Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi empat titik panas tersebar di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 19 hingga 20 Juli 2020 dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen.
"Titik panas tersebut terdapat di Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah dan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur masing-masing satu titik dan Kecamatan Pembantu Pantar di Kabupaten Alor dua titik," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi di Kupang, Senin (20/7).
"Sebaran titik panas ini berdasarkan analisis peta sebaran titik panas dengan pantauan Satelit Terra, Aqua, Suomi NPP dan NOAA20 oleh LAPAN," katanya terkait peta sebaran titik panas di wilayah provinsi berbasis kepulauan itu.
Baca juga: BMKG sebut titik panas di NTT dan Lampung akibat kemarau
Baca juga: BMKG pasang tiga alat peringatan dini gempa di Alor NTT
Peta sebaran titik panas di NTT (ANTARA/BMKG)
Dia menjelaskan informasi sebaran titik panas (hotspot) merupakan indikator awal kebakaran lahan serta dapat dimanfaatkan dalam deteksi area terbakar.
"Citra satelit hanya menilai anomali suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas (hotspot), serta jumlah titik hotspot bukan berarti jumlah sebenarnya titik api/kebakaran," katanya.
"Artinya, titik panas (hotspot) bukan merupakan titik api (firespot), karena penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami pastikan," kata Agung Sudiono Abadi.
"Titik panas tersebut terdapat di Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah dan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur masing-masing satu titik dan Kecamatan Pembantu Pantar di Kabupaten Alor dua titik," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi di Kupang, Senin (20/7).
"Sebaran titik panas ini berdasarkan analisis peta sebaran titik panas dengan pantauan Satelit Terra, Aqua, Suomi NPP dan NOAA20 oleh LAPAN," katanya terkait peta sebaran titik panas di wilayah provinsi berbasis kepulauan itu.
Baca juga: BMKG sebut titik panas di NTT dan Lampung akibat kemarau
Baca juga: BMKG pasang tiga alat peringatan dini gempa di Alor NTT
Dia menjelaskan informasi sebaran titik panas (hotspot) merupakan indikator awal kebakaran lahan serta dapat dimanfaatkan dalam deteksi area terbakar.
"Citra satelit hanya menilai anomali suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas (hotspot), serta jumlah titik hotspot bukan berarti jumlah sebenarnya titik api/kebakaran," katanya.
"Artinya, titik panas (hotspot) bukan merupakan titik api (firespot), karena penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami pastikan," kata Agung Sudiono Abadi.