Kupang (Antara NTT) - Antropolog Budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Pater Gregor Neonbasu, SVD mengingatkan figur calon Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 2018-2023 harus benar-benar memahami wilayah ini secara utuh.
"Selain itu, calon gubernur ke depan hendaknya memberi hati sedalam-dalamnya untuk dan bagi karya pelayanan masyarakat Nusa Tenggara Timur," kata Pater Gregor Neonbasu kepada Antara di Kupang, Selasa.
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan bagaimana mencari figur pemimpin NTT yang ideal pascakepemimpinan Gubernur NTT Frans Lebu Raya-Benny Litelnoni karena bakal calon yang disodorkan partai politik umumnya adalah "stok lama".
Bahkan figur yang disodorkan partai umumnya sudah tua dari sisi usia, sehingga dinilai kurang mantap jika memimpin NTT yang nota bene adalah wilayah kepulauan, yang membutuhkan energi sangat besar.
"Calon tua dan calon muda, hemat saya sebetulnya sah-sah saja. Yang terpenting kesetiaan dan kejujuran untuk mengabdi serta melayani warga Nusa Tenggara Timur," katanya.
Ketua Komisi Sosial Budaya Dewan Riset Daerah Provinsi NTT itu menambahkan, para bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT kini bermunculan bagai cendawan di musim hujan.
Kondisi NTT sebagai "kawasan kepulauan" meminta bakal calon harus kuat secara fisik untuk dapat melanglang buana ke seluruh wilayah NTT dengan citra budaya yang bermacam-ragam itu.
"Jadi memang menarik ketika kita membidik usia para bakal calon. Ada yang tua dan ada pula yang muda, ada yang sudah beberapa kali muncul, dan ada yang barusan naik ke atas panggung politik, ada yang sudah berkali-kali naik ring tinju dan ada pula yang baru mendaftar untuk naik ring tinju," katanya.
Dari semua figur yang muncul kata dia, ada yang lahir dari pusara parpol dan ada pula yang seperti karbitan, ada yang berjuang dengan gigih dan ada pula yang kayaknya seperti bermain dadu.
Ada figur yang diusung parpol dengan cara cermat dan cerdas dan ada pula yang melompat dari samping, ada yang maju karena yakin dengan segudang pengalaman dan ada pula yang maju karena kaya feeling dan serap rasa saja, katanya.
"Masih lagi ada yang sungguh-sungguh berpengalaman dan ada pula yang merekayasa bahwa ia benar-benar berpengalaman, ada yang sungguh-sungguh mau maju dan ada pula yang maju dengan serius walaupun dalam hati kecil masih bimbang dan ragu," katanya.
Menurut dia, hal yang sering menyulut persoalan para bakal calon adalah pemahaman wilayah NTT tidak runtut, dan tidak jujur mengabdi Masyarakat NTT.
Karena itu batu ujian yang sangat sulit untuk para bakal calon gubernur dan wakil gubernur adalah menguasai NTT secara geografis dan memiliki hati sepenuhnya dan sedalam-dalamnya bagi pengabdian yang ikhlas kepada Masyarakat NTT, katanya menambahkan.
"Selain itu, calon gubernur ke depan hendaknya memberi hati sedalam-dalamnya untuk dan bagi karya pelayanan masyarakat Nusa Tenggara Timur," kata Pater Gregor Neonbasu kepada Antara di Kupang, Selasa.
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan bagaimana mencari figur pemimpin NTT yang ideal pascakepemimpinan Gubernur NTT Frans Lebu Raya-Benny Litelnoni karena bakal calon yang disodorkan partai politik umumnya adalah "stok lama".
Bahkan figur yang disodorkan partai umumnya sudah tua dari sisi usia, sehingga dinilai kurang mantap jika memimpin NTT yang nota bene adalah wilayah kepulauan, yang membutuhkan energi sangat besar.
"Calon tua dan calon muda, hemat saya sebetulnya sah-sah saja. Yang terpenting kesetiaan dan kejujuran untuk mengabdi serta melayani warga Nusa Tenggara Timur," katanya.
Ketua Komisi Sosial Budaya Dewan Riset Daerah Provinsi NTT itu menambahkan, para bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT kini bermunculan bagai cendawan di musim hujan.
Kondisi NTT sebagai "kawasan kepulauan" meminta bakal calon harus kuat secara fisik untuk dapat melanglang buana ke seluruh wilayah NTT dengan citra budaya yang bermacam-ragam itu.
"Jadi memang menarik ketika kita membidik usia para bakal calon. Ada yang tua dan ada pula yang muda, ada yang sudah beberapa kali muncul, dan ada yang barusan naik ke atas panggung politik, ada yang sudah berkali-kali naik ring tinju dan ada pula yang baru mendaftar untuk naik ring tinju," katanya.
Dari semua figur yang muncul kata dia, ada yang lahir dari pusara parpol dan ada pula yang seperti karbitan, ada yang berjuang dengan gigih dan ada pula yang kayaknya seperti bermain dadu.
Ada figur yang diusung parpol dengan cara cermat dan cerdas dan ada pula yang melompat dari samping, ada yang maju karena yakin dengan segudang pengalaman dan ada pula yang maju karena kaya feeling dan serap rasa saja, katanya.
"Masih lagi ada yang sungguh-sungguh berpengalaman dan ada pula yang merekayasa bahwa ia benar-benar berpengalaman, ada yang sungguh-sungguh mau maju dan ada pula yang maju dengan serius walaupun dalam hati kecil masih bimbang dan ragu," katanya.
Menurut dia, hal yang sering menyulut persoalan para bakal calon adalah pemahaman wilayah NTT tidak runtut, dan tidak jujur mengabdi Masyarakat NTT.
Karena itu batu ujian yang sangat sulit untuk para bakal calon gubernur dan wakil gubernur adalah menguasai NTT secara geografis dan memiliki hati sepenuhnya dan sedalam-dalamnya bagi pengabdian yang ikhlas kepada Masyarakat NTT, katanya menambahkan.