kesehatan yang memadai," ujarnya.
Ia menyatakan kemampuan PT PAL dalam merancang dan membuat berbagai jenis kapal sudah tidak diragukan lagi.
Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan Kapal PT PAL Iman Sulaiman menyebut keinginan Pemerintah Provinsi NTT membuat rumah sakit terapung merupakan hal yang luar biasa.
Ia mengatakan biasanya klien PT PAL, yakni Angkatan Laut dalam dan luar negeri atau swasta. Akan tetapi, untuk pertama kali, klien PT PAL adalah pemerintah Provinsi NTT.
"Ini suatu kehormatan, kami bisa hadir di ruangan ini. Saya tadi melihat program ini, merinding. Kalau jadi, ini menarik sekali. Secara nalar, memang dengan topografi NTT yang terdiri dari 1.192 pulau dan 44 pulau berpenghuni, tentu akses pelayanan (kesehatan sangat dibutuhkan," katanya.
Dia mengemukakan kapal rumah sakit terapung dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan dan hasil survei keinginan pembeli. Kecepatan bisa dikurang (reduce) sehingga harga juga bisa dikurangi, bisa mencapai Rp600 miliar.
"Jenis kapal yang ideal untuk RS Terapung adalah Landing Platform Dock (LPD) seperti jenis kapal perang amfibi yang dilengkapi pula dengan Landing Craft Utility (LCU) atau sejenis kapal kecil amfibi untuk jemput pasien di pulau-pulau yang tidak bisa disandari. Dan juga ada helipadnya," kata Imam.
Ia mengatakan kapal itu merepresentasikan RS Tipe C dengan ukuran panjang 122 meter dan empat dek dengan kecepatan maksimum 16 knot.
Dalam rancangan PT PAL, rumah sakit terapung dilengkapi dengan poli rawat, ruang operasi, ruang rawat inap, dan unit gawat darurat, bisa menampung 32 kru, 70 staf medis, dan 204 relawan.
Selain itu, ruang rawat inap untuk 60 pasien ditambah delapan pasien isolasi, empat pasien ICU, tiga pasien HCU, 16 pasien UGD dan ditambah empat tenda, dengan kapasitas satu tenda untuk 10 pasien.