Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) siap mendukung program pengembangan pasiwisata di situs Labuan Bajo dan Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur dengan memperkuat sistem pemantauan cuaca dan peringatan dini multi bahaya geohidrometeorologi.
"Seluruh peralatan yang terpasang sangat vital untuk memperkuat Sistem Pemantauan dan Peringatan Dini Multi Bahaya geohidrometeorologi, sehingga potensi bencana geohidrometeorologi dapat dimitigasi secara tepat dan lebih dini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (14/2).
Sebelumnya, Stasiun Meteorologi BMKG Komodo sudah mulai mengoperasikan layanan informasi cuaca untuk penerbangan sejak 1997 dan mulai 2008 telah dikembangkan pula sistem pemantauan gempa bumi dan peringatan dini tsunami di daerah tersebut.
Selain itu, BMKG juga sudah menambahkan peralatan digital di Labuan Bajo dan Pulau Komodo seperti radar meteorologi maritim yang berfungsi untuk mendeteksi arus dan ketinggian gelombang maupun tsunami yang berpotensi terjadi di sekitar Pelabuhan Labuan Bajo sejak 2018.
Sejumlah calon penumpang berjalan menuju pesawat di Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Rabu (22/1/2020). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/wsj).
Automatic Weather Observing System (AWOS), alat untuk memberikan informasi cuaca terkait lepas landas dan pendaratan pesawat di Bandar Udara Komodo, juga telah terpasang sejak 2015.
Peralatan terbaru, BMKG juga sudah memasang sensor seismik (seismograph) untuk memberikan informasi terkait gempa bumi dan tsunami pada 2019.
"Dengan ini kami menginformasikan bahwa, BMKG siap mengamankan program pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, dengan menguatkan sistem pemantauan dan peringatan dini multi bahaya geo-hidro meteorologi," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Manggarai Barat, Sti Nenot’ek.
Bencana-bencana geohidrometeorologi adalah seperti gempa bumi, tsunami, gelombang tinggi dan cuaca ekstrem.
Tidak hanya peralatan, penguatan pemahaman terhadap cuaca dan iklim serta potensi bahayanya juga disosialisasikan bagi nelayan dan para pemilik kapal wisata.
Situasi kapal terbalik yang ditumpangi sejumlah wartawan di Labuan Bajo, NTT pada Selasa (21/1/2020). (ANTARA FOTO/HO-Istimewa)
"Seluruh peralatan yang terpasang sangat vital untuk memperkuat Sistem Pemantauan dan Peringatan Dini Multi Bahaya geohidrometeorologi, sehingga potensi bencana geohidrometeorologi dapat dimitigasi secara tepat dan lebih dini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (14/2).
Sebelumnya, Stasiun Meteorologi BMKG Komodo sudah mulai mengoperasikan layanan informasi cuaca untuk penerbangan sejak 1997 dan mulai 2008 telah dikembangkan pula sistem pemantauan gempa bumi dan peringatan dini tsunami di daerah tersebut.
Selain itu, BMKG juga sudah menambahkan peralatan digital di Labuan Bajo dan Pulau Komodo seperti radar meteorologi maritim yang berfungsi untuk mendeteksi arus dan ketinggian gelombang maupun tsunami yang berpotensi terjadi di sekitar Pelabuhan Labuan Bajo sejak 2018.
Peralatan terbaru, BMKG juga sudah memasang sensor seismik (seismograph) untuk memberikan informasi terkait gempa bumi dan tsunami pada 2019.
"Dengan ini kami menginformasikan bahwa, BMKG siap mengamankan program pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, dengan menguatkan sistem pemantauan dan peringatan dini multi bahaya geo-hidro meteorologi," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Manggarai Barat, Sti Nenot’ek.
Bencana-bencana geohidrometeorologi adalah seperti gempa bumi, tsunami, gelombang tinggi dan cuaca ekstrem.
Tidak hanya peralatan, penguatan pemahaman terhadap cuaca dan iklim serta potensi bahayanya juga disosialisasikan bagi nelayan dan para pemilik kapal wisata.