Kupang (ANTARA) - Wakil Wali Kota Kupang Hermanus Man mengajak masyarakat dan berbagai organisasi kepemudaan di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk terus menjaga keutuhan bangsa Indonesia tanpa memandang perbedaan.

“Ada empat pilar kebangsaan yang ada di Indonesia, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika” ujar Hermanus Man dalam pesan kebangsaannya pada kegiatan Kampanye Sosial Save Papua di Kota Kupang, Sabtu (14/9).

Menurut dia, lagu "Dari Sabang Sampai Merauke" merupakan perwujudan dari persatuan dan kesatuan yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa.

"Mari kita menjaga keutuhan bangsa dengan cara memulainya dari Kota Kupang. Mari menjaga persatuan dan merajut kesatuan tanpa memandang perbedaan,” katanya. Sejumlah mahasiswa membentangkan spanduk bertuliskan Indonesia Rumah Bersama saat kampanye sosial 'Save Papua Marajut NKRI' di Kota Kupang NTT (14/9/2019). Dalam kampanye tersebut pemerintah NTT mendoakan agar Indonesia tetap aman dan damai.( ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/nz) Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik NTT, Johanna E. Lissapaly mengapresiasi kegiatan Kampanye Sosial Save Papua Merajut NKRI sebagai salah satu bentuk pewarisan wawasan kebangsaan di Nusa Tenggara Timur.

Menurut mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kepudayaan Provinsi NTT itu, Pancasila merupakan satu-satunya ideologi bangsa Indonesia sehingga Pemprov Nusa Tenggara Timur berkomitmen untuk menolak paham-paham lain di luar Pancasila.

Ia mengatakan, pemerintah dan masyarakat di NTT berkomitmen untuk menolak berbagai paham yang hanya akan membawa keruntuhan bagi bangsa Indonesia seperti radikalismesi, rasisme, terorisme, hoax. Masyarakat harus menyadari bahwa keberagaman merupakan kekayaan bangsa dan berkomitmen bahwa NKRI adalah harga mati. Sejumlah mahasiswa membentangkan spanduk saat kampanye sosial 'Save Papua Marajut NKRI' di Kota Kupang NTT (14/9/2019). Dalam kampanye tersebut pemerintah NTT mendoakan agar Indonesia tetap aman dan damai. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Pewarta : Benediktus Jahang
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024