Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), Dr. Ahmad Atang, MSi mengatakan, pertemuan Surya Paloh dengan petinggi PKS, merupakan langkah awal pembentukan koalisi NasDem-PKS untuk menyiapkan Anies Baswedan menuju Pilpres 2024.
"Menurut saya, Surya Paloh tahu bahwa, pada Pilpres 2024, kelompok nasionalis tidak punya kader, maka NasDem membangun koalisi dengan partai Islam yang mempunyai kader Anies Baswedan," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Selasa (5/11).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan manuver politik Surya Paloh, dengan melakukan pertemuan dengan petinggi PKS beberapa waktu lalu.
PKS adalah salah satu partai pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019, yang tetap memilih berada di luar pemerintahan, setelah Gerindra masuk dalam barisan kekuasaan.
Menurut Ahmad Atang, yang dijual dalam Pilpres adalah figur, sementara partai hanya instrumen politik dalam sebuah negara demokrasi.
Baca juga: NasDem tak mungkin keluar dari kekuasaan
Baca juga: Tidak mungkin NasDem keluar dari gerbong koalisi Jokowi
NasDem kata mantan Pembantu Rektor I UMK itu, sepertinya paham betul terhadap soliditas politik hanya diikat karena figur bukan karena partai.
Dia menambahkan, setelah Prabowo Subianto masuk dalam gerbong PDI Perjuangan, maka peluang politik Islam lebih solid jika figur yang didorong adalah Anies Baswedan.
Karena itu, masuknya NasDem justru memperkuat dukungan terhadap Anies, yang bukan saja dari partai Islam modernis namun dari partai nasionalis seperti NasDem, katanya.
Dia mengatakan, NasDem akan memperlebar sayap politik dengan merangkul partai lain bergabung dan meninggalkan PDIP dan Gerindra.
Paling tidak, selain PKS, masih ada PAN dan Demokrat yang kemungkinan besar menjadi gerbong NasDem selanjutnya, katanya.
Sementara Golkar dan PPP merupakan partai oportunis, jadi akan dengan mudah digiring sepanjang bergainingnya memuaskan
.
Selain itu, NasDem juga akan memperkuat dukungan non partai seperti NU yang secara psikologis ditinggalkan oleh PDIP dan Jokowi.
NU tidak mendapatkan peran signifikan dalam pemerintahan Jokowi akan menjadi pintu masuk bagi NasDem untuk melakukan komunikasi politik, katanya menjelaskan.
Baca juga: NasDem sedang "menakut-nakuti" PDIP dan Jokowi
Baca juga: NasDem NTT tetapkan empat paslon kepala daerah
"Menurut saya, Surya Paloh tahu bahwa, pada Pilpres 2024, kelompok nasionalis tidak punya kader, maka NasDem membangun koalisi dengan partai Islam yang mempunyai kader Anies Baswedan," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Selasa (5/11).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan manuver politik Surya Paloh, dengan melakukan pertemuan dengan petinggi PKS beberapa waktu lalu.
PKS adalah salah satu partai pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019, yang tetap memilih berada di luar pemerintahan, setelah Gerindra masuk dalam barisan kekuasaan.
Menurut Ahmad Atang, yang dijual dalam Pilpres adalah figur, sementara partai hanya instrumen politik dalam sebuah negara demokrasi.
Baca juga: NasDem tak mungkin keluar dari kekuasaan
Baca juga: Tidak mungkin NasDem keluar dari gerbong koalisi Jokowi
NasDem kata mantan Pembantu Rektor I UMK itu, sepertinya paham betul terhadap soliditas politik hanya diikat karena figur bukan karena partai.
Dia menambahkan, setelah Prabowo Subianto masuk dalam gerbong PDI Perjuangan, maka peluang politik Islam lebih solid jika figur yang didorong adalah Anies Baswedan.
Karena itu, masuknya NasDem justru memperkuat dukungan terhadap Anies, yang bukan saja dari partai Islam modernis namun dari partai nasionalis seperti NasDem, katanya.
Dia mengatakan, NasDem akan memperlebar sayap politik dengan merangkul partai lain bergabung dan meninggalkan PDIP dan Gerindra.
Paling tidak, selain PKS, masih ada PAN dan Demokrat yang kemungkinan besar menjadi gerbong NasDem selanjutnya, katanya.
Sementara Golkar dan PPP merupakan partai oportunis, jadi akan dengan mudah digiring sepanjang bergainingnya memuaskan
.
Selain itu, NasDem juga akan memperkuat dukungan non partai seperti NU yang secara psikologis ditinggalkan oleh PDIP dan Jokowi.
NU tidak mendapatkan peran signifikan dalam pemerintahan Jokowi akan menjadi pintu masuk bagi NasDem untuk melakukan komunikasi politik, katanya menjelaskan.
Baca juga: NasDem sedang "menakut-nakuti" PDIP dan Jokowi
Baca juga: NasDem NTT tetapkan empat paslon kepala daerah