Kupang (Antara NTT) - Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengungkapkan, pemerintah pusat melalui APBN 2012 menambah 4.000 ton benih jagung, padi dan kacang-kacangan untuk petani di daerah ini menghadapi musim tanam tahun ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yohanes Tay Ruba di Kupang, Selasa mengatakan, saat ini tambahan benih dari pemerintah pusat itu sedang dalam proses pendistribusian Jakarta-Kupang,
"Untuk selanjutnya dijadikan benih cadangan bagi petani yang mengalami kekurangan benih pada saat menanam," katanya.
Ia mengatakan hingga pertengahan November 2012, pendistribusian benih yang tersalur melalui program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dari Pemerintah Pusat pada tahun anggaran 2012 untuk musim tanam tahun ini telah mencapai angka 100 persen.
Benih yang disalurkan adalah benih padi sawah non hibrida yang dialokasikan untuk NTT sebanyak 1.509 ton untuk kebutuhan areal tanam seluas 59.275 hektar (ha), telah terdistribusi 100 persen.
Sementara katanya untuk padi lahan kering atau ladang teralokasi 500 ton untuk kebutuhan areal tanam seluas 20.000 ha telah tersalur 100 persen.
Sedangkan kata dia, padi hibrida yang disediakan 64,35 ton untuk kebutuhan lahan seluas 4.290 ha, saat ini telah tersalur 64,35 atau terealisir 100 persen
Khusus untuk jagung hibrida masih bantuan pemerintah pusat melalui APBN 2012 sebanyak 139,5 ton untuk kebutuhan tanam pada lahan seluas 9.300 HA, realisasi 139,5 ton atau telah mencapai 100 persen.
Jagung jenis hibrida ini cepat penyerapannya oleh kelompok petani di daerah ini, karena produktivitas jagung hibrida seperti pipilan basah varietas Bima-1, Bima-2 dan Bima-4 sangat tinggi berkisar antara 6,24-11,35 ton/ha atau setara dengan 5,3-9,65 ton/ha pipilan kering, ketimbang varietas jagung lokal lainnya.
Sementara jagung hibrida N-35 pipilan basah sebesar 5,28 ton/ha atau setara dengan 4,5 ton/ha pipilan kering.
Hasil tersebut katanya jauh lebih tinggi dibanding jagung pola petani yang hanya 0,485 ton/ha pipilan basah.
Karena itu Dinas Pertanian dan Perkebunan terus melakukan sosialisasi agar jagung jenis ini dikembangkan sebagai salah satu cara meningkatkan produktivitas panen.
Selain itu juga mengajak petani untuk mengubah cara bertani yakni dari cara bertani yang telah diajarkan pendahulu (tradisional) dengan sistem tebas bakar dan berpindah-pindah menjadi bertani yang lebih sesuai dengan kondisi sekarang (modern) berteknologi, tinggi.
"Ke depan NTT bisa menjadi sentra produksi jagung di Indonesia apabila lahan kering NTT yang sangat luas ini dikelola dengan baik dengan penerapan teknologi yang baik disertai penumbuhan industri perbenihan jagung hibrida di propinsi NTT.
Ia menyebut jumlah rumah tangga tani jagung terbanyak dalam wilayah NTT, terbanyak di Kabupaten Timor Tengah Selatan sekitar 15 persen, Belu 10 persen dan Kupang sembilan persen, menyusul Timor Tengah Utara sekitar 8,5 persen, Sumba Barat Daya delapan persen, Sumba Timur 4,8 persen dan Flores Timur sekitar 4,6 persen.
Sehingga dari aspek produksi jagung, Nusa Tenggara Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini menghasilkan sekitar 588.96 ribu ton, dan termasuk salah satu sentra produksi di tingkat nasional.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yohanes Tay Ruba di Kupang, Selasa mengatakan, saat ini tambahan benih dari pemerintah pusat itu sedang dalam proses pendistribusian Jakarta-Kupang,
"Untuk selanjutnya dijadikan benih cadangan bagi petani yang mengalami kekurangan benih pada saat menanam," katanya.
Ia mengatakan hingga pertengahan November 2012, pendistribusian benih yang tersalur melalui program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dari Pemerintah Pusat pada tahun anggaran 2012 untuk musim tanam tahun ini telah mencapai angka 100 persen.
Benih yang disalurkan adalah benih padi sawah non hibrida yang dialokasikan untuk NTT sebanyak 1.509 ton untuk kebutuhan areal tanam seluas 59.275 hektar (ha), telah terdistribusi 100 persen.
Sementara katanya untuk padi lahan kering atau ladang teralokasi 500 ton untuk kebutuhan areal tanam seluas 20.000 ha telah tersalur 100 persen.
Sedangkan kata dia, padi hibrida yang disediakan 64,35 ton untuk kebutuhan lahan seluas 4.290 ha, saat ini telah tersalur 64,35 atau terealisir 100 persen
Khusus untuk jagung hibrida masih bantuan pemerintah pusat melalui APBN 2012 sebanyak 139,5 ton untuk kebutuhan tanam pada lahan seluas 9.300 HA, realisasi 139,5 ton atau telah mencapai 100 persen.
Jagung jenis hibrida ini cepat penyerapannya oleh kelompok petani di daerah ini, karena produktivitas jagung hibrida seperti pipilan basah varietas Bima-1, Bima-2 dan Bima-4 sangat tinggi berkisar antara 6,24-11,35 ton/ha atau setara dengan 5,3-9,65 ton/ha pipilan kering, ketimbang varietas jagung lokal lainnya.
Sementara jagung hibrida N-35 pipilan basah sebesar 5,28 ton/ha atau setara dengan 4,5 ton/ha pipilan kering.
Hasil tersebut katanya jauh lebih tinggi dibanding jagung pola petani yang hanya 0,485 ton/ha pipilan basah.
Karena itu Dinas Pertanian dan Perkebunan terus melakukan sosialisasi agar jagung jenis ini dikembangkan sebagai salah satu cara meningkatkan produktivitas panen.
Selain itu juga mengajak petani untuk mengubah cara bertani yakni dari cara bertani yang telah diajarkan pendahulu (tradisional) dengan sistem tebas bakar dan berpindah-pindah menjadi bertani yang lebih sesuai dengan kondisi sekarang (modern) berteknologi, tinggi.
"Ke depan NTT bisa menjadi sentra produksi jagung di Indonesia apabila lahan kering NTT yang sangat luas ini dikelola dengan baik dengan penerapan teknologi yang baik disertai penumbuhan industri perbenihan jagung hibrida di propinsi NTT.
Ia menyebut jumlah rumah tangga tani jagung terbanyak dalam wilayah NTT, terbanyak di Kabupaten Timor Tengah Selatan sekitar 15 persen, Belu 10 persen dan Kupang sembilan persen, menyusul Timor Tengah Utara sekitar 8,5 persen, Sumba Barat Daya delapan persen, Sumba Timur 4,8 persen dan Flores Timur sekitar 4,6 persen.
Sehingga dari aspek produksi jagung, Nusa Tenggara Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini menghasilkan sekitar 588.96 ribu ton, dan termasuk salah satu sentra produksi di tingkat nasional.