Oleh Hironimus Bifel
Kupang, (ANTARA NTT) - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTT Yohanes Tay Ruba mengatakan perubahan musim hujan telah berdampak pada hampir semua lahan tadah yang tersebar di kabupaten-kabupaten sehingga tidak bisa ditanam dalam dua musim hujan berturut-turut.
"Ini terlihat dari luas areal tanam padi untuk musim tanam 2015/2016 yang ditargetkan 229.000 hektar hanya terealisasi seluas 214.000 hektar," katanya di Kupang. Selasa (15/11).
Menurut dia, hujan yang tidak merata dari aspek tempat dan waktu itu telah membuat sejumlah daerah gagal tanam, terutama lahan sawah tadah hujan, sehingga belum pastikan total produksi.
Dia menjelaskan para petani yang gagal tanam akibat minimnya curah hujan, didorong untuk terlibat sebagai pekerja di daerah irigasi. "Atau bisa menggarap lahan di daerah irigasi yang tidak ditanam," katanya.
Prinsipnya, kata dia, terus mendorong para petani untuk memanfaatkan lahan dan perluasan areal tanam di daerah irigasi agar ketersediaan stok pangan terutama beras dan jagung tetap terjaga.
Bukan cuma itu, menurut dia, pihaknya juga mendorong petani agar mengoptimalkan lahan-lahan pertanian di daerah sentra produksi.
Selain itu, katanya lagi para petani diharapkan memanfaatkan secara maksimal sumber air alternatif seperti sumur dengan memanfaatkan sarana prasarana yang telah disalurkan.
"Juga melakukan diversifikasi pangan terutama hortikultura semusim yang tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak sebagai cara lain menyiasati anomali iklim untuk ketahanan pangan," katanya.
Untuk semua daerah irigasi, kita dorong untuk tetap tanam padi dan jagung. Juga melakukan penangkaran benih untuk kebutuhan musim tanam berikut, kataya.
Meskipun demikian (dampak anomali iklim tadi) dia menyebutkan perbandingan total produksi sepanjang tahun 2014 dan 2015 untuk jenis tanaman padi, jagung, dan kedelai.
Untuk tanaman padi, katanya total produksi tahun 2015 sebanyak 948.088 ton atau naik sekitar 14 persen dari tahun 2014 yang berjumlah 825.728 ton.
Dia menambahkan, total produksi jagung pada tahun 2015 sebanyak 685.081 ton atau naik sekitar lima persen dari tahun 2014 berjumlah 647.108 ton.
"Komoditi kedelai pun mengalami kenaikan, dimana tahun 2014 sebanyak 2.710 ton menjadi 3.615 ton pada tahun 2015," katanya.
Untuk tahun ini katanya Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) belum dapat memastikan total produksi padi dan jagung, akibat pergeseran waktu panen.
"Biasanya setiap tahun para petani melakukan panen pada bulan Mei. Namun untuk tahun ini bergeser ke Juni akibat perubahan musim hujan pada musim tanam 2015/2016," kata Tay Ruba
Kupang, (ANTARA NTT) - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTT Yohanes Tay Ruba mengatakan perubahan musim hujan telah berdampak pada hampir semua lahan tadah yang tersebar di kabupaten-kabupaten sehingga tidak bisa ditanam dalam dua musim hujan berturut-turut.
"Ini terlihat dari luas areal tanam padi untuk musim tanam 2015/2016 yang ditargetkan 229.000 hektar hanya terealisasi seluas 214.000 hektar," katanya di Kupang. Selasa (15/11).
Menurut dia, hujan yang tidak merata dari aspek tempat dan waktu itu telah membuat sejumlah daerah gagal tanam, terutama lahan sawah tadah hujan, sehingga belum pastikan total produksi.
Dia menjelaskan para petani yang gagal tanam akibat minimnya curah hujan, didorong untuk terlibat sebagai pekerja di daerah irigasi. "Atau bisa menggarap lahan di daerah irigasi yang tidak ditanam," katanya.
Prinsipnya, kata dia, terus mendorong para petani untuk memanfaatkan lahan dan perluasan areal tanam di daerah irigasi agar ketersediaan stok pangan terutama beras dan jagung tetap terjaga.
Bukan cuma itu, menurut dia, pihaknya juga mendorong petani agar mengoptimalkan lahan-lahan pertanian di daerah sentra produksi.
Selain itu, katanya lagi para petani diharapkan memanfaatkan secara maksimal sumber air alternatif seperti sumur dengan memanfaatkan sarana prasarana yang telah disalurkan.
"Juga melakukan diversifikasi pangan terutama hortikultura semusim yang tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak sebagai cara lain menyiasati anomali iklim untuk ketahanan pangan," katanya.
Untuk semua daerah irigasi, kita dorong untuk tetap tanam padi dan jagung. Juga melakukan penangkaran benih untuk kebutuhan musim tanam berikut, kataya.
Meskipun demikian (dampak anomali iklim tadi) dia menyebutkan perbandingan total produksi sepanjang tahun 2014 dan 2015 untuk jenis tanaman padi, jagung, dan kedelai.
Untuk tanaman padi, katanya total produksi tahun 2015 sebanyak 948.088 ton atau naik sekitar 14 persen dari tahun 2014 yang berjumlah 825.728 ton.
Dia menambahkan, total produksi jagung pada tahun 2015 sebanyak 685.081 ton atau naik sekitar lima persen dari tahun 2014 berjumlah 647.108 ton.
"Komoditi kedelai pun mengalami kenaikan, dimana tahun 2014 sebanyak 2.710 ton menjadi 3.615 ton pada tahun 2015," katanya.
Untuk tahun ini katanya Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) belum dapat memastikan total produksi padi dan jagung, akibat pergeseran waktu panen.
"Biasanya setiap tahun para petani melakukan panen pada bulan Mei. Namun untuk tahun ini bergeser ke Juni akibat perubahan musim hujan pada musim tanam 2015/2016," kata Tay Ruba