Kupang (Antara NTT) - Sedikitnya tujuh imigran gelap asal Timur Tengah yang tertampung di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis, dilarikan ke rumah sakit karena pingsan setelah menggelar aksi unjuk rasa di Rudenim tersebut.
"Kemungkinan besar mereka tidak makan pagi sehingga langsung jatuh pingsan saat menggelar unjuk rasa," kata Kepala Divisi Imigrasi Kakanwil Hukum dan HAM Nusa Tenggara Timur Fery Monang Sihite kepada pers di Kupang.
Ia mengatakan aksi unjuk rasa yang dilancarkan ratusan imigran gelap yang tertampung di Rudenim Kupang itu menuntut agar oraganisasi PBB yang menangani masalah migrasi (IOM) segera memberikan kejelasan status mereka untuk dipindahkan ke negara ketiga.
"Mereka berdemo tujuannya bukan ke pemerintah Indonesia, tetapi kepada IOM, soal kapan mereka dipindahkan ke negara yang mereka inginkan sebagai pengungsi," tuturnya.
Fery yang pernah menjabat sebagai Kepala Imigrasi Kelas I Renon Denpasar, Bali ini mengatakan saat ini ketujuh imigran gelap itu sudah berada di rumah sakit untuk dirawat.
"Saya juga masih mencari informasi lebih lanjut terkait keberadaan mereka di RS saat ini," tuturnya.
Hingga saat ini kurang lebih ada 150 imigran gelap ditampung di Rudenim Kupang yang sebagian besarnya didominasi oleh imigran dari Afghanistan.
Sementara itu Direktur RSUD SK Lerik Kota Kupang dr Marsiana Halek mengatakan bahwa dari ketujuh orang imigran gelap yang dirawat ada lima orang yang rawat jalan dan sisanya rawat inap.
"Ada dua imigran yang masih berada di UGD, sementara itu sisanya akan diberikan rawat jalan. Terkait sakit apa yang dialami oleh mereka saya juga belum tahu, sebab saya juga baru tahu, nanti kalau ada info lebih lanjut baru saya sampaikan," tuturnya.
Pihak rumah sakit juga hingga berita ini diturunkan belum memberikan kesempatan kepada sejumlah wartawan untuk bertemu dengan para imigran tersebut, untuk menanyakan lebih jelas terkait tuntutan yang disampaikan oleh imigran.
"Kemungkinan besar mereka tidak makan pagi sehingga langsung jatuh pingsan saat menggelar unjuk rasa," kata Kepala Divisi Imigrasi Kakanwil Hukum dan HAM Nusa Tenggara Timur Fery Monang Sihite kepada pers di Kupang.
Ia mengatakan aksi unjuk rasa yang dilancarkan ratusan imigran gelap yang tertampung di Rudenim Kupang itu menuntut agar oraganisasi PBB yang menangani masalah migrasi (IOM) segera memberikan kejelasan status mereka untuk dipindahkan ke negara ketiga.
"Mereka berdemo tujuannya bukan ke pemerintah Indonesia, tetapi kepada IOM, soal kapan mereka dipindahkan ke negara yang mereka inginkan sebagai pengungsi," tuturnya.
Fery yang pernah menjabat sebagai Kepala Imigrasi Kelas I Renon Denpasar, Bali ini mengatakan saat ini ketujuh imigran gelap itu sudah berada di rumah sakit untuk dirawat.
"Saya juga masih mencari informasi lebih lanjut terkait keberadaan mereka di RS saat ini," tuturnya.
Hingga saat ini kurang lebih ada 150 imigran gelap ditampung di Rudenim Kupang yang sebagian besarnya didominasi oleh imigran dari Afghanistan.
Sementara itu Direktur RSUD SK Lerik Kota Kupang dr Marsiana Halek mengatakan bahwa dari ketujuh orang imigran gelap yang dirawat ada lima orang yang rawat jalan dan sisanya rawat inap.
"Ada dua imigran yang masih berada di UGD, sementara itu sisanya akan diberikan rawat jalan. Terkait sakit apa yang dialami oleh mereka saya juga belum tahu, sebab saya juga baru tahu, nanti kalau ada info lebih lanjut baru saya sampaikan," tuturnya.
Pihak rumah sakit juga hingga berita ini diturunkan belum memberikan kesempatan kepada sejumlah wartawan untuk bertemu dengan para imigran tersebut, untuk menanyakan lebih jelas terkait tuntutan yang disampaikan oleh imigran.