Kupang (ANTARA) - Pakar komunikasi dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Prof Dr Alo Liliweri MSi, mengatakan pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mencegah berkembangnya radikal pasif menjadi radikal aktif.
"Hal penting yang harus kita lakukan bersama pemerintah adalah secara terus menerus tanpa henti, mencegah radikal pasif muncul menjadi radikal aktif," kata Alo Liliweri kepada ANTARA di Kupang, Senin (18/11).
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan kasus bom bunuh diri di Medan dan bagaimana mencegah berkembangnya jaringan radikalisme di negara ini.
Menurut dia, peristiwa bom bunuh diri di Medan menunjukkan bahwa ada kelompok radikal aktif di Indonesia, yang terus berupaya mencari momentum untuk menyampaikan tuntutan mereka melalui cara bom bunuh diri.
Baca juga: Artikel - Pancasila diuji dalam tekanan radikalisme
Baca juga: Mendag-Mahasiswa Deklarasikan Gerakan Melawan Radikalisme
Karena itu, hal yang paling utama adalah mencegah keberadaan kelompok radikal pasif untuk berkembang menjadi kelompok radikal aktif.
Radikal pasif, kata dia, berupa paparan ideologi sosial politik dan agama. "Paparan ideologi ini dapat dilakukan dimana-mana dalam lingkungan masyarakat kita," katanya.
Menurut dia, radikal pasif itu tersamar dalam ucapan verbal, ungkapan nonverbal/gambar dan lain-lain, mewakili kelompok mereka yang terus protes terhadap pemerintah yang demokratis.
Karena itu, perlu terus waspada dan ke depan pemerintah tetap mengajarkan ideologi Pancasila yang benar kepada semua jaringan yang benar.
"Selain memperkuat toleransi, bukan saja toleransi antaragama tetapi antara perbedaan suku agama dan ras (SARA)," demikian Prof Alo Liliweri.
Baca juga: GP Ansor minta pemerintah serius sikapi keberadaan kelompok radikal
Baca juga: Pemkot Kupang ajak warganya tangkal radikalisme
"Hal penting yang harus kita lakukan bersama pemerintah adalah secara terus menerus tanpa henti, mencegah radikal pasif muncul menjadi radikal aktif," kata Alo Liliweri kepada ANTARA di Kupang, Senin (18/11).
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan kasus bom bunuh diri di Medan dan bagaimana mencegah berkembangnya jaringan radikalisme di negara ini.
Menurut dia, peristiwa bom bunuh diri di Medan menunjukkan bahwa ada kelompok radikal aktif di Indonesia, yang terus berupaya mencari momentum untuk menyampaikan tuntutan mereka melalui cara bom bunuh diri.
Baca juga: Artikel - Pancasila diuji dalam tekanan radikalisme
Baca juga: Mendag-Mahasiswa Deklarasikan Gerakan Melawan Radikalisme
Karena itu, hal yang paling utama adalah mencegah keberadaan kelompok radikal pasif untuk berkembang menjadi kelompok radikal aktif.
Radikal pasif, kata dia, berupa paparan ideologi sosial politik dan agama. "Paparan ideologi ini dapat dilakukan dimana-mana dalam lingkungan masyarakat kita," katanya.
Menurut dia, radikal pasif itu tersamar dalam ucapan verbal, ungkapan nonverbal/gambar dan lain-lain, mewakili kelompok mereka yang terus protes terhadap pemerintah yang demokratis.
Karena itu, perlu terus waspada dan ke depan pemerintah tetap mengajarkan ideologi Pancasila yang benar kepada semua jaringan yang benar.
"Selain memperkuat toleransi, bukan saja toleransi antaragama tetapi antara perbedaan suku agama dan ras (SARA)," demikian Prof Alo Liliweri.
Baca juga: GP Ansor minta pemerintah serius sikapi keberadaan kelompok radikal
Baca juga: Pemkot Kupang ajak warganya tangkal radikalisme