Kupang (ANTARA) - Bupati Flores Timur Antonius Gege Hadjon mendukung program peternakan babi yang dikembangkan kelompok tani "Kame Adonara Farm" di Pulau Adonara, dan mengharapkan Adonara jadi titik awal pengembangan ternak babi di Kabupaten Flores Timur.
Dukungan Bupati Anton Hadjon itu disampaikan ketika meresmikan dan melihat dari dekat usaha peternakan babi di wilayah Got Hitam, Desa Kiwang Ona, Kecamatan Adonara Timur di Pulau Adonara, Sabtu (14/12).
Bupati Flores Timur Anton Hadjon meminta pimpinan kelompok tani "Kame Adonara Farm" Michael Boli Wuran untuk menambah jumlah anggota kelompok tani dari 18 menjadi 30 orang untuk lebih memaksimalkan usaha tersebut.
Bupati Anton Hadjon juga meminta usaha peternakan babi tersebut dapat menggunakan bahan lokal seperti jagung, sorgun dan dedak agar para petani setempat bisa merasakan usaha peternakan dimaksud.
"Artinya, para petani di Adonara dan wilayah lainnya di Kabupaten Flores Timur walaupun mereka tidak beternak, namun usaha pertanian mereka bisa dimanfaatkan oleh 'Kame Adonara Farm' untuk pakan babi," ujarnya.
Sementara, Ketua DPRD Flores Timur Robertus Rebon juga meminta pemerintahan Bupati Flores Timur Anton Hadjon dapat mengalokasikan dana hibah untuk kelompok usaha peternakan babi tersebut.
Usaha peternakan babi di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT (ANTARA FOTO/HO-Michael Wuran)
"Saya berharap agar 'Kame Adonara Farm' menjadi salah satu kelompok penerima dana hibah tersebut, karena usaha yang mereka jalankan ini memiliki prospek yang cukup cerah untuk Flores Timur," ujarnya.
Ide awal untuk menjadikan Pulau Adonara sebagai basis peternakan babi di Kabupaten Flores Timur itu dari seorang pengusaha ayam bernama Fery Anthony. Waktu itu tahun 2013.
“Pak Fery menantang saya dengan mengatakan “Hai...Mikhael, sudah saatnya kamu bisa mendatangkan uang untuk kampungmu,” kata Fery Anthony kepada Mikhael Boli Wuran (52), saat itu.
“Saya merasa sangat tertantang dengan ucapan tersebut, namun saya tidak tahu apa yang mau saya lakukan untuk membangun dan mendatangkan uang untuk kampung halaman saya di Pulau Adonara,” ujar Boli Wuran.
Ide untuk mendatangkan uang itu akhirnya ditemukan juga. Awal mulanya, saya sempat beternak 12 ekor babi di Desa Hinga, Kecamatan Kelubagolit di Pulau Adonara, namun dari sisi bisnis dinilai tidak memungkinkan, karena areal untuk mengolah peternakan babi dinilai terlalu kecil dengan tidak didukung oleh sistem peternakan yang memadai, hanya 12 ekor babi.
Untuk membuka sebuah usaha peternakan babi yang ideal, dibutuhkan sekitar 50 ekor babi betina plus enam ekor babi jantan untuk membantu sistem perkawinan mereka.
“Kami pun akhirnya mencari lokasi usaha peternakan baru setelah bertemu dengan Ama Boro Yacobus, seorang ahli peternakan babi yang dulu sempat membuka usaha peternakan serupa di Pulau Bulan di Provinsi Kepulauan Riau dan Timor Leste,” katanya.
Ama Boro Yacobus terus mendesak Mikhael Boli Wuran agar lokasi usaha peternakan babi di Desa Hinga segera ditutup, karena tidak ideal dan layak untuk dikembangkan menjadi sebuah usaha peternakan babi berskala besar.
“Kami pun mencari lokasi baru, dan akhirnya menemukan lokasi usaha peternakan babi seluas sekitar satu hektare di wilayah Got Hitam, Desa Kiwang Ona, Kecamatan Adonara Timur di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT),” kata Mikhael Boli Wuran.
Dan, hari ini, Sabtu 14 Desember 2019, usaha peternakan babi itu kami luncurkan (launching) dengan sebutan “Kame Adonara Farm” disaksikan oleh Bupati Flores Timur Antonius Gege Hadjon.
Untuk pertama kalinya, kami memulai beternak dengan komposisi 20 ekor babi betina dan dua ekor babi jantan, dari target komposisi 50 : 4. Dari jumlah babi betina yang ada, 18 ekor di antaranya sudah melahirkan dengan menghasilkan anak sebanyak 124 ekor atau masing-masing ekor babi melahirkan rata-rata 7 ekor anak.
Anakan babi tersebut didatangkan dari UPT Peternakan Provinsi NTT di Tarus, Kabupaten Kupang, sejak 21 Desember 2018.
Dalam hubungan dengan itu, kami sebagai perintis usaha peternakan babi di Pulau Adonara, mengharapkan pemerintah menjadi motivator dengan mengajak para kepala desa se-Pulau Adonara untuk membentuk kelompok-kelompok usaha peternakan babi di desanya masing-masing, dengan komposisi satu kelompok memuat lima orang anggota.
Jika sebuah desa dinilai tidak layak untuk membangun sebuah usaha peternakan babi, maka lahan yang ada di desa tersebut bisa digunakan masyarakat untuk menanam jagung, sorgun, dan dedak. Elemen-elemen tanaman tersebut bakal menjadi sumber pakan bagi usaha peternakan babi dimaksud.
“Jadi harapan kami, setiap lahan yang ada di Pulau Adonara dapat dimanfaatkan untuk beternak babi dan dijadikan pula sebagai sumber pakan. Kami akan membeli semua hasil dari usaha peternakan dimaksud yang penting usaha peternakan babi dapat dilakukan berdasarkan standar pemeliharaan yang telah ditentukan,” kata Mikhael Boli Wuran.
Dalam setahun, setiap ternak babi betina akan melahirkan (berproduksi), dan anaknya akan dijual dengan harga Rp1,1 juta per ekor ketika sudah lepas susu atau sekitar Rp8 juta per ekor saat memasuki usia panen atau dipasarkan.
“Harga seekor babi memang cukup mahal karena postur tubuhnya besar dan panjang,” ujarnya.
Dengan diluncurkannya “Kame Adonara Farm”, ke depannya Pulau Adonara dan Kabupaten Flores Timur diharapkan menjadi sentra produksi ternak babi terbesar di NTT untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasional serta tujuan ekspor ke negara Timor Leste.
"Mungkin ini yang bisa kami berikan kepada masyarakat di Pulau Adonara dan Flores Timur pada umumnya dalam upaya membantu pemerintahan setempat dalam meningkatkan kesejahteraan mereka," demikian Michael Boli Wuran.
Dukungan Bupati Anton Hadjon itu disampaikan ketika meresmikan dan melihat dari dekat usaha peternakan babi di wilayah Got Hitam, Desa Kiwang Ona, Kecamatan Adonara Timur di Pulau Adonara, Sabtu (14/12).
Bupati Flores Timur Anton Hadjon meminta pimpinan kelompok tani "Kame Adonara Farm" Michael Boli Wuran untuk menambah jumlah anggota kelompok tani dari 18 menjadi 30 orang untuk lebih memaksimalkan usaha tersebut.
Bupati Anton Hadjon juga meminta usaha peternakan babi tersebut dapat menggunakan bahan lokal seperti jagung, sorgun dan dedak agar para petani setempat bisa merasakan usaha peternakan dimaksud.
"Artinya, para petani di Adonara dan wilayah lainnya di Kabupaten Flores Timur walaupun mereka tidak beternak, namun usaha pertanian mereka bisa dimanfaatkan oleh 'Kame Adonara Farm' untuk pakan babi," ujarnya.
Sementara, Ketua DPRD Flores Timur Robertus Rebon juga meminta pemerintahan Bupati Flores Timur Anton Hadjon dapat mengalokasikan dana hibah untuk kelompok usaha peternakan babi tersebut.
Ide awal untuk menjadikan Pulau Adonara sebagai basis peternakan babi di Kabupaten Flores Timur itu dari seorang pengusaha ayam bernama Fery Anthony. Waktu itu tahun 2013.
“Pak Fery menantang saya dengan mengatakan “Hai...Mikhael, sudah saatnya kamu bisa mendatangkan uang untuk kampungmu,” kata Fery Anthony kepada Mikhael Boli Wuran (52), saat itu.
“Saya merasa sangat tertantang dengan ucapan tersebut, namun saya tidak tahu apa yang mau saya lakukan untuk membangun dan mendatangkan uang untuk kampung halaman saya di Pulau Adonara,” ujar Boli Wuran.
Ide untuk mendatangkan uang itu akhirnya ditemukan juga. Awal mulanya, saya sempat beternak 12 ekor babi di Desa Hinga, Kecamatan Kelubagolit di Pulau Adonara, namun dari sisi bisnis dinilai tidak memungkinkan, karena areal untuk mengolah peternakan babi dinilai terlalu kecil dengan tidak didukung oleh sistem peternakan yang memadai, hanya 12 ekor babi.
Untuk membuka sebuah usaha peternakan babi yang ideal, dibutuhkan sekitar 50 ekor babi betina plus enam ekor babi jantan untuk membantu sistem perkawinan mereka.
“Kami pun akhirnya mencari lokasi usaha peternakan baru setelah bertemu dengan Ama Boro Yacobus, seorang ahli peternakan babi yang dulu sempat membuka usaha peternakan serupa di Pulau Bulan di Provinsi Kepulauan Riau dan Timor Leste,” katanya.
Ama Boro Yacobus terus mendesak Mikhael Boli Wuran agar lokasi usaha peternakan babi di Desa Hinga segera ditutup, karena tidak ideal dan layak untuk dikembangkan menjadi sebuah usaha peternakan babi berskala besar.
“Kami pun mencari lokasi baru, dan akhirnya menemukan lokasi usaha peternakan babi seluas sekitar satu hektare di wilayah Got Hitam, Desa Kiwang Ona, Kecamatan Adonara Timur di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT),” kata Mikhael Boli Wuran.
Dan, hari ini, Sabtu 14 Desember 2019, usaha peternakan babi itu kami luncurkan (launching) dengan sebutan “Kame Adonara Farm” disaksikan oleh Bupati Flores Timur Antonius Gege Hadjon.
Untuk pertama kalinya, kami memulai beternak dengan komposisi 20 ekor babi betina dan dua ekor babi jantan, dari target komposisi 50 : 4. Dari jumlah babi betina yang ada, 18 ekor di antaranya sudah melahirkan dengan menghasilkan anak sebanyak 124 ekor atau masing-masing ekor babi melahirkan rata-rata 7 ekor anak.
Anakan babi tersebut didatangkan dari UPT Peternakan Provinsi NTT di Tarus, Kabupaten Kupang, sejak 21 Desember 2018.
Dalam hubungan dengan itu, kami sebagai perintis usaha peternakan babi di Pulau Adonara, mengharapkan pemerintah menjadi motivator dengan mengajak para kepala desa se-Pulau Adonara untuk membentuk kelompok-kelompok usaha peternakan babi di desanya masing-masing, dengan komposisi satu kelompok memuat lima orang anggota.
Jika sebuah desa dinilai tidak layak untuk membangun sebuah usaha peternakan babi, maka lahan yang ada di desa tersebut bisa digunakan masyarakat untuk menanam jagung, sorgun, dan dedak. Elemen-elemen tanaman tersebut bakal menjadi sumber pakan bagi usaha peternakan babi dimaksud.
“Jadi harapan kami, setiap lahan yang ada di Pulau Adonara dapat dimanfaatkan untuk beternak babi dan dijadikan pula sebagai sumber pakan. Kami akan membeli semua hasil dari usaha peternakan dimaksud yang penting usaha peternakan babi dapat dilakukan berdasarkan standar pemeliharaan yang telah ditentukan,” kata Mikhael Boli Wuran.
Dalam setahun, setiap ternak babi betina akan melahirkan (berproduksi), dan anaknya akan dijual dengan harga Rp1,1 juta per ekor ketika sudah lepas susu atau sekitar Rp8 juta per ekor saat memasuki usia panen atau dipasarkan.
“Harga seekor babi memang cukup mahal karena postur tubuhnya besar dan panjang,” ujarnya.
Dengan diluncurkannya “Kame Adonara Farm”, ke depannya Pulau Adonara dan Kabupaten Flores Timur diharapkan menjadi sentra produksi ternak babi terbesar di NTT untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasional serta tujuan ekspor ke negara Timor Leste.
"Mungkin ini yang bisa kami berikan kepada masyarakat di Pulau Adonara dan Flores Timur pada umumnya dalam upaya membantu pemerintahan setempat dalam meningkatkan kesejahteraan mereka," demikian Michael Boli Wuran.