Kupang (Antara NTT) - Antropolog dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Nusa Tenggara Timur Pater Gregor Neonbasu SVD PhD berpendapat Indonesia masih dipandang penting dan strategis di bidang ekonomi, politik dan keamanan bagi Timor Leste.

"Siapa pun yang menjadi presiden di Timor Leste, menurut hemat saya, Indonesia tetap dipandang penting dan strategis bagi negara itu di bidang ekonomi politik dan keamanan," kata Pater Gregor Neonbasu kepada Antara di Kupang, Senin.

Fransisco Guterres atau lebih populer dengan sebutan Lu-Olo telah terpilih menjadi Presiden Timor Leste dalam pemilu presiden yang baru berlangsung di negara setengah Pulau Timor itu.

Menurut anggota Institut Anthropos Jerman itu, Indonesia dipandang penting oleh Timor Leste karena beberapa hal. Pertama ekonomi masyarakat di negara Timor Leste masih tergantung dari Indonesia.

Kedua tentang politik dan ketiga keamanan. Indonesia masih juga memegang peranan penting bagi kehidupan internal Timor Leste.

Dalam arti, paradigma dan suasana serta perspektif politik Timor Leste selalu memperhitungkan citra politik NKRI dalam kaitan dengan usaha mencipta kondisi politik internasional di kawasan Asia dan Pacifik.

Masih Rindu
Kemudian berkaitan dengan keamanan, Indonesia memegang peranan sangat penting berkaitan dengan banyaknya warga Indonesia kelahiran Timor Leste, yang masih merindu untuk kembali ke Timor Leste.

"Sementara, ada yang memang tidak mau kembali, namun masih sering bertandang ke Timor Leste untuk mengunjungi sanak keluarga dan para sahabat," kata Neonbasu yang juga Ketua Komisi Sosial Budaya Dewan Riset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pandangan hampir sama disampaikan pemerhati masalah Timor Leste Eurico Guterres yang mengatakan, tidak sedikit perusahaan swasta Indonesia yang membangun infrastruktur di negara yang baru memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui referendum pada 1999.

Selain itu, orang Timor Leste lebih memilih Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi ketimbang ke negara lain yang jauh dan biayanya mahal.

"Kita juga tahu bahwa sembilan bahan pokok di Timor Leste boleh dibilang seratus persen didatangkan dari Indonesia," katanya.

"Ketergantungan ini membuat Presiden terpilih Lu-Olo harus menyesuaikan diri jika ingin negaranya `selamat`," kata mantan Wakil Panglima Pejuang Integrasi (PPI) Timor Timur itu. 

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024