Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata, Nusa Tenggara Timur, mengimbau warganya agar tetap waspada terhadap serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang masih berstatus kejadian luar biasa (KLB) di daerah itu.
"Meskipun sekarang berbagai daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan COVID-19, namun warga Lembata kami minta agar tidak terus meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD," kata Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday kepada ANTARA ketika dihubungi dari Kupang, Rabu, (18/3).
Menurut dia, serangan COVID-19 memang sedang merebak di mana-mana, namun masyarakat Lembata juga memiliki persoalan kesehatan di depan mata, yaitu penyakit DBD.
Baca juga: Dua orang meninggal akibat serangan DBD di Lembata
Dia menyebutkan, serangan DBD di daerah tercatat sudah mencapai lebih dari 100 kasus dan mengakibatkan dua korban meninggal dan hingga saat ini masih berstatus kejadian luar biasa (KLB).
"Artinya DBD merupakan masalah yang riil di depan mata yang harus kita perangi bersama, meskipun terhadap serangan COVID-19 juga tetap kita perlu waspadai" kata Thomas Langoday.
Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira Kupang itu, pemerintah setempat masih terus gencar melakukan sosialisasi dan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk untuk meminimalisasi dampak serangan DBD.
Masyarakat juga terus diimbau untuk menjaga kebersihan secara rutin untuk memastikan tidak ada tempat atau wadah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti di lingkungan sekitar, katanya.
Baca juga: Zero malaria di Lembata telah terpenuhi
"Berbagai organisasi sosial kemasyarakatan juga kami galakkan untuk melakukan penyadaran masyarakat dari rumah ke rumah untuk melakukan tindakan kebersihan sehingga serangan DBD tidak berkembang lagi," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, upaya mencegah masuknya COVID-19 juga dilakukan seperti mengeluarkan larangan berlabuh kapal asing di daerah setempat, beberapa waktu lalu. Selain itu melakukan isolasi terhadap warga yang baru bepergian dari luar negeri atau daerah yang terpapar COVID-19.
"Kami berharap terkait serangan COVID-19 ini warga juga meningkatkan kewaspadaan, tetapi tidak panik berlebihan apalagi sampai tidak bekerja, karena itu akan berdampak pada perekonomian di daerah," katanya.
"Meskipun sekarang berbagai daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan COVID-19, namun warga Lembata kami minta agar tidak terus meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD," kata Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday kepada ANTARA ketika dihubungi dari Kupang, Rabu, (18/3).
Menurut dia, serangan COVID-19 memang sedang merebak di mana-mana, namun masyarakat Lembata juga memiliki persoalan kesehatan di depan mata, yaitu penyakit DBD.
Baca juga: Dua orang meninggal akibat serangan DBD di Lembata
Dia menyebutkan, serangan DBD di daerah tercatat sudah mencapai lebih dari 100 kasus dan mengakibatkan dua korban meninggal dan hingga saat ini masih berstatus kejadian luar biasa (KLB).
"Artinya DBD merupakan masalah yang riil di depan mata yang harus kita perangi bersama, meskipun terhadap serangan COVID-19 juga tetap kita perlu waspadai" kata Thomas Langoday.
Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira Kupang itu, pemerintah setempat masih terus gencar melakukan sosialisasi dan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk untuk meminimalisasi dampak serangan DBD.
Masyarakat juga terus diimbau untuk menjaga kebersihan secara rutin untuk memastikan tidak ada tempat atau wadah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti di lingkungan sekitar, katanya.
Baca juga: Zero malaria di Lembata telah terpenuhi
"Berbagai organisasi sosial kemasyarakatan juga kami galakkan untuk melakukan penyadaran masyarakat dari rumah ke rumah untuk melakukan tindakan kebersihan sehingga serangan DBD tidak berkembang lagi," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, upaya mencegah masuknya COVID-19 juga dilakukan seperti mengeluarkan larangan berlabuh kapal asing di daerah setempat, beberapa waktu lalu. Selain itu melakukan isolasi terhadap warga yang baru bepergian dari luar negeri atau daerah yang terpapar COVID-19.
"Kami berharap terkait serangan COVID-19 ini warga juga meningkatkan kewaspadaan, tetapi tidak panik berlebihan apalagi sampai tidak bekerja, karena itu akan berdampak pada perekonomian di daerah," katanya.