Kupang (Antara NTT) - Pengamat ekonomi Dr James Adam, MBA, mengatakan kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi ke Jakarta dan Bali sejak 1-9 Maret 2017 merupakan peluang emas bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian melalui investasi sumber daya energi dan pariwisata.

"Kunjungan yang pertama dilakukan Raja Arab Saudi ke Indonesia setelah sekian puluhan tahun itu harus benar-benar berdampak ekonomis, apalagi salah satu tujuan perjalanan itu untuk mencari investor Asia untuk menjual lima persen saham Aramco, sebuah BUMN milik negara itu," katanya kepada Antara di Kupang, Senin.

Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang itu mengatakan ada banyak peluang dan manfaat yang harusnya ditangkap berbagai pihak dan komponen terutama pebisnis dan praktisi usaha yang berkaitan dengan tujuan dan agenda Raja Salman dari Arab Saudi untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan.

"Kalau di Jakarta pada tanggal 1-3 Maret mungkin saja akan lebih fokus pada urusan protokoler terkait bilateral dan kerjasama kedua negara, maka pada tahap selanjutnya di Denpasar Bali, para pebisnis bia saja melakukan negosiasi utnuk pengembangan usaha kepariwisataan," katanya.

Fakta yang digambarkan Presiden Jokowi dalam kunjungan ke Australia (26/2) menyebutkan pertumbuhan ekonomi pada 2016 pada posisi 5,02 persen.

"Dibanding negara lain yang anjlok sampai 100 persen, ada yang minus, meskipun patut disyukuri karena masih di atas lima persen," katanya.

Misalnya dibandingkan dengan negara besar di G20, Indonesia masih masuk pada tiga besar terbaik. Kalahnya hanya sama India dan Tiongkok.

Walaupun fakta tergambar cukup baik, namun menurut James Adam di Indonesia masih terjadi kesenjangan dengan jurang yang cukup dalam dan telah menjadi persoalan besar seperti gini ratio pada 2013 pada posisi 0,41, dan pada 2015 masuk 0,38 dan 2016 pada posisi 0,37 persen.

Kondisi ini yang harus digambarkan gamblang kepada Raja Salman guna membangun kerja sama dan meningkatkan investasi dengan negara teluk yang kaya minyak itu.

"Target investasi Rp800 triliun itu optimistis dpat dicapai tetapi memang perlu kerja keras, di antaranya mebangun hubungan kerjasama perekonomian dengan negara-negara kaya seperti Arab Saudi.

Pewarta : Hironimus Bifel
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024