Kupang (ANTARA) - Komunita etnis Lamaholot yang meliputi tiga kabupaten di ujung timur Pulau Flores, yakni Flores Timur, Lembata, Alor yang tinggal di Kota Kupang berkomitmen untuk terus menjaga hubungan persaudaraan di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.
“Menjaga hubungan persaudaraan terus menjadi komitmen kami sebagai salah satu nilai penting dalam budaya Lamaholot, mengingat warga Lamahotot di Kota Kupang saat ini sudah hampir 40.000 orang," kata Ketua Ikatan Keluarga Lamaholot (IKAL)-Kupang Dr Jhon Kotan Stefanus SH.MHum kepada wartawan di Kupang, Jumat (31/1).
Untuk merawat nilai persaudaraan itu, kata dia, IKAL kembali menggelar kegiatan silahturahmi akbar pada Jumat (31/1) yang dipusatkan di Balai Dikmas Provinsi NTT, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kayu Putih, Kota Kupang.
Jhon Kotan yang juga Dosen Pasca Sarjana di Universitas Nusa Cendana Kupang itu mengatakan, warga Lamaholot memandang penting untuk terus memperkuat hubungan persaudaraan dalam nilai-nilai kelamaholotan yang diwariskan para leluhur.
“Apalagi di tengah perkembangan zaman yang kian pesat saat ini yang di sisi lain menjadi ancaman karena dapat menggerus nilai-nilai luhur budaya di kalangan generasi muda,” katanya.
“Di sisi lain percampuran budaya karena perkawinan juga tidak bisa dihindari sehingga jangan sampai membuat nilai-nilai kelamaholotan semakin dilupakan,” katanya.
Hedung, salah satu tarian perang milik Suku Lamaholot yang tengah diperagakan Sekda Provinsi Papua TEA Hery Dosinaen (kanan) yang ikut menari dalam Pesta Budaya Lamaholot di Kota Jayapura, Provinsi Papua. (ANTARA FOTO/HO-Istimewa)
Tokoh masyarakat Lamaholot di Kota Kupang Dr Karolus Kopong Medan SH.MHum menjelaskan nuansa berbeda dengan menghadirkan acara sarasehan bertema “Aktualisasi Nilai Kelamaholota” menjadi sebuah keharusan di tengah percepatan zaman yang ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi.
Menurut dia, sarasehan ini penting digelar agar nilai-nilai luhur budaya Lamaholot tetap dijaga dan dirawat bersama serta diimplementasikan di tengah kehidupan masyarakat.
“Karena itu dari kalangan akademisi, pejabat atau legislator, tokoh masyarakat, serta kalangan muda atau pelajar, semua dilibatkan dalam sarasehan ini,” katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, kegiatan ini sebagai titik awal menghimpun hasil pemikiran tentang budaya Lamaholot terutama dari putera-puteri Lamahaholot sendiri.
Menurut dia, sudah banyak kajian tentang budaya Lamaholot terkait berbagai bidang kehidupan seperti sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, arsitektur dan sebagainya yang belum dihimpun secara baik.
“Berbagai kajian ini tentu perlu didokumentasikan secara baik sebagai aset informasi bagi generasi Lamaholot ke depan,” kata Dosen Fakultas Hukum di Undana Kupang itu.
Komandan KRI Sultan Nuku Letkol (P) CH Roziqin (tengah) didamping Ketua Tim Ekspedisi Kas Keliling Pulau 3T Bonaryadi (kanan) dan dr. Apris disambut dengan tarian Hedung (tarian perang) di dermaga Menanga, Solor Timur, Kamis (8/11/2019). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.)
“Menjaga hubungan persaudaraan terus menjadi komitmen kami sebagai salah satu nilai penting dalam budaya Lamaholot, mengingat warga Lamahotot di Kota Kupang saat ini sudah hampir 40.000 orang," kata Ketua Ikatan Keluarga Lamaholot (IKAL)-Kupang Dr Jhon Kotan Stefanus SH.MHum kepada wartawan di Kupang, Jumat (31/1).
Untuk merawat nilai persaudaraan itu, kata dia, IKAL kembali menggelar kegiatan silahturahmi akbar pada Jumat (31/1) yang dipusatkan di Balai Dikmas Provinsi NTT, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kayu Putih, Kota Kupang.
Jhon Kotan yang juga Dosen Pasca Sarjana di Universitas Nusa Cendana Kupang itu mengatakan, warga Lamaholot memandang penting untuk terus memperkuat hubungan persaudaraan dalam nilai-nilai kelamaholotan yang diwariskan para leluhur.
“Apalagi di tengah perkembangan zaman yang kian pesat saat ini yang di sisi lain menjadi ancaman karena dapat menggerus nilai-nilai luhur budaya di kalangan generasi muda,” katanya.
“Di sisi lain percampuran budaya karena perkawinan juga tidak bisa dihindari sehingga jangan sampai membuat nilai-nilai kelamaholotan semakin dilupakan,” katanya.
Menurut dia, sarasehan ini penting digelar agar nilai-nilai luhur budaya Lamaholot tetap dijaga dan dirawat bersama serta diimplementasikan di tengah kehidupan masyarakat.
“Karena itu dari kalangan akademisi, pejabat atau legislator, tokoh masyarakat, serta kalangan muda atau pelajar, semua dilibatkan dalam sarasehan ini,” katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, kegiatan ini sebagai titik awal menghimpun hasil pemikiran tentang budaya Lamaholot terutama dari putera-puteri Lamahaholot sendiri.
Menurut dia, sudah banyak kajian tentang budaya Lamaholot terkait berbagai bidang kehidupan seperti sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, arsitektur dan sebagainya yang belum dihimpun secara baik.
“Berbagai kajian ini tentu perlu didokumentasikan secara baik sebagai aset informasi bagi generasi Lamaholot ke depan,” kata Dosen Fakultas Hukum di Undana Kupang itu.