Kupang (ANTARA) - Sejumlah petani rumput laut di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengatakan harga rumput laut kering di daerah itu anjlok akibat permintaan menurun terdampak COVID-19.
"Kini harganya hanya Rp20 ribu per kilogram. Sebelumnya mencapai Rp25 ribu per kilogram," kata petani rumput laut di Pantai Oesina, Desa Lifuleo, Kabupaten Kupang, Epsan Lette kepada ANTARA di Pantai Oesina, Minggu (21/6).
Epsan mengatakan bahwa penurunan harga rumput laut kering terjadi sejak pertengahan Maret, ketika pertama kali COVID-19 ditemukan ke Indonesia.
Baca juga: Sumba Timur percontohan industrialisasi rumput laut nasional
Baca juga: Produksi rumput laut ditargetkan 2,3 juta ton
Menurut dia pasokan rumput laut kering ke Surabaya contohnya, banyak tertahan di Kupang, akibat tak ada perusahaan dari Surabaya yang mau mengangkutnya.
"Menurut para pengepul banyak rumput laut menumpuk di perusahaan yang sering membeli rumput laut kami," tambah dia.
Menurut dia, penurunan harga itu membuat para petani di daerah itu merugi sebab selain harga yang turun terkadang gagal panen juga sering terjadi karena banyak rumput laut yang rusak.
Hal tersebut diakui juga oleh Yoram, seorang petani rumput laut yang juga ditemui di lokasi budidaya rumput laut di Pantai Oesina.
Menurut dia, dampak COVID-19 sangat terasa bagi para petani rumput laut di Kecamatan Kupang Barat, khususnya di desa itu.
Yoram mengaku semenjak ada COVID-19 penghasilan yang diperoleh dalam sebulan hanya mencapai Rp1 juta saja.
"Biasanya dalam sebulan para petani rumput laut di sini bisa dapat penghasilan mencapai Rp4 juta per bulan," tambah dia.
Ia berharap pemerintah kabupaten bisa memberikan bantuan sosial untuk para petani rumput laut di daerah itu.
Selain itu ia berharap pemerintah membantu membeli rumput laut dengan harga yang layak.
"Kini harganya hanya Rp20 ribu per kilogram. Sebelumnya mencapai Rp25 ribu per kilogram," kata petani rumput laut di Pantai Oesina, Desa Lifuleo, Kabupaten Kupang, Epsan Lette kepada ANTARA di Pantai Oesina, Minggu (21/6).
Epsan mengatakan bahwa penurunan harga rumput laut kering terjadi sejak pertengahan Maret, ketika pertama kali COVID-19 ditemukan ke Indonesia.
Baca juga: Sumba Timur percontohan industrialisasi rumput laut nasional
Baca juga: Produksi rumput laut ditargetkan 2,3 juta ton
Menurut dia pasokan rumput laut kering ke Surabaya contohnya, banyak tertahan di Kupang, akibat tak ada perusahaan dari Surabaya yang mau mengangkutnya.
"Menurut para pengepul banyak rumput laut menumpuk di perusahaan yang sering membeli rumput laut kami," tambah dia.
Menurut dia, penurunan harga itu membuat para petani di daerah itu merugi sebab selain harga yang turun terkadang gagal panen juga sering terjadi karena banyak rumput laut yang rusak.
Hal tersebut diakui juga oleh Yoram, seorang petani rumput laut yang juga ditemui di lokasi budidaya rumput laut di Pantai Oesina.
Menurut dia, dampak COVID-19 sangat terasa bagi para petani rumput laut di Kecamatan Kupang Barat, khususnya di desa itu.
Yoram mengaku semenjak ada COVID-19 penghasilan yang diperoleh dalam sebulan hanya mencapai Rp1 juta saja.
"Biasanya dalam sebulan para petani rumput laut di sini bisa dapat penghasilan mencapai Rp4 juta per bulan," tambah dia.
Ia berharap pemerintah kabupaten bisa memberikan bantuan sosial untuk para petani rumput laut di daerah itu.
Selain itu ia berharap pemerintah membantu membeli rumput laut dengan harga yang layak.