Kupang (Antara NTT) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur telah menyurati Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk meminta bantuan pemerintah pusat menangani kasus serangan hama belalang Kembara di daerah itu.
"Suratnya sudah kami kirimkan pekan lalu langung ditujukan kepada Menteri Pertanian terkait kasus serangan hama belalang kembara," kata Kepala Dinas Pertanian Sumba Timur Johanis Hiwa Wunu saat dihubungi Antara dari Kupang, Selasa.
Menurutnya saat ini populasi hama belalang itu memang sudah keluar dari wilayah kota Waingapu, namun antisipasi terus dilakukan. Pihaknya masih terus memantau dengan petugas lapangan yang bertugas menjaga kawasan persawahan dan sekitarnya.
Ia mengatakan, saat ini ribuan belalang itu sudah berpindah ke kecamatan lainnya. Johanis mengkhawatirkan jangan sampai walaupun sejumlah belalang itu sudah meninggalkan Waingapu dan sekitarnya namun masalah lain diduga akan muncul lagi.
"Memang sudag tidak ada lagi hama itu berterbangan di wilayah Waingapu. Namun yang kami takutkan adalah jika terjadi penetasan telur sehingga bertambah banyak," tuturnya.
Seekor belalang Kembara, lanjutnya, bila menghasilkan telur sebanyak 300 hingga 500 butir. Dan saat bertelur belalang-belalang itu menyimpannya di dalam tanah sehingga pihaknya kesulitan untuk membasminya.
Pantauan yang dilakukan oleh sejumlah petugas lapangan, menyatakan bahwa saat ini ribuan belalang Kembara itu sebagiannya masih berada di Kecamatan lainnya. Namun sebagiannya lagi sudah berada di sabana di daerah itu.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yohanis Tay Ruba mengatakan bahwa sebenarnya keberadaan belalang Kembara ini sudah berada di wilayah pertanian Kabupaten Sumba Timur sejak Mei lalu.
"Data sementara menunjukkan bahwa luas areal tanaman jagung milik petani yang terserang hama sekitar 60 hektare. Data ini masih pada bulan Mei 2017. Data bulan Juni belum masuk," ujarnya.
Ia mengatakan walaupun hama belalang telah berada di wilayah itu, namun populasi belalang masih di padang pengembalaan dan belum menyerang pertanaman pangan maupun holtikultura.
Pada bulan Mei, baru hama belalang masuk kepertanaman yaitu menyerang hamparan tanaman jagung yang berumur sekitar satu bulan seluas 60 hektare,
Luas lahan tersebut dengan perincian 1,5 hektare puso, 28 hektare ringan dan sudah dikendalikan. Sedangkan di padang penggembalaan dilakukan pengendalian hama belalang sebanyak 85 titik/koloni.
"Suratnya sudah kami kirimkan pekan lalu langung ditujukan kepada Menteri Pertanian terkait kasus serangan hama belalang kembara," kata Kepala Dinas Pertanian Sumba Timur Johanis Hiwa Wunu saat dihubungi Antara dari Kupang, Selasa.
Menurutnya saat ini populasi hama belalang itu memang sudah keluar dari wilayah kota Waingapu, namun antisipasi terus dilakukan. Pihaknya masih terus memantau dengan petugas lapangan yang bertugas menjaga kawasan persawahan dan sekitarnya.
Ia mengatakan, saat ini ribuan belalang itu sudah berpindah ke kecamatan lainnya. Johanis mengkhawatirkan jangan sampai walaupun sejumlah belalang itu sudah meninggalkan Waingapu dan sekitarnya namun masalah lain diduga akan muncul lagi.
"Memang sudag tidak ada lagi hama itu berterbangan di wilayah Waingapu. Namun yang kami takutkan adalah jika terjadi penetasan telur sehingga bertambah banyak," tuturnya.
Seekor belalang Kembara, lanjutnya, bila menghasilkan telur sebanyak 300 hingga 500 butir. Dan saat bertelur belalang-belalang itu menyimpannya di dalam tanah sehingga pihaknya kesulitan untuk membasminya.
Pantauan yang dilakukan oleh sejumlah petugas lapangan, menyatakan bahwa saat ini ribuan belalang Kembara itu sebagiannya masih berada di Kecamatan lainnya. Namun sebagiannya lagi sudah berada di sabana di daerah itu.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yohanis Tay Ruba mengatakan bahwa sebenarnya keberadaan belalang Kembara ini sudah berada di wilayah pertanian Kabupaten Sumba Timur sejak Mei lalu.
"Data sementara menunjukkan bahwa luas areal tanaman jagung milik petani yang terserang hama sekitar 60 hektare. Data ini masih pada bulan Mei 2017. Data bulan Juni belum masuk," ujarnya.
Ia mengatakan walaupun hama belalang telah berada di wilayah itu, namun populasi belalang masih di padang pengembalaan dan belum menyerang pertanaman pangan maupun holtikultura.
Pada bulan Mei, baru hama belalang masuk kepertanaman yaitu menyerang hamparan tanaman jagung yang berumur sekitar satu bulan seluas 60 hektare,
Luas lahan tersebut dengan perincian 1,5 hektare puso, 28 hektare ringan dan sudah dikendalikan. Sedangkan di padang penggembalaan dilakukan pengendalian hama belalang sebanyak 85 titik/koloni.