Kupang (ANTARA) - Badan Penangulangan Bencana Daerah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur telah membentuk empat desa tangguh bencana guna mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana alam yang sering kali melanda kabupaten kepulauan itu.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Alor, Christina Beli ketika dihubungi Antara dari Kupang, Selasa (18/6) mengatakan pembentukan desa tangguh bencana karena daerah Kabupaten Alor termasuk daerah rawan bencana alam khususnya gempa bumi.
Christina mengatakan hal itu terkait upaya pemerintah Kabupaten Alor dalam menghadapi berbagai kasus bencana alam dialami masyarakat Alor.
"Daerah ini termasuk daerah rawan bencana terutama gempa bumi yang terjadi seperti dialami tahun 2015 lalu, sehingga pemerintah perlu mengantisipasinya dengan membentuk desa tanguh bencana guna mendorong kemandirian masyarakat dalam melakukan penangulangan bencana alam," kata Christina.
Desa-desa tanguh bencana itu merupakan wilayah rawan bencana alam gempa bumi, gelombang pasang dan tanah longsor.
Menurut dia, BPBD Kabupaten Alor telah melakukan simulasi penangulangan bencana seperti proses evakuasi warga, pertolongan warga yang membutuhkan bantuan serta persiapan dan distribusi logistik bagi korban bencana alam yang membutuhkan bantuan.
"Masyarakat pada desa-desa tanguh bencana itu telah memahami apa saja yang perlu dilakukan warga ketika terjadi bencana alam," tegas Chritina tanpa merinci nama empat tanguh bencana yang telah dibentuk itu.
Ia mengatakan, pembentuk desa tanguh bencana sebagai upaya pemerintah dalam meminimalisir korban jiwa, apabila terjadi bencana alam gempa bumi maupun tanah longsor yang melanda kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Timor Leste itu.
Baca juga: Basarnas temukan lima korban KM Nusa Kenari dalam kondisi tak bernyawa
Baca juga: KM Nusa Kenari tak mengantongi izin berlayar
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Alor, Christina Beli ketika dihubungi Antara dari Kupang, Selasa (18/6) mengatakan pembentukan desa tangguh bencana karena daerah Kabupaten Alor termasuk daerah rawan bencana alam khususnya gempa bumi.
Christina mengatakan hal itu terkait upaya pemerintah Kabupaten Alor dalam menghadapi berbagai kasus bencana alam dialami masyarakat Alor.
"Daerah ini termasuk daerah rawan bencana terutama gempa bumi yang terjadi seperti dialami tahun 2015 lalu, sehingga pemerintah perlu mengantisipasinya dengan membentuk desa tanguh bencana guna mendorong kemandirian masyarakat dalam melakukan penangulangan bencana alam," kata Christina.
Desa-desa tanguh bencana itu merupakan wilayah rawan bencana alam gempa bumi, gelombang pasang dan tanah longsor.
Menurut dia, BPBD Kabupaten Alor telah melakukan simulasi penangulangan bencana seperti proses evakuasi warga, pertolongan warga yang membutuhkan bantuan serta persiapan dan distribusi logistik bagi korban bencana alam yang membutuhkan bantuan.
"Masyarakat pada desa-desa tanguh bencana itu telah memahami apa saja yang perlu dilakukan warga ketika terjadi bencana alam," tegas Chritina tanpa merinci nama empat tanguh bencana yang telah dibentuk itu.
Ia mengatakan, pembentuk desa tanguh bencana sebagai upaya pemerintah dalam meminimalisir korban jiwa, apabila terjadi bencana alam gempa bumi maupun tanah longsor yang melanda kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Timor Leste itu.
Baca juga: Basarnas temukan lima korban KM Nusa Kenari dalam kondisi tak bernyawa
Baca juga: KM Nusa Kenari tak mengantongi izin berlayar